Minggu, 25 November 2018

Ruuhush Sholat

Bismillahirrohmanirrohim. Aku Berharap Dan Berdo'a Ummat Islam Segera Bersatu Dalam Satu Jama'ah Al Khilafah اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِين، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن، وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ Segala puji bagi Allah, al-Malik Al-Haqq, Al-Mubin, yang memberikan kita iman dan keyakinan. Ya Allah, limpahkan shalawat pada pemimpin kami Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dan begitu pula pada keluarganya yang baik, kepada para sahabat piluhan, dan yang mengikuti mereka dengan penuh ihsan hingga hari kiamat. Amma Ba'du!!! Wahai Orang-orang yang beriman Sesungguhnya Allah SWT yang telah menciptakan jagat raya ini atau alam semesta ini, Penduduk Langit seperti malaikat Dan Bumi ini baik manusia, hewan hewan yg berjalan dengan kakinya, atau pun hewan hewan melata yang berjalan dengan perutnya, pepohonan yang rindang, gunung gunung yang besar dan tinggi ,lembah lembah yang curam, sungai sungai yang mengalir panjang dan luas, Air Lautan yang Rasanya Asin Dan Tawar, Semua Sujud Dan Takluk Kepada Allah, Allahuakbar, Allah Al Fathir, Allah Sang Khaliq. Dialah Allah SWT Yang Menciptakan Seluruh Makhluk, Dialah Allah Yang berhaq Di Sembah, Dialah Allah Yg Kemuliaan Nya Tanpa Perantara . Seluruh Makhluknya Tunduk Bertasbih Kepada Nya, Kecuali Satu Nama Makhluk Yang Sombong Dan Angkuh. Wahai Pembaca Yang Berbudi pekerti yang luhur lagi baik Apakah Nama Itu???? Nama itu Tidak lain melainkan Adalah Kita!!! Yakni Kita Manusia!!! Kita Yang bernamakan Manusia, diantara kita ini ada yang angkuh lagi menyombongkan diri, padahal Kita adalah makhluk lemah, yang tidak Sekokoh Gunung ,Dan Besi, diantara kita ada yg menyembah dan menghambakan diri kepada Selain_Nya. Maka dengan ini saya ingin mengingatkan kepada kita semua orang orang yang mengaku beriman kepada Allah SWT. Marilah kita Senantiasa menjaga Shalat 5 Waktu Secara berjamaah!!! Shalat berjamaah dengan satu imam Sholat Yang diwajibkan atas kita terdapat 5 Waktu Ini Sesuai Dengan 5 Benua dengan 1 Sang Pencipta 5 jari tangan Kiri Dan Kanan.... 5 jadi di kaki ,Kiri Maupun Kanan.... Allahuakbar... Sungguh Sempurna Penciptaan manusia!!! Wahai saudaraku,Orang-orang yang beriman Mari Kita Wujud dan Kita Aplikasikan Sholat Berjamaah kita Dalam Kehidupan Kita Sehari-hari... Inilah Aplikasi Sholat Berjamaah Dengan Bersama Imam يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنكُمْ ۖ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. Surat An-Nisa ayat 59 juz 5 halaman 87 Aplikasi Sholat Berjamaah Bersama imam Tercakup pula dalam perintah Allah untuk sentiasa Menjaga keimanan dan ketaqwaan Kepada Nya, Dalam Mengemban Amanah Penegakan Ad_Dien.!!! يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim. Surat Ali 'Imran ayat 102 juz 4 halaman 63 وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. Surat Ali 'Imran ayat 103 juz 4 halaman 63

