Selasa, 05 Februari 2019

DEMOKRASI, SISTEM KAFIR YG MENJADIKAN MUSLIM MENJADI MURTAD TANPA SADAR

Aku Berharap Dan Berdo'a Ummat Islam Segera Bersatu Dalam Satu Jama'ah Al Khilafah DEMOKRASI, SISTEM KAFIR YG MENJADIKAN MUSLIM MENJADI MURTAD TANPA SADAR Janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pelindung kalian. Allah Ta'ala Berfirman: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (٥١) "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali (pelindung kalian); sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kalian mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim". (Qs. Al Maidah: 51) Allah Ta'ala melarang hamba-hamba-Nya yang mukmin mengangkat orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani sebagai wali mereka, karena mereka adalah musuh-musuh Islam dan para penganutnya; semoga Allah melaknat mereka. Kemudian Allah memberitahukan bahwa sebagian dari mereka adalah wali bagi sebagian yang lain. Selanjutnya Allah mengancam orang mukmin yang melakukan hal itu melalui firman-Nya: وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ "Barang siapa di antara kalian mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka." (Al-Maidah: 51), hingga akhir ayat. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Kasir ibnu Syihab, telah menceritakan kepada kami Muhammad (Yakni Ibnu Sa'id ibnu Sabiq), telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Abu Qais, dari Sammak ibnu Harb, dari Iyad, bahwa Umar pernah memerintahkan Abu Musa Al Asyari untuk melaporkan kepadanya tentang semua yang diambil dan yang diberikannya (yakni pemasukan dan pengeluarannya) dalam suatu catatan lengkap. Dan tersebutlah bahwa yang menjadi sekretaris Abu Musa saat itu adalah seorang Nasrani. Kemudian hal tersebut dilaporkan kepada Khalifah Umar rodhiyallohu 'anhu maka Khalifah Umar merasa heran akan hal tersebut, lalu ia berkata, "Sesungguhnya orang ini benar-benar pandai, apakah kamu dapat membacakan untuk kami sebuah surat di dalam masjid yang datang dari negeri Syam?" Abu Musa Al-Asy'ari menjawab, "Dia tidak dapat melakukannya." Khalifah Umar bertanya, "Apakah dia sedang mempunyai jinabah?" Abu Musa Al-Asy'ari berkata, "Tidak, tetapi dia adalah seorang Nasrani." Maka Khalifah Umar membentakku dan memukul pahaku, lalu berkata, "Pecatlah dia." Selanjutnya Khalifah Umar membacakan firman Allah Ta'ala: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali (kalian)." (Al-Maidah: 51), hingga akhir ayat. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabah, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aun, dari Muhammad ibnu Sirin yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Atabah pernah berkata, "Hendaklah seseorang di antara kalian memelihara dirinya, jangan sampai menjadi seorang Yahudi atau seorang Nasrani, sedangkan dia tidak menyadarinya." Menurut Muhammad ibnu Sirin, yang dimaksud olehnya menurut dugaan kami adalah firman Allah Ta'ala yang mengatakan: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali (kalian)." (QS. Al-Maidah : 51), hingga akhir ayat. (Tafsir Ibnu Katsir)....

