Rabu, 23 Oktober 2019

Hukum Allah SWT Dan Surat Himbauan Kholifah

Aku Berharap Dan Berdo'a Ummat Islam Segera Bersatu Dalam Satu Jama'ah Al Khilafah BERSAMA KHOLIFAH Nya


KAJIAN TENTANG HUKUM ALLAH VS HUKUM MANUSIA – KITAB AL-IRSYAD ILA SHAHIHIL I’TIQAD
Sudah kita terangkan, syirik dalam hal ketaatan maknanya adalah mentaati aturan selain Allah yang bertolak-belakang dengan aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala sekalipun aturan itu ditetapkan oleh ulama, oleh Kiyai, oleh manusia yang kita anggap suci, yang kita anggap luar biasa, tapi isi fatwa, isi aturannya, isi ketetapannya, bertolak-belakang dengan ayat, dengan hadits, lalu kita meninggalkan ayat, meninggalkan hadits dan berpegang-teguh kepada pendapat manusia tadi. Ini termasuk syirik di bidang ketaatan, serupa dengan orang orang Nasrani yang oleh Allah ‘Azza wa Jalla dikatakan, “orang-orang Nasrani itu menjadikan rahib-rahib mereka, pendeta-pendeta mereka sebagai sebagai sesembahan disamping Allah.”

Baca Juga:
Berdoa Hanya kepada Allah Ta'ala (Ustadz Yazid Abdul Qadir Jawas)
Yang dimaksud dengan ibadahnya mereka kepada pendeta, bukan dengan cara menyembah-menyembah ruku’, sujud kepada pendeta, tapi dalam bentuk taat patuh kepada aturan pendeta yang bertolak belakang dengan aturan Allah, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Ini yang disebut dengan syirik dibidang ketaatan.

Syirik, kita tahu maknanya menduakan Allah dalam hal kesehatan artinya mentaati selain aturan Allah yang bertolak belakang dengan aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala tersebut. Padahal berhukum kepada syariat Allah, bukan semata-mata untuk menegakkan keadilan. Hukum Allah adalah hukum teradil, hukum Allah itu pasti benar. Bukan semata-mata di sana, tapi lebih dari itu yaitu sebagai bentuk menunaikan hak Allah atas diri kita.

Berkata Syaikah Shalih Fauzan Hafidzahullahu Ta’ala bahwa berhukum kepada syariat Allah, mentaati aturan Allah, bukan hanya untuk meraih keadilan semata-mata. Tetapi lebih dari itu yaitu lebih tinggi derajatnya dari mencari sekedar keadilan. Yaitu beribadah kepada Allah dengan cara mentaati seluruh aturanNya, itu hak Allah yang wajib kita tunaikan, itulah aqidah kita, keyakinan kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Maka siapa orang yang berhukum kepada hukum yang bukan syariat Allah, hukum yang dibuat-buat oleh manusia, aturan manusia yang isinya bertolak belakang dengan aturan Allah lalu ditaati, maka orang tersebut telah menjadikan pembuat aturan itu sebagai serikat atau sekutu bagi Allah dalam hal ketaatan dan penetapan hukum. Allah berfirman dalam surat Asy-Syura ayat 21:

Baca Juga:
Ihsan kepada Masyarakat - Aktualisasi Akhlak Muslim (Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary, M.A.)
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّـهُ ۚ وَلَوْلَا كَلِمَةُ الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ ۗ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿٢١﴾

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih.” (QS. Asy-Syura[42]: 21)

Allah menafikan adanya iman dalam diri seseorang seperti itu. Menafikan itu menyatakan tidak ada iman, kalau orang itu berhukum dengan hukum Allah. Tapi di waktu yang bersamaan, berhukum dengan hukum buatan manusia yang salah satu poin atau beberapa poin dari buatan manusia itu menyimpang dari hukum buatan Allah. Dalam hal yang menguntungkannya pilih aturan Allah, dalam hal yang merugikan pilih aturan yang lain yang menguntungkan dirinya. Allah menyindir orang seperti itu dalam Al-Quran:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَن يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا ﴿٦٠﴾

“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa[4]: 60)

Baca Juga:
Pengaruh Makanan Halal terhadap Kebersihan Jiwa (Ustadz Junaedi 'Abdillah)
Hukum thaghut itu hukum yang selain hukum Allah. Padahal mereka sudah diperintahkan untuk kufur kepada thaghut tersebut. Ini teguran Allah ‘Azza wa Jalla. Mengaku beriman kepada Al-Qur’an, kepada hadits, mengaku beriman kepada syariat Islam, tapi kok menyeru orang dan menjadikan diri sebagai pelopor untuk menghukumi segala perkara dengan hukum selain aturan Allah ‘Azza wa Jalla.