Selasa, 06 November 2018

Makna Syahadatain Dan Konsekuensi Keduanya

Aku Berharap Dan Berdo'a Ummat Islam Segera Bersatu Dalam Satu Jama'ah Al Khilafah Hasil Browsing MAKNA SYAHADATAIN, RUKUN, SYARAT, KONSEKUENSI, DAN YANG MEMBATALKANNYA Oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan PERTAMA: MAKNA SYAHADATAIN [A]. Makna Syahadat “Laa ilaaha illallah” Yaitu beri’tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala, menta’ati hal terse-but dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk disembah. Jadi makna kalimat ini secara ijmal (global) adalah, “Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah”. Khabar “Laa ” harus ditaqdirkan “bi haqqi” (yang hak), tidak boleh ditaqdirkan dengan “maujud ” (ada). Karena ini menyalahi kenyataan yang ada, sebab tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan berarti bahwa menyembah tuhan-tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah. Ini Tentu kebatilan yang nyata. Kalimat “Laa ilaaha illallah” telah ditafsiri dengan beberapa penafsiran yang batil, antara lain: [1]. “Laa ilaaha illallah” artinya: “Tidak ada sesembahan kecuali Allah”, Ini adalah batil, karena maknanya: Sesungguhnya setiap yang disembah, baik yang hak maupun yang batil, itu adalah Allah. [2]. “Laa ilaaha illallah” artinya: “Tidak ada pencipta selain Allah” . Ini adalah sebagian dari arti kalimat tersebut. Akan tetapi bukan ini yang dimaksud, karena arti ini hanya mengakui tauhid rububiyah saja, dan itu belum cukup. [3]. “Laa ilaaha illallah” artinya: “Tidak ada hakim (penentu hukum) selain Allah”. Ini juga sebagian dari makna kalimat ” “. Tapi bukan itu yang dimaksud, karena makna tersebut belum cukup Semua tafsiran di atas adalah batil atau kurang. Kami peringatkan di sini karena tafsir-tafsir itu ada dalam kitab-kitab yang banyak beredar. Sedangkan tafsir yang benar menurut salaf dan para muhaqqiq (ulama peneliti), tidak ada sesembahan yang hak selain Allah) seperti tersebut di atas. [B]. Makna Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah” Yaitu mengakui secara lahir batin bahwa beliau adalah hamba Allah dan RasulNya yang diutus kepada manusia secara keseluruhan, serta mengamalkan konsekuensinya: menta’ati perintahnya, membenarkan ucapannya, menjauhi larangannya, dan tidak menyembah Allah kecuali dengan apa yang disyari’atkan. KEDUA: RUKUN SYAHADATAIN [A]. Rukun “Laa ilaaha illallah” Laa ilaaha illallah mempunyai dua rukun: An-Nafyu atau peniadaan: “Laa ilaha” membatalkan syirik dengan segala bentuknya dan mewajibkan kekafiran terhadap segala apa yang disembah selain Allah. Al-Itsbat (penetapan): “illallah” menetapkan bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah dan mewajibkan pengamalan sesuai dengan konsekuensinya. Makna dua rukun ini banyak disebut dalam ayat Al-Qur’an, seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala “Artinya : Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beri-man kepada Allah, makasesungguhnya ia telah berpegang kepa-da buhul tali yang amat kuat …” [Al-Baqarah: 256] Firman Allah, “siapa yang ingkar kepada thaghut” itu adalah makna dari “Laa ilaha” rukun yang pertama. Sedangkan firman Allah, “dan beriman kepada Allah” adalah makna dari rukun kedua, “illallah”. Begitu pula firman Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Ibrahim alaihis salam : “Artinya : Sesungguhnya aku berlepas diri terhadap apa yang kamu sembah, tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku …”. [Az-Zukhruf: 26-27] Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala , “Sesungguhnya aku berlepas diri” ini adalah makna nafyu (peniadaan) dalam rukun pertama. Sedangkan perkataan, “Tetapi (aku menyembah) Tuhan yang menjadikanku”, adalah makna itsbat (penetapan) pada rukun kedua. [B]. Rukun Syahadat “Muhammad Rasulullah” Syahadat ini juga mempunyai dua rukun, yaitu kalimat “‘abduhu wa rasuluh ” hamba dan utusanNya). Dua rukun ini menafikan ifrath (berlebih-lebihan) dan tafrith (meremehkan) pada hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau adalah hamba dan rasulNya. Beliau adalah makhluk yang paling sempurna dalam dua sifat yang mulia ini, di sini artinya hamba yang menyembah. Maksudnya, beliau adalah manusia yang diciptakan dari bahan yang sama dengan bahan ciptaan manusia lainnya. Juga berlaku atasnya apa yang berlaku atas orang lain. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Artinya : Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, …’.” [Al-Kahfi : 110] Beliau hanya memberikan hak ubudiyah kepada Allah dengan sebenar-benarnya, dan karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala memujinya: “Artinya : Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hambaNya.” [Az-Zumar: 36] “Artinya : Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al-Kitab (Al-Qur’an) …”[Al-Kahfi: 1] “Artinya : Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam dari Al-Masjidil Haram …” [Al-Isra’: 1] Sedangkan rasul artinya, orang yang diutus kepada seluruh manusia dengan misi dakwah kepada Allah sebagai basyir (pemberi kabar gembira) dan nadzir (pemberi peringatan). Persaksian untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan dua sifat ini meniadakan ifrath dan tafrith pada hak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena banyak orang yang mengaku umatnya lalu melebihkan haknya atau mengkultuskannya hingga mengangkatnya di atas martabat sebagai hamba hingga kepada martabat ibadah (penyembahan) untuknya selain dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka ber-istighatsah (minta pertolongan) kepada beliau, dari selain Allah. Juga meminta kepada beliau apa yang tidak sanggup melakukannya selain Allah, seperti memenuhi hajat dan menghilangkan kesulitan. Tetapi di pihak lain sebagian orang mengingkari kerasulannya atau mengurangi haknya, sehingga ia bergantung kepada pendapat-pendapat yang menyalahi ajarannya, serta memaksakan diri dalam mena’wilkan hadits-hadits dan hukum-hukumnya. KETIGA: SYARAT-SYARAT SYAHADATAIN [A]. Syarat-syarat “Laa ilaha illallah” Bersaksi dengan laa ilaaha illallah harus dengan tujuh syarat. Tanpa syarat-syarat itu syahadat tidak akan bermanfaat bagi yang mengucapkannya. Secara global tujuh syarat itu adalah: 1. ‘Ilmu, yang menafikan jahl (kebodohan). 2. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan). 3. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan). 4. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan). 5. Ikhlash, yang menafikan syirik. 6. Shidq (jujur), yang menafikan kadzib (dusta). 7. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian). Adapun rinciannya adalah sebagai berikut: Syarat Pertama: ‘Ilmu (Mengetahui). Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan apa yang ditetapkan, yang menafikan ketidaktahuannya dengan hal tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Artinya :… Akan tetapi (orang yang dapat memberi syafa`at ialah) orang yang mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya). [Az-Zukhruf : 86] Maksudnya orang yang bersaksi dengan laa ilaaha illallah, dan memahami dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya ia mengucapkannya, tetapi tidak mengerti apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna. Syarat Kedua: Yaqin (yakin). Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan sya-hadat itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian itu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu …” [Al-Hujurat : 15] Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Artinya : Siapa yang engkau temui di balik tembok (kebon) ini, yang menyaksikan bahwa tiada ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, maka berilah kabar gembira dengan (balasan) Surga.” [HR. Al-Bukhari] Maka siapa yang hatinya tidak meyakininya, ia tidak berhak masuk Surga. Syarat Ketiga: Qabul (menerima). Menerima kandungan dan konsekuensi dari syahadat; menyem-bah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selainNya. Siapa yang mengucapkan, tetapi tidak menerima dan menta’ati, maka ia termasuk orang-orang yang difirmankan Allah: “Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: ‘Laa ilaaha illallah’ (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri. dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?” [Ash-Shafat: 35-36] Ini seperti halnya penyembah kuburan dewasa ini. Mereka mengikrarkan laa ilaaha illallah, tetapi tidak mau meninggalkan penyembahan terhadap kuburan. Dengan demikian berarti mereka belum me-nerima makna laa ilaaha illallah. Syarat Keempat: Inqiyaad (Tunduk dan Patuh dengan kandungan Makna Syahadat). Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Artinya : Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh.” [Luqman : 22 Al-‘Urwatul-wutsqa adalah laa ilaaha illallah. Dan makna yuslim wajhahu adalah yanqadu (patuh, pasrah). Syarat Kelima: Shidq (jujur). Yaitu mengucapkan kalimat ini dan hatinya juga membenarkan-nya. Manakala lisannya mengucapkan, tetapi hatinya mendustakan, maka ia adalah munafik dan pendusta. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Artinya : Di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepa-da Allah dan Hari kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” [Al-Baqarah: 8-10] Syarat Keenam: Ikhlas. Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya’ atau sum’ah. Dalam hadits ‘Itban, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Artinya : Sesungguhnya Allah mengharamkan atas Neraka orang yang mengucapkan laa ilaaha illalah karena menginginkan ridha Allah.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim] Syarat Ketujuh: Mahabbah (Kecintaan). Maksudnya mencintai kalimat ini serta isinya, juga mencintai orang-orang yang mengamalkan konsekuensinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Artinya : Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” [Al-Baqarah: 165] Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih. Sedangkan ahli syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan dengan isi kandungan laa ilaaha illallah. [B]. Syarat Syahadat “Anna Muhammadan Rasulullah” 1. Mengakui kerasulannya dan meyakininya di dalam hati. 2. Mengucapkan dan mengikrarkan dengan lisan. 3. Mengikutinya dengan mengamalkan ajaran kebenaran yang telah dibawanya serta meninggalkan kebatilan yang telah dicegahnya. 4. Membenarkan segala apa yang dikabarkan dari hal-hal yang gha-ib, baik yang sudah lewat maupun yang akan datang. 5. Mencintainya melebihi cintanya kepada dirinya sendiri, harta, anak, orangtua serta seluruh umat manusia. 6. Mendahulukan sabdanya atas segala pendapat dan ucapan orang lain serta mengamalkan sunnahnya. KEEMPAT: KONSKUENSI SYAHADATAIN [A]. Konsekuensi “Laa ilaha illallah” Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala ma-cam yang dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illallah . Dan beribadah kepada Allah semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan illallah. Banyak orang yang mengikrarkan tetapi melanggar konsekuensinya. Sehingga mereka menetapkan ketuhanan yang sudah dinafikan, baik berupa para makhluk, kuburan, pepohonan, bebatuan serta para thaghut lainnya. Mereka berkeyakinan bahwa tauhid adalah bid’ah. Mereka menolak para da’i yang mengajak kepada tauhid dan mencela orang yang beribadah hanya kepada Allah semata. [B]. Konsekuensi Syahadat “Muhammad Rasulullah” Yaitu mentaatinya, membenarkannya, meninggalkan apa yang dilarangnya, mencukupkan diri dengan mengamalkan sunnahnya, dan meninggalkan yang lain dari hal-hal bid’ah dan muhdatsat (baru), serta mendahulukan sabdanya di atas segala pendapat orang. KELIMA: YANG MEMBATALKAN SYAHADATAIN Yaitu hal-hal yang membatalkan Islam, karena dua kalimat syahadat itulah yang membuat seseorang masuk dalam Islam. Mengucap-kan keduanya adalah pengakuan terhadap kandungannya dan konsisten mengamalkan konsekuensinya berupa segala macam syi’ar-syi’ar Islam. Jika ia menyalahi ketentuan ini, berarti ia telah membatalkan perjanjian yang telah diikrarkannya ketika mengucapkan dua kalimat syahadat tersebut. Yang membatalkan Islam itu banyak sekali. Para fuqaha’ dalam kitab-kitab fiqih telah menulis bab khusus yang diberi judul “Bab Riddah (kemurtadan)”. Dan yang terpenting adalah sepuluh hal, yaitu: Syirik dalam beribadah kepada Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Artinya : Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya.” [An-Nisa’: 48] “Artinya : … Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya Surga, dan tempatnya ialah Neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” [Al-Ma’idah: 72] Termasuk di dalamnya yaitu menyembelih karena selain Allah, misalnya untuk kuburan yang dikeramatkan atau untuk jin dan lain-lain. Orang yang menjadikan antara dia dan Allah perantara-perantara. Ia berdo’a kepada mereka, meminta syafa’at kepada mereka dan bertawakkal kepada mereka. Orang seperti ini kafir secara ijma’. Orang yang tidak mau mengkafirkan orang-orang musyrik dan orang yang masih ragu terhadap kekufuran mereka atau mem-benarkan madzhab mereka, dia itu kafir. Orang yang meyakini bahwa selain petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau hukum yang lain lebih baik dari hukum beliau. Seperti orang-orang yang mengutamakan hukum para thaghut di atas hukum Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , mengutamakan hukum atau perundang-undangan manusia di atas hukum Islam, maka dia kafir. Siapa yang membenci sesuatu dari ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sekali pun ia juga mengamalkannya, maka ia kafir. Siapa yang menghina sesuatu dari agama Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau pahala maupun siksanya, maka ia kafir. Hal ini ditunjukkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Artinya : Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta ma`af, karena kamu kafir sesudah beriman.” [At-Taubah: 65-66] Sihir, di antaranya sharf dan ‘athf (barangkali yang dimaksud adalah amalan yang bisa membuat suami benci kepada istrinya atau membuat wanita cinta kepadanya/pelet). Barangsiapa melakukan atau meridhainya, maka ia kafir. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Artinya : … sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada se-orangpun sebelum mengatakan: ‘Sesungguhnya kami hanya co-baan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir’.”[Al-Baqarah: 102] Mendukung kaum musyrikin dan menolong mereka dalam memusuhi umat Islam. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Artinya : Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” [Al-Ma’idah: 51] Siapa yang meyakini bahwa sebagian manusia ada yang boleh keluar dari syari’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , seperti halnya Nabi Hidhir boleh keluar dari syariat Nabi Musa alaihis salam, maka ia kafir. Sebagaimana yang diyakini oleh ghulat sufiyah (sufi yang berlebihan/ melampaui batas) bahwa mereka dapat mencapai suatu derajat atau tingkatan yang tidak membutuhkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Berpaling dari agama Allah, tidak mempelajarinya dan tidak pula mengamalkannya. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala : “Artinya : Dan siapakah yang lebih zhalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” [As-Sajadah: 22] Syaikh Muhammad At-Tamimy berkata: “Tidak ada bedanya dalam hal yang membatalkan syahadat ini antara orang yang bercanda, yang serius (bersungguh-sungguh) maupun yang takut, kecuali orang yang dipaksa. Dan semuanya adalah bahaya yang paling besar serta yang paling sering terjadi. Maka setiap muslim wajib berhati-hati dan mengkhawatirkan dirinya serta mohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari hal-hal yang bisa mendatangkan murka Allah dan siksaNya yang pedih.” [Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali, Edisi Indonesia Kitab Tauhid 1, Penulis Syaikh Dr Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan, Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc, Penerbit Darul Haq] Read more https://almanhaj.or.id/2101-makna-syahadatain-rukun-syarat-konsekuensi-dan-yang-membatalkannya.html