Rabu, 16 Januari 2019

Kesenangan Akherat Lebih Utama

Aku Berharap Dan Berdo'a Ummat Islam Segera Bersatu Dalam Satu Jama'ah Al Khilafah Tafsir / Indonesia / DEPAG / Surah Al Qashash 81 فَخَسَفْنَا بِهِ وَبِدَارِهِ الْأَرْضَ فَمَا كَانَ لَهُ مِنْ فِئَةٍ يَنْصُرُونَهُ مِنْ دُونِ اللَّهِ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ (81) Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).(QS. 28:81) Pada ayat ini Allah SWT menerangkan akibat kesombongan dan keangkuhan Karun Ia beserta rumahnya dan segala kemegahan dan kekayaannya dibenamkan ke dalam bumi, tak ada yang dapat menolongnya menyelamatkan dari azab Allah itu, baik perorangan maupun golongan secara bersama-sama. Ia sendiri tidak dapat membela dirinya. Tidak sedikit orang yang sesat jalan. keliru paham tentang harta yang diberikan kepadanya. Disangkanya harta itu hanya untuk kemegahan dan kesenangan; sehingga mereka itu tidak menyalurkan penggunaannya ke jalan yang diridai Allah SWT, maka datanglah murka Allah, ditimpakan azab-Nya kepada mereka. Surah Al Qashash 82 وَأَصْبَحَ الَّذِينَ تَمَنَّوْا مَكَانَهُ بِالْأَمْسِ يَقُولُونَ وَيْكَأَنَّ اللَّهَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَيَقْدِرُ لَوْلَا أَنْ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْنَا لَخَسَفَ بِنَا وَيْكَأَنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ (82) Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu berkata: `Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah)`.(QS. 28:82) Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa orang-orang yang tadinya bercita-cita mempunyai kedudukan dan tempat terhormat seperti yang pernah dimiliki Karun, dengan seketika mereka mengurungkan cita-cita mereka setelah mereka itu menyaksikan azab yang ditimpakan kepada Karun yaitu dibenamkan bersama segala kekayaan yang ada padanya ke dalam bumi dan tak seorangpun yang dapat menolongnya. Mereka menyadari bahwa banyaknya harta benda dan kesenangan menikmati kehidupan duniawi yang serba mewah, tidak menunjukkan keridaan Allah SWT bagi pemiliknya. Allah memberi kepada yang dikehendaki, dan tidak memberi kepada yang tidak dikehendaki. Allah meninggikan orang yang dikehendaki dan merendahkannya. Kesemuanya itu adalah berdasarkan kebijaksanaan Allah dan ketetapan yang telah digariskan-Nya. Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud r.a bahwasanya Allah SWT telah memberikan kepada manusia watak mereka masing-masing sebagaimana Dia telah membagi-bagikan rezeki di antara mereka. Dan sesungguhnya Allah itu memberikan harta kepada orang yang disenangi, dan tidak menganugerahkan iman kecuali kepada orang yang disenangi dan dikasihi-Nya. Mereka merasa memperoleh karunia dari Allah SWT karena cita-cita mereka belum sampai tercapai. Andaikata tercapai tentunya mereka dibenamkan juga ke dalam bumi sebagaimana nasib yang telah dialami Karun. Pengertian mereka bertambah mantap bahwa benar-benar akan tidak beruntung orang-orang yang mengingkari nikmat Allah, dan mendustakan Rasul-Nya serta pahala yang dijanjikan di akhirat bagi orang yang taat kepada-Nya, bahkan mereka itu akan dimusnahkan oleh azab sebagaimana firman Allah SWT: ولقد جاءهم رسول منهم فكذبوه فأخذهم العذاب وهم ظالمون Artinya: Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang Rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya, karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orong yang zalim. (Q.S. An Nahl: 113) Al Qashash 83 تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ (83) Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa.(QS. 28:83) Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa kebahagiaan dan segala kenikmatan di akhirat disediakan untuk orang-orang yang tidak takabur, menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di muka bumi, seperti menganiaya dan sebagainya. Mereka itu bersifat merendah diri, tahu menempatkan diri. Kepada orang yang lebih tua dan lebih banyak ilmunya, mereka menghormatinya, dan kepada yang lebih muda dan kurang ilmunya, mereka mengasihinya, tidak takabur dan menyombongkan diri kepadanya, karena orang yang bersifat demikian itu tidak disukai oleh Allah SWT. Mereka akan mendapat siksa yang amat pedih dan tidak masuk surga di akhirat nanti sebagaimana firman Allah SWT: وأما الذين استنكفوا واستكبروا فيعذبهم عذابا أليما Artinya: Adapun orang-orang yang enggan dan menyombongkan diri maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih. (Q.S. An Nisa: 173) Dan sabda Rasulullah saw: لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر Artinya: Tidak akan masuk surga orang-orang yang ada di dalam hatinya sifat takabur, sekalipun sebesar zarah. (H.R. Muslim dan Abu Daud dari Ibnu Masud) Ayat 83 ini ditutup dengan penjelasan bahwa kesudahan yang baik yaitu surga bagi orang-orang yang takwa kepada Allah dengan mengamalkan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya, tidak takabur dan menyombongkan diri seperti Firaun dan tidak berbuat kerusakan di bumi seperti Karun. Surah Al Qashash 84 مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ خَيْرٌ مِنْهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى الَّذِينَ عَمِلُوا السَّيِّئَاتِ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (84) Barangsiapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barangsiapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan.(QS. 28:84) Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa barangsiapa di akhirat nanti datang dengan satu amal kebaikan, akan dibalas dengan yang lebih baik, akan dilipat gandakan sebanyak-banyaknya, tidak ada yang mengetahui kecuali Allah SWT sebagai karunia dan rahmat daripada-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: من هم بحسنة فلم يعملها كتبه الله عنده حسنة كاملة وإن هم بها فعملها كتبها الله عنده عشر حسنات إلى سبعمائة ضعف إلى أضعاف كثيرة. Artinya: Maka barangsiapa bermaksud akan mengerjakan satu kebaikan, kemudian tidak jadi dikerjakannya Allah mencatat pahala pada sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna, kalau ia bermaksud mengerjakan satu kebaikan lalu dikerjakannya, maka Allah mencatat (pahala) dengan sepenuh kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat, bahkan lipat ganda yang lebih banyak lagi. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas) Sebaliknya orang yang datang di Hari Kiamat dengan membawa satu kejahatan, maka ia akan dibalas oleh Allah SWT hanya setimpal dengan kejahatan yang diperbuatnya sebagai rahmat dan keadilan dari pada-Nya sebagaimana firman Allah SWT: ومن جاء بالسيئة فكبت وجوههم في النار هل تجزون إلا ما كنتم تعملون Artinya: Dan barangsiapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkanlah muka mereka ke dalam neraka. Tiadalah kamu dibalasi melainkan (setimpal) dengan apa yang dahulu kamu kerjakan. (Q.S. An Naml : 90) Dan sabda Nabi saw: وإن هم بالسيئة فلم يعملها كتبها الله عنده حسنة كاملة وإن هم بها وعملها كتبها الله عنده سيئة واحدة. Artinya: Dan barangsiapa yang bermaksud mengerjakan satu kejahatan kemudian tidak dikerjakannya. maka ditulislah oleh Allah SWT di sisi-Nya satu kebaikan yang sempurna, dan kalau ia bermaksud mengerjakan kemudian dikerjakannya, maka Allah mencatatkan baginya hanya satu kejahatan saja. (H.R. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas) Surah Al Qashash 85 إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لَرَادُّكَ إِلَى مَعَادٍ قُلْ رَبِّي أَعْلَمُ مَنْ جَاءَ بِالْهُدَى وَمَنْ هُوَ فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (85) Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum) Al quran, benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali. Katakanlah: `Tuhanku mengetahui orang yang membawa petunjuk dan orang yang dalam kesesatan yang nyata`.