Di dalam surah An-Nisa ayat 65 Allah berfirman:

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا ﴿٦٥﴾

“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa[4]: 65)

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
SURAT NASEHAT DAN HIMBAUAN
Telah berlalu belasan tahun ke-Kholifahan Islam (Khilafatul Muslimin) dimaklumatkan(terlampir) dan untuk kesekian kalinya pada bulan suci Romadhon tahun ini(1437 H) kami sampaikan pada segenap komponen bangsa melalui instansi sipil maupun militer dan seluruh ormas /orpol Islam serta kaum muslimin pada umumnya bahwa kerusakan moral di berbagai dimensi telah sangat memperihatinkan orang-orang yang beriman, sementara kaum muslimin dilanda oleh perpecahan atas nama golongan-golongan Islam, sehingga ketentuan-ketentuan hukum Allah dan Rosul-Nya tidak dapat ditegakkan.

Marilah kita sadari bahwa Allah telah mengancam hamba-Nya yang berpecah-belah dan enggan bersatu apalagi yang menolak syariat, dengan ancaman api Neraka. Sesungguhnya janji dan ancaman Allah itu pasti (Surga itu pasti dan Neraka pun pasti). Akan beranikah seorang hamba yang mengaku beriman menolak ketentuan hukum Allah karena membenarkan sesuatu yang bertentangan dengan ketetapan Allah dan Rosul-Nya?

Adapun terhadap non-muslim kita permaklumkan, bahwa bukanlah aturan buatan manusia /menurut kepandaian orang-orang yang mengaku beriman yang kita kehendaki, akan tetapi aturan Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana Pencipta alam semesta ini yang ingin kita tegakkan berdasarkan Al Quran dan As Sunnah, dimana secara pasti memerdekakan setiap hamba-Nya untuk menerapkan ajaran agamanya masing-masing berdasarkan kitab yang diyakini kebenarannya. Sungguh Allah itu Maha Kasih Sayang terhadap makhluknya. Maka, jika manusia menginginkan kehidupan sejahtera lahir batin dan mendapatkan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, tidaklah terdapat solusinya melainkan hanya dengan kembali bernaung dibawah ketentuan syariat Allah itu sendiri. Firman-Nya:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Artinya, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Qs. Al A’raf : 96).

Mustahil kiranya akan terdapat aturan hukum di muka bumi ini yang lebih adil dan lebih bijaksana daripada aturan /hukum Allah sampai kapanpun; sebab tidak ada manusia yang lebih hebat dan lebih bijaksana daripada Allah dan Rosul-Nya. Sadarilah bahwa warga Khilafatul Muslimin bukan berambisi kepemimpinan sebab hanya menghendaki keselamatan ummat di negeri yang kita cintai ini melalui kepemimpinan mereka dibawah naungan Islam (rahmatan lil’ alamin) dengan mendapatkan dukungan ABRI yang kuat dan tangguh, demi keutuhan bangsa dan kesejahteraan ummat. Bukankah di dalam negeri kita masih banyak Ulama dan para Cendikiawan?

Semoga para pemimpin bangsa dapat mengutamakan pembelaan terhadap bangsa dan negara demi keselamatan dunia dan akhirat, bukan membela bangsa dan negara dengan menolak /menentang ketentuan hukum Allah dan Rosul-Nya yang diancam Neraka Jahannam. Waspadailah politik adu domba dikalangan kaum muslimin yang disponsori oleh kaum Yahudi sejak jaman dahulu kala sehingga ummat Islam terpecah belah dan gontok-gontokan sesamanya sehingga hilang lenyap kesatuan mereka.

Bersatulah…………….. Bersatulah……………..Bersatulah!  Allahu Akbar !

Bandar Lampung, 01 Ramadhan 1437 H / 06 Juni 2016 M

Khalifah / Amirul Mu’minin

Abdul Qadir Hasan Baraja’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Assalamu 'Alaikum. Kepada seluruh Pengunjung Blog Saya Ini,Saya Berharap Kepada Ikhwan Atau Akhwat Untuk Kira nya Bersedia Meluruskan Kesalahan2 Yang Mungkin Tidak Saya Sengaja,Dan Saya Berharap Semoga Kiranya Ikhwan Dan Akhwat Mau Mendo'akan Agar Allah Mengampuni Kesalahan2 Yang Saya Lakukan Baik Yang Saya Sengaja Atau pun Tidak Saya Sengaja.TERIMA KASIH Wassalaamu 'Alaikum.

BUKAN NEGARA ISLAM YANG MENJADI TUJUAN, KHILAFAH ADALAH BUKTI PENGAGUNGAN MANUSIA KEPADA ALLAH

BAI'AT UMMAT ISLAM YG BERSEDIA TUNDUK DAN PATUH PADA AL JAMAA'AH KHILAFATUL MUSLIMIN

<< 48:11 Surat Al-Fath Ayat 10 (48:10) 48:9 >>  اِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ اِنَّمَا يُبَايِعُوْنَ اللّٰهَ ۗيَدُ اللّٰهِ فَ...