Selasa, 23 Oktober 2018

PENYESALAN PENGHUNI NERAKA AKIBAT SAAT DI DUNIA SALAH MEMILIH PEMIMPIN

PENYESALAN PENGHUNI NERAKA AKIBAT SAAT DI DUNIA SALAH MEMILIH PEMIMPIN _________________________________ Sesungguhnya manusia itu pada hari kiamat,kelak akan di bangkitkan sesuai dengan pemimpinnya masing2 saat mereka masih di dunia. Allah berfirman: يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلا يُظْلَمُونَ فَتِيلا (Ingatlah) suatu hari (Yang di hari itu) Kami panggil setiap umat dengan pemimpinnya; dan barang siapa yang diberikan kitab (catatan amalannya) di tangan kanannya, maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikit pun. (QS: Al-Isra' 71). Orang-orang yang saat di dunia mengikuti pemimpin yang benar,maka ia ada menerima catatan amalnya dari sebelah kanannya,lalu ia akan membaca kitab catatan amalnya,dan ia tidak akan di rugikan. Namun bagi orang-orang yang saat di dunia salah dalam memilih pemimpin,yaitu mengikuti pemimpin dalam kesesatan,maka kelak ia akan di bangkitkan dari kematian dan di kumpulkan di padang mahsyar menunggu hisab sesuai dengan pemimpinnya masing-masing saat di dunia,dan saat di masukkan kedalam neraka pun ia akan bersama-sama dengan pemimpinnya tersebut,namun sayangnya pemimpin yang saat di dunia di ikutinya itu akan berlepas diri dari tanggung-jawab atas penyesatan yang di lakukan terhadapnya,dan kemudian segala jalinan hubungan di antara mereka pun terputus sama-sekali. Allah berfirman: إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأسْبَابُ (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. (QS: Al-Baqarah 166). Setelah ia tahu bahwa pemimpin kesesatan yang di ikutinya saat di dunia berlepas diri dari tanggung-jawab atas penyesatannya,dan setelah segala jalinan yang pernah ada di antara mereka pun terputus sama sekali,termasuk di antaranya adalah jalinan dinas dalam kepemimpinan pemimpin kesesatan tersebut sebagai bentuk loyalitas seorang bawahan kepada atasan,akhirnya ia pun menyesal lalu berharap jika seandainya ia bisa kembali lagi kedunia,maka ia akan berlepas diri dari pemimpinnya tersebut,sebagaimana saat itu ia pun berlepas diri darinya. Akan tetapi sangat di sayangkan,nasi telah menjadi bubur,saat ia sudah di masukkan kedalam neraka,maka ia tidak akan mungkin dapat kembali lagi kedunia,dan akhirnya amalan atau loyalitas yang pernah di berikannya kepada pemimpin kesesatannya saat di dunia itu pun kemudian menjadi sesalannya,dan sekali-kali ia tidak akan bisa keluar dari neraka itu. Allah berfirman: وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti, "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. (Al-Baqarah 167). Lalu seseorang bertanya. "Pak ustadz,termasuk kedalam jenis dosa apakah seseorang yang berloyal kepada pemimpin kesesatan itu sehingga pelakunya akan di masukkan kedalam neraka,dan sekali-kali ia tidak akan bisa keluar darinya?!". Tayyib,sesungguhnya dosa berloyal kepada pemimpin kesesatan adalah termasuk dosa yang paling besar,yaitu dosa kesyirikan. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 165,sebelum ia berfirman dalam kedua ayat yang di sebutkan atas,yang bunyinya seperti ini: وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS: Al-Baqarah 165). Dalam ayat di atas Allah berfirman, Bahwasanya di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah,mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah... Arti dari orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah,yaitu adalah adanya orang-orang yang menyembah tuhan-tuhan yang lain selain Allah. Lalu mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah,itu artinya mereka menganggap bahwa tuhan-tuhan lain selain Allah yang mereka sembah itu sama agungnya dengan Allah,sehingga rasa cintanya kepadanya sama besarnya dengan rasa cintanya kepada Allah. Lalu Allah berfirman, Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat) bahwa kekuatan itu seluruhnya milik Allah,dan bahwa Allah sangat berat siksaanya (tentu mereka akan menyesal). Maksud dari sebutan orang-orang dzalim dalam ayat di atas,bahwa orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah,yang tandingan-tandingan itu mereka cintai sebagaimana mereka mencintai Allah,maksudnya mereka itu adalah orang-orang musyrik,karena orang-orang tersebut menyembah tuhan-tuhan yang lain selain Allah,dan mereka pun mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Lalu di jelaskan dalam ayat 166-167 pada surat yang sama di atas,bahwa tandingan-tandingan selain Allah yang mereka sembah dan mereka cintai sebagaimana mereka mencintai Allah itu,sejatinya mereka adalah pemimpin-pemimpin kesesatan,yang kemudian mereka berlepas diri dari tanggung-jawab atas penyesatannya yang mereka lakukan kepada pengikutnya saat masih di dunia. Kemudian setelah itu seseorang bertanya lagi. "Pak ustadz,memangnya berloyal kepada pemimpin kesesatan itu apakah berarti sama halnya dengan menyembah mereka?!". Tayyib,betul,berloyal kepada pemimpin kesesatan,mengikuti segala perintahnya,baik perintahnya itu benar atau salah,itu artinya adalah sama saja dengan menyembah mereka. Dalilnya adalah firman Allah dalam surat At-Taubah ayat 31,berkaitan dengan kebiasaan ahli kitab (yahudi & nasrani) yang suka mengikuti setiap perkataan orang-orang alimnya dan rahib-rahibnya,dalam hal menghalalkan apa yang telah di haramkan Allah,dan mengharamkan apa yang telah di halalkan Allah. Allah berfirman: اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain-Allah, dan (juga mereka mempertuhankan) Al-Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia. Mahasuci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS: At-Taubah 31). Di kisahkan suatu ketika Rasulullah saw membaca surat At-Taubah ayat 31 di atas di hadapan Adiy bin Hatim,yang mana sebelum Adiy bin Hatim ini menjadi muslim,sebelumnya ia adalah seorang nasrani. Dalam kisah itu rasulullah saw bersabda: "Mereka (yahudi dan nasrani) menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahibnya sebagai arbab = tuhan-tuhan selain Allah....". Mendengar rasulullah saw membaca ayat ini,lalu Adiy bin Hatim berkata atas nama kaum nasrani,menyangkal bahwa kaum nasrani itu menyembah orang-orang alimnya. Sebab selama ia menjadi orang nasrani,ia dan kaum nasrani merasa tidak pernah menyembah orang-orang alim mereka itu. Setelah itu lalu rasulullah saw memberi penjelasan kepada Adiy bin Hatim akan hakikat perbuatannya dan kaum nasrani yang suka menaati orang-orang alimnya dalam hal mengharamkan apa yang di halalkan Allah,dan menghalalkan apa yang di haramkan Allah,bahwa hal itu adalah termasuk bentuk peribadatan kepada mereka. Rasulullah saw bersabda: "...Tidak, sesungguhnya mereka mengharamkan hal yang halal bagi para pengikutnya dan menghalalkan hal yang haram bagi mereka, lalu mereka mengikutinya; yang demikian itulah ibadah mereka kepada orang-orang alim dan rahib-rahib mereka". Dan hadits lengkap tentang kisah itu ada di bawah ini. أَنَّهُ لَمَّا بَلَغَتْهُ دَعْوَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فرَّ إِلَى الشَّامِ، وَكَانَ قَدْ تَنَصَّرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ، فَأُسِرَتْ أُخْتُهُ وَجَمَاعَةٌ مِنْ قَوْمِهِ، ثمَّ منَّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أُخْتِهِ وَأَعْطَاهَا، فَرَجَعَتْ إِلَى أَخِيهَا، ورَغَّبته فِي الْإِسْلَامِ وَفِي الْقُدُومِ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَدِمَ عَدِيّ الْمَدِينَةَ، وَكَانَ رَئِيسًا فِي قَوْمِهِ طَيِّئٍ، وَأَبُوهُ حَاتِمٌ الطَّائِيُّ الْمَشْهُورُ بِالْكَرَمِ، فتحدَّث النَّاسُ بِقُدُومِهِ، فَدَخَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي عُنُقِ عَدِيّ صَلِيبٌ مِنْ فِضَّةٍ، فَقَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَذِهِ الْآيَةَ: {اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ} قَالَ: فَقُلْتُ: إِنَّهُمْ لَمْ يَعْبُدُوهُمْ. فَقَالَ: "بَلَى، إِنَّهُمْ حَرَّمُوا عَلَيْهِمُ الْحَلَالَ، وَأَحَلُّوا لَهُمُ الْحَرَامَ، فَاتَّبَعُوهُمْ، فَذَلِكَ عِبَادَتُهُمْ إِيَّاهُمْ". وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا عَدِيُّ، مَا تَقُولُ؟ أيُفرّك أَنْ يُقَالَ: اللَّهُ أَكْبَرُ؟ فَهَلْ تَعْلَمُ شَيْئًا أَكْبَرَ مِنَ اللَّهِ؟ مَا يُفرك؟ أَيُفِرُّكَ أَنْ يُقَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ؟ فَهَلْ تَعْلَمُ مِنْ إِلَهٍ إِلَّا اللَّهُ"؟ ثُمَّ دَعَاهُ إِلَى الْإِسْلَامِ فَأَسْلَمَ، وَشَهِدَ شَهَادَةَ الْحَقِّ، قَالَ: فَلَقَدْ رأيتُ وَجْهَهُ اسْتَبْشَرَ ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ الْيَهُودَ مَغْضُوبٌ عَلَيْهِمْ، وَالنَّصَارَى ضَالُّونَ" bahwa ketika sampai kepadanya dakwah dari Rasulullah Saw., ia lari ke negeri Syam. Sejak zaman Jahiliah ia telah masuk agama Nasrani, kemudian saudara perempuannya ditahan bersama sejumlah orang dari kaumnya. Lalu Rasulullah Saw. menganugerahkan kebebasan kepada saudara perempuan Adiy ibnu Hatim dan memberinya hadiah. Saudara perempuan Adiy ibnu Hatim kembali kepada saudara lelakinya dan menganjurkannya untuk masuk Islam dan menghadap kepada Rasulullah Saw. Akhirnya Adiy datang ke Madinah. Dia adalah pemimpin kaumnya, yaitu kabilah Tayyi'; dan ayahnya (yaitu Hatim At-Tai') terkenal dengan kedermawanannya. Maka orang-orang Madinah ramai membicarakan kedatangan Adiy ibnu Hatim. Adiy masuk menemui Rasulullah Saw, sedangkan pada leher Adiy tergantung salib yang terbuat dari perak. Saat itu Rasulullah Saw. sedang membacakan firman-Nya: Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan-tuhan selain Allah.(At-Taubah: 31) Adiy melanjutkan kisahnya, bahwa ia menjawab, "Sesungguhnya mereka tidak menyembahnya". Rasulullah Saw. bersabda: Tidak, sesungguhnya mereka mengharamkan hal yang halal bagi para pengikutnya dan menghalalkan hal yang haram bagi mereka, lalu mereka mengikutinya; yang demikian itulah ibadah mereka kepada orang-orang alim dan rahib-rahib mereka. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda, "Hai Adiy, bagaimanakah pendapatmu, Apakah membahayakan bila dikatakan Allah Maha besar?, Apakah kamu mengetahui sesuatu yang lebih besar daripada Allah bila Allah menimpakan bahaya kepadamu?, Apakah membahayakanmu bila dikatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah?, Apakah kamu mengetahui ada Tuhan selain Allah?". Rasulullah Saw. mengajaknya masuk Islam. Akhirnya Adiy masuk Islam dan mengucapkan syahadat yang benar. Adiy melanjutkan kisahnya, bahwa setelah itu ia melihat wajah Rasulullah Saw. bersinar ceria, lalu bersabda: Sesungguhnya orang-orang Yahudi itu dimurkai dan orang-orang Nasrani itu orang-orang yang sesat. HR: Ahmad,At-Tirmidzi dan Ibnu Jarir. Dan kesimpulan dari surat At-Taubah ayat 31 dan hadits di atas,bahwasanya mentaati pemimpin dalam hal mengharamkan apa yang telah di halalkan Allah,atau menghalalkan apa yang telah di haramkan Allah,hal itu artinya adalah sama saja dengan menyembah mereka,dan menyembah mereka artinya berbuat syirik kepada Allah,dan berbuat syirik kepada Allah dosanya mengekalkan pelakunya di neraka,sehingga dalam surat Al-Baqarah ayat 166 di atas,Allah katakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan keluar dari neraka. Kemudian saat orang-orang musyrik itu di siksa di neraka dengan cara wajahnya di bolak-balikkan dalam panas api neraka,mereka pun berkata dalam penyesalannya, "Alangkah baiknya andai kami dahulu taat kepada Allah dan taat kepada rasul". Allah berfirman: يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَ Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata, "Alangkah baiknya, andaikata kami taat kepada Allah dan taat (pula)kepada Rasul”. (QS: Al-Ahzab 66). Itulah penyesalan penghuni neraka akibat tidak taat kepada Allah dan rasulnya. Dan ketidak taatan penghuni neraka kepada Allah dan rasulnya yang di siksa dengan cara wajahnya di bolak-balikkan di neraka itu,ternyata hal itu karena mereka mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar mereka yang sesat,sehingga mereka pun di sesatkan olehnya. Allah berfirman: وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَ Dan mereka berkata, "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). (QS: Al-Ahzab 67). Kemudian mereka pun memohon kepada Allah agar pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesarnya yang telah menyesatkannya itu di siksa dengan siksaan dua kali lipat dari siksaan yang di terimanya. Allah berfirman: رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا . Ya Tuhan kami, berilah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. (QS: Al-Ahzab 68. Akan tetapi kemudian Allah menjawab permohonan mereka bahwa keduanya,yaitu pemimpin-pemimpin + pembesar-pembesar yang menyesatkan,dan pengikut-pengikut yang di sesatkan sama-sama akan mendapat siksaan yang berlipat ganda. قَالَ ادْخُلُوا فِي أُمَمٍ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِكُمْ مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ فِي النَّارِ كُلَّمَا دَخَلَتْ أُمَّةٌ لَعَنَتْ أُخْتَهَا حَتَّى إِذَا ادَّارَكُوا فِيهَا جَمِيعًا قَالَتْ أُخْرَاهُمْ لأولاهُمْ رَبَّنَا هَؤُلاءِ أَضَلُّونَا فَآتِهِمْ عَذَابًا ضِعْفًا مِنَ النَّارِ قَالَ لِكُلٍّ ضِعْفٌ وَلَكِنْ لَا تَعْلَمُونَ Allah berfirman,"Masuklah kamu sekalian ke dalam neraka bersama umat-umat jin dan manusia yang telah terdahulu sebelum kalian. Setiap suatu umat masuk (ke dalam neraka), dia mengutuk kawannya (yang menyesatkannya), sehingga apabila mereka masuk ke dalam semuanya, berkatalah orang-orang yang masuk kemudian di antara mereka kepada orang-orang yang masuk terdahulu, "Ya Tuhan kami. mereka telah menyesatkan kami, sebab itu datangkanlah kepada mereka siksaan yang berlipat ganda dari neraka.” Allah berfirman, "Masing-masing mendapat (siksaan) yang berlipat ganda,akan tetapi kalian tidak mengetahui”. (QS: Al-A'raf 38). Inilah gambaran orang-orang yang saat di dunia salah di dalam memilih pemimpin. Mana kala mereka salah di dalam memilih pemimpin,yaitu memilih pemimpin yang mengajak kepada kesesatan,kelak di akhirat pemimpin yang di ikutinya akan berlepas diri dari tanggung-jawab atas penyesatannya,dan kemudian mereka dan pemimpin yang menyesatkannya akan sama-sama di masukkan kedalam neraka,dan masing-masing dari mereka akan mendapat siksaan yang berlipat ganda,dan mereka tidak akan bisa keluar darinya. Kemudian ada pun contoh pemimpin-pemimpin yang menyesatkan pada zaman dahulu adalah Fir'aun. Fir'aun termasuk pemimpin-pemimpin yang menyesatkan karena salah satunya ia adalah sosok pemimpin yang menentang ajaran islam yang di bawa rasulullah Musa as,dan malahan ia mendakwakan dirinya sebagai Rabb atau tuhan yang paling tinggi. Allah berfirman: وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ Dan berkata Fir’aun, "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat. Kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang yang pendusta. (QS: Al-Qashash 38). وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الأرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ " dan berlaku angkuhlah Fir’aun dan bala tentaranya di bumi(Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. (QS: Al-Qashash 39). Allah berfirman: فَأَخَذْنَاهُ وَجُنُودَهُ فَنَبَذْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ Maka Kami hukumlah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim. ((QS-Qashash 40). Lalu Allah berfirman bahwa Fir'aun dan bala tentaranya itu di jadikannya sebagai pemimpin-pemimpin yang menyeru manusia ke neraka. Allah berfirman: وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يُنْصَرُونَ Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. (QS: Al-Qashash 41). Dalam ayat di atas Fir'aun dan bala-tentaranya Allah nyatakan sebagai pemimpin-pemimpin yang menyeru ke neraka. Maka agar selamat dari siksa neraka,sudah semestinya kita harus lebih hati-hati agar jangan sampai memilih pemimpin-pemimpin seperti sosok Fir'aun,yang mana ciri-ciri sosok Fir'aun itu yaitu menetang dakwah islam yang di bawa oleh rasulullah Musa as,dan kemudian mendakwakan dirinya sebagai Rabb atau tuhan selain Allah. Kemudian contoh pemimpin-pemimpin yang menyesatkan zaman dahulu selanjutnya adalah Abu Jahal cs pada zaman rasulullah Muhammad saw. Abu Jahal cs adalah sosok pemimpin kaum quraiys yang menentang ajaran islam yang di bawa oleh rasul Muhammad saw. Mereka menolak,mengusir dan memerangi pembawa ajaran islam,padahal ajaran islam adalah ajaran kebenaran yang berasal dari Allah,karena itu kemudian mereka itu termasuk pemimpin-pemimpin yang mengajak pada kesesatan yang menyeru ke neraka. Ada pun contoh pemimpin-pemimpin kesesatan zaman sekarang yang kita mesti berlepas diri darinya,agar kita tidak termasuk sebagai orang-orang yang menyembahnya,adalah siapa saja yang menentang dakwah islam. Siapa saja yang menolak,mengusir atau memerangi da'i-da'i yang ingin menegakkan ajaran islam,maka dia adalah pemimpin kesesatan yang kita harus berlepas diri darinya. Kemudian ada pun contoh pemimpin-pemimpin yang kita mesti berloyal kepadanya,adalah pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Allah. Ada pun contoh pemimpin-pemimpin yang seperti itu pada zaman dahulu adalah nabi Ibrahim dan anak-cucunya. Allah berfirman: وَنَجَّيْنَاهُ وَلُوطًا إِلَى الأرْضِ الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا لِلْعَالَمِينَ Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia. (QS: Al-Anbiya 71). وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ نَافِلَةً وَكُلا جَعَلْنَا صَالِحِينَ Dan Kami telah memberikan kepadanya(Ibrahim) Ishaq dan Ya’qub, sebagai suatu anugerah (dari Kami). Dan masing-masing Kami jadikan orang-orang yang saleh. (QS: Al-Anbiya 72). Lalu Allah berfirman bahwa mereka,yaitu nabi Ibrahim,Ishaq,Ya'qub dan keturunannya yang shalih Allah jadikan sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintahnya. Dan ciri-ciri mereka,yaitu pemimpin-pemimpin yang mesti di ikuti itu adalah pemimpin-pemimpin yang berbuat kebajikan,yang menegakkan shalat,yang mendatangkan zakat,dan hanya kepada Allah sajalah mereka hanya menyembah,atau dengan kata lain mereka itu adalah pemimpin-pemimpin yang mentauhidkan Allah. Allah berfirman: وَجَعَلْنَاهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ وَإِقَامَ الصَّلاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِي Dan Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu menyembah. (QS: Al-Anbiya 73). Dalam ayat lain Allah juga berfirman tentang bani isra'il yang shalih,yang di jadikannya pula sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintahnya ketika mereka bersabar,dan mereka pun yakin akan kebenaran ayat-ayatnya. Allah berfirman: وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ فَلا تَكُنْ فِي مِرْيَةٍ مِنْ لِقَائِهِ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat), maka janganlah kamu (Muhammad) ragu-ragu untuk bertemu dengannya (Musa) dan Kami jadikan Al-Kitab (Taurat) itu petunjuk bagi Bani Israil. (QS: As-Sajdah 23). وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (Qs: As-Sajdah 24). Inilah contoh pemimpin-pemimpin yang benar zaman dahulu yang mengajak ke surga. Ada pun contoh pemimpin-pemimpin yang benar zaman sekarang yang mengajak kesurga yang mesti kita ikuti adalah pemimpin-pemimpin yang membawa ajaran islam yang di bawa oleh nabi Muhammad saw. Dan mereka itu yaitu pemimpin-pemimpin yang jika terjadi perselisihan maka mereka akan merujuk kepada Al-Qur'an dan Sunnah untuk menyelesaikan perkara tersebut. Allah berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Ra-sul-Nya, dan ulil amri di antara kalian. Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya. (QS: An-Nisa' 59). Dan mereka itu,yaitu pemimpin-pemimpin yang jika terjadi permasalahan akan mengembalikan penyelesaian permasalahan kepada Al-Qur'an dan Sunnah adalah para Khalifah yang memimpin umat dalam sistem Kekhilafahan. Maka pemimpin-pemimpin seperti inilah yang bila di ikuti yang akan menyelamatkan kita dari siksa neraka,maka sudah semestinya kita mengikuti pemimpin-pemimpin yang seperti mereka. Qaala rasulullah saw: "...Laa nabiya ba'di,fasatakuunu khulafaa'u,fataktsuru...". "...Tidak ada nabi lagi sepeninggalku,kemudian akan ada para khalifah,sehingga berjumlah banyak...".

Jumat, 10 Agustus 2018

الأعمال التي تثقل بها الموازين Amalan Yang Berat Timbangan Nya Diakherat

Aku Berharap Dan Berdo'a Ummat Islam Segera Bersatu Dalam Satu Jama'ah Al Khilafah

 الأعمال التي تثقل بها الموازين


السؤال : ما هي الأعمال التي تثقل الميزان يوم القيامة ؟
الجواب :
الحمد لله : 
من المهم أن نعلم أن كل عمل صالح يعمله العبد هو مما يثقل الله به موازين حسناته يوم القيامة ؛ قال الله تعالى : ( إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ وَإِنْ تَكُ حَسَنَةً يُضَاعِفْهَا وَيُؤْتِ مِنْ لَدُنْهُ أَجْرًا عَظِيمًا ) النساء/40 ، وقال تعالى : (فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ * وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ ) الزلزلة/7-8 . 
غير أن النصوص قد وردت بأعمال معينة ، لها خصوصية بتثقيل موازين صاحبها يوم القيامة ؛ فمن ذلك :

1- التهليل ويقصد به " لا إله إلا الله " وهي أثقل شيء في الميزان
عن عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( إِنَّ اللَّهَ سَيُخَلِّصُ رَجُلًا مِنْ أُمَّتِي عَلَى رُءُوسِ الْخَلَائِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَنْشُرُ عَلَيْهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ سِجِلًّا كُلُّ سِجِلٍّ مِثْلُ مَدِّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ أَتُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا أَظَلَمَكَ كَتَبَتِي الْحَافِظُونَ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَفَلَكَ عُذْرٌ فَيَقُولُ لَا يَا رَبِّ فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَةً فَإِنَّهُ لَا ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتَخْرُجُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ فَيَقُولُ احْضُرْ وَزْنَكَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلَّاتِ فَقَالَ إِنَّكَ لَا تُظْلَمُ قَالَ فَتُوضَعُ السِّجِلَّاتُ فِي كَفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِي كَفَّةٍ فَطَاشَتْ السِّجِلَّاتُ وَثَقُلَتْ الْبِطَاقَةُ فَلَا يَثْقُلُ مَعَ اسْمِ اللَّهِ شَيْءٌ ) رواه احمد (6699) والترمذي (2639) وصححه الشيخ الألباني رحمه الله 

2- ذكر الله تعالى: " التسبيح والتحميد والتهليل والتكبير.. 
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ) البخاري(6406) ومسلم (2694)
عَنْ جُوَيْرِيَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ مِنْ عِنْدِهَا بُكْرَةً حِينَ صَلَّى الصُّبْحَ وَهِيَ فِي مَسْجِدِهَا ثُمَّ رَجَعَ بَعْدَ أَنْ أَضْحَى وَهِيَ جَالِسَةٌ فَقَالَ مَا زِلْتِ عَلَى الْحَالِ الَّتِي فَارَقْتُكِ عَلَيْهَا قَالَتْ نَعَمْ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ قُلْتُ بَعْدَكِ أَرْبَعَ كَلِمَاتٍ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَوْ وُزِنَتْ بِمَا قُلْتِ مُنْذُ الْيَوْمِ لَوَزَنَتْهُنَّ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقِهِ وَرِضَا نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ ) رواه مسلم (2726) 

3- المحافظة على الأذكار دبر الصلاة المفروضة : 
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ( خَصْلَتَانِ أَوْ خَلَّتَانِ لَا يُحَافِظُ عَلَيْهِمَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ هُمَا يَسِيرٌ وَمَنْ يَعْمَلُ بِهِمَا قَلِيلٌ يُسَبِّحُ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ عَشْرًا وَيَحْمَدُ عَشْرًا وَيُكَبِّرُ عَشْرًا فَذَلِكَ خَمْسُونَ وَمِائَةٌ بِاللِّسَانِ وَأَلْفٌ وَخَمْسُ مِائَةٍ فِي الْمِيزَانِ وَيُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلَاثِينَ إِذَا أَخَذَ مَضْجَعَهُ وَيَحْمَدُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ وَيُسَبِّحُ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ فَذَلِكَ مِائَةٌ بِاللِّسَانِ وَأَلْفٌ فِي الْمِيزَانِ..) رواه أحمد (6616) وأبو داود(5065) والترمذي(3410) والنسائي(1331) وابن ماجة(926) وصححه الشيخ الألباني في صحيح الترغيب والترهيب

4- الصبر والاحتساب على فقدان الولد الصالح
عَنْ زَيْدٍ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ عَنْ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ( بَخٍ بَخٍ خَمْسٌ مَا أَثْقَلَهُنَّ فِي الْمِيزَانِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالْوَلَدُ الصَّالِحُ يُتَوَفَّى فَيَحْتَسِبُهُ وَالِدَاهُ وَقَالَ بَخٍ بَخٍ لِخَمْسٍ مَنْ لَقِيَ اللَّهَ مُسْتَيْقِنًا بِهِنَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَبِالْجَنَّةِ وَالنَّارِ وَالْبَعْثِ بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْحِسَابِ ) رواه الإمام أحمد(15107) وصححه الشيخ الألباني في السلسلة الصحيحة. 

5- مكارم الأخلاق
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ( مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ ) رواه أبو داود(4799) وصححه الشيخ الألباني رحمه الله في صحيح أبي داود.
عَنْ أُمِّ الدَّرْدَاءِ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( يَقُولُ مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلَاةِ ) رواه الترمذي(2003) وصححه الشيخ الألباني رحمه الله في صحيح الترمذي.

6- إتباع الجنازة حتى يفرغ من دفنها
عَنْ أُبَيٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ( مَنْ تَبِعَ جَنَازَةً حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا وَيُفْرَغَ مِنْهَا فَلَهُ قِيرَاطَانِ وَمَنْ تَبِعَهَا حَتَّى يُصَلَّى عَلَيْهَا فَلَهُ قِيرَاطٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَهُوَ أَثْقَلُ فِي مِيزَانِهِ مِنْ أُحُدٍ ) رواه الإمام أحمد (20256) وصححه الشيخ الألباني في صحيح الجامع الصغير

والله أعلم
الشيخ: محمّد صالح المنجد

Sabtu, 04 Agustus 2018

Pengantar Ilmu Syar'ir Pada Masa Kekhalifahan Bani Umayyah



تطور الأدب في العصر الأموي تطورًا محسوسًا بتأثره ببعض العوامل السياسية والاجتماعية، فظهرت بذلك فنون جديدة على نطاقي الشعر والنثر.
أولًا، الشعر في العصر الأموي:
تميز الشعر في العصر الأموي بجزالة اللفظ وسهولته وعذوبته، واعتماده على التصوير رغبة في إبراز الأفكار والمعاني. و كان بناء القصيدة على طريقة الجاهليين في تعدد أغراض القصيدة، والتزام الشعراء بنظام الوزن والقافية الواحدة.
الشعر السياسي: ازدهر الشعر السياسي بسبب قيام الأحزاب السياسية من الأمويين والخوارج والزبيريين والشيعة.
شعر النقائض: هي معركة هجائية شعرية نشبت بين بعض الشعراء أمثال جرير والفرزدق والأخطل، وفيها ينظم شاعر قصيدة في الفخر والهجاء على وزن وقافية، فيرد عليه شاعر آخر بقصيدة ينقض بها فخره وهجاءه من نفس الوزن والقافية؛ حتى يظهر تفوقه عليه من ناحية المعاني، ومن ناحية الفن نفسه.
وانتشرت النقائض في هذا العصر نتيجة التنافس الشخصي بين الشعراء للحصول على منح الخلفاء والأمراء. ويعاب عليها إحياء العصبية القبلية التي قضى عليها الإسلام، و التفاخر بالأحساب والأنساب، والهجاء الفاحش الخارج عن روح الإسلام. أما عن محاسنها فقد أثرت النقائض اللغة والأدب بما فيها من أساليب جديدة، وثروة لغوية. و قد كانت سجلًا تاريخيًا لكثير من الوقائع والعادات في العصر الأموي.
ثانيًا، النثر في العصر الأموي:
الكتابة: ارتفع شأن الكتابة في العصر الأموي لما نتج عن امتزاج الثقافات العربية بالأجنبية في ظل اتساع رقعة الدولة وحاجة الخلفاء إلى مكاتبة الولاة والقادة، وكان أبرز ما يميزها التأثر والاقتباس من آيات القرآن الكريم والاستهلال بذكر الله وتمجيده والصلاة على نبيه، والاهتمام بتفخيم العبارة وتجويد اللفظ، والاستعانة بالتشبيهات من الشعر والأمثال والحكم.
الخطابة: احتلت الخطابة مركزًا مرموقًا في العصر الأموي بسبب تعدد الأحزاب السياسية والدينية وكثرة الفتن والاضطرابات، والامتداد الناتج عن الفتوح الإسلامية، لذلك تنوعت أغراضها فكان منها الخطب الدينية والحربية والسياسية، كذلك الخطب الاجتماعية التي تلقى عند اجتماع الناس في محافلهم ومناسباتهم.
فن الرسائل: هو فن أدبي قديم ازدهر في العصر الأموي حيث يُظهر مقدرة الكاتب في التصوير البياني وموهبته الإبداعية في زخرفة أساليبه. وتسمى الرسائل التي تصدر عن ديوان الرسائل “الرسائل الديوانية” نسبة إليه. وتتمثل موضوعاتها في رسائل تولية العهد، وتولية القضاة، والولاة، وما يتصل بأمور الرعية.
وفي مقابل الرسائل الديوانية، يوجد نوع يعرف بالرسائل الإخوانية، وهي التي يكتبها الناس بعضهم إلى بعض، كالتهنئة، والتعزية والبشارة والعتاب، وغير ذلك من أمور الحياة.
وهناك رسائل أخرى ليست ديوانية ولا إخوانية وإنما هي رسائل وعْظية، ونعني بها تلك التي يكتبها بعض الأتقياء إلى الخلفاء والأمراء يحثونهم على الصلاح والتقوى والرأفة بالرعية، والزهد وما أشبه ذلك. وبالإضافة هناك نوع خُصص للحديث عن الموضوعات الأدبية أو العلمية أو الدينية أو التاريخية، وهو أقرب إلى باب التأليف، واشتهر به كتاب معروفون أمثال: سالم بن هشام، وعبد الحميد بن يحيى الكاتب الذي كان أبلغ كتاب العصر الأموي.
وبهذا نكون قد مررنا بفنون ومظاهر ازدهار الأدب العربي في هذا العصر، وللحديث بقية مع عصور أخرى.

أسماء سعيد

BUKAN NEGARA ISLAM YANG MENJADI TUJUAN, KHILAFAH ADALAH BUKTI PENGAGUNGAN MANUSIA KEPADA ALLAH

BAI'AT UMMAT ISLAM YG BERSEDIA TUNDUK DAN PATUH PADA AL JAMAA'AH KHILAFATUL MUSLIMIN

<< 48:11 Surat Al-Fath Ayat 10 (48:10) 48:9 >>  اِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ اِنَّمَا يُبَايِعُوْنَ اللّٰهَ ۗيَدُ اللّٰهِ فَ...