(QS. 28:85) Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa Dialah yang mewajibkan kepada Muhammad mengamalkan isi Alquran melaksanakan hukum-hukum dan perintah yang ada di dalamnya, Dia pulalah yang akan mengembalikan Muhammad ke tanah suci Mekah, tanah tumpah darahnya dalam keadaan menang merebutnya kembali dari kaumnya yang telah mengusirnya dari sana Muhammad saw kembali ke Mekah berkuasa dengan satu kemenangan besar bagi kaum Muslimin, karena dengan demikian dapatlah ia mengembangkan Islam dengan bebas dan dapat menekan kehendak-kehendak kaum musyrikin. Ini adalah janji dari Allah SWT ketika Muhammad selalu disakiti dan mendapat tekanan yang berat dari kaumnya bahwa dia akan berhijrah akan meninggalkan Mekah, dan akan kembali dalam keadaan menang. Diriwayatkan oleh Muqatil bahwa ketika Muhammad saw keluar dari gua tempat persembunyiannya di dalam perjalanannya menuju Madinah, ia mengambil jalan yang tidak bisa dijalani orang, khawatir kalau-kalau ia diketahui oleh pencarinya. Setelah ia merasa aman ia kembali kepada jalan biasa dan singgahlah ia beristirahat di Juhfah Satu tempat terletak antara Mekah dan Madinah. Di sinilah Muhammad merasakan rindu pada tanah tumpah darahnya dan turunlah malaikat Jibril kepadanya dan berkata: "Apakah engkau rindu akan negerimu, tanah tumpah darahmu ? "Muhammad menjawab: "Ya, betul saya sangat rindu". Berkata Jibril: "Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan "Inna.. (permulaan ayat ini). Selanjutnya kaum musyrikin berkata kepada Rasulullah saw, bahwasanya kaum Muhammad berada dalam kesesatan yang nyata maka datanglah perintah dari Allah supaya Muhammad menolak tuduhan orang-orang musyrikin yang menentang dan yang mendustakannya dan menegaskan kepada mereka bahwa Tuhanku yang lebih mengetahui, siapa yang dapat petunjuk dan siapa yang berada dalam kesesatan yang nyata, kamikah atau kamu sekalian? Kamu akan mengetahui nanti siapa-siapa yang mempunyai hasil baik di dunia dan siapa-siapa yang akan menang di dunia dan di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah SWT: قل ياقوم اعملوا على مكانتكم إني عامل فسوف تعلمون من تكون له عاقبة الدار إنه لا يفلح الظالمون Artinya: Katakanlah "Hai kaumku. berbuatlah sepenuh kemampuanmu. sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. (Q.S. Al An'am: 135) Surah Al Qashash 86 وَمَا كُنْتَ تَرْجُو أَنْ يُلْقَى إِلَيْكَ الْكِتَابُ إِلَّا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ ظَهِيرًا لِلْكَافِرِينَ (86) Dan kamu tidak pernah mengharap agar Al quran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah sekali-kali kamu menjadi penolong bagi orang-orang kafir.(QS. 28:86) Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa Muhammad tidak pernah mengharapkan diturunkannya Alquran kepadanya untuk mengetahui berita-berita orang-orang sebelumnya, dan hal-hal yang terjadi sesudahnya, antara lain seperti agama yang mengandung kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat, dan juga adab-adab yang meninggikan derajat mereka dan mencerdaskan akal pikiran mereka. Sekalipun demikian, Allah SWT menurunkan juga semuanya itu kepada Muhammad sebagai rahmat daripadanya. Oleh karena itu hendaklah ia memuji Tuhannya atas nikmat yang dikaruniakan kepadanya dengan diturunkannya kitab suci Alquran kepadanya, dan tidak perlu menolong dan membantu orang-orang musyrik yang mengingkari Kitab suci Alquran itu, tetapi hendaklah ia memisahkan diri dari mereka dan berpaling dari mereka sesuai dengan firman Allah SWT: فاصدع بما تؤمر وأعرض عن المشركين Artinya: Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. (Q.S. Al Hijr: 94) Surah Al Qashash 87 وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنْزِلَتْ إِلَيْكَ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (87) Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.(QS. 28:87) Pada ayat ini Allah SWT menganjurkan kepada Muhammad supaya ia tidak mengindahkan tipu daya mereka, dan jangan sekali-kali terpengaruh sehingga mereka dapat berhasil menghalang-halangi menyampaikan ayat-ayat suci Alquran sesudah diturunkan kepadanya, karena Allah SWT selalu bersamanya dan menguatkan serta memenangkan agama-Nya dari agama-agama yang disyariatkan sebelumnya Bahkan ia diperintahkan menyeru kaumnya ke jalan Allah dan menyampaikan agama-Nya kepada mereka, menyembah hanya kepada Allah saja yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Pada akhir ayat ini Allah SWT menekankan supaya Muhammad jangan sekali-kali meninggalkan dakwahnya ke jalan Allah, menyampaikan risalahnya kepada kaum musyrikin, agar supaya dia tidak seperti mereka, bermaksiat menyalahi perintah-Nya Di ayat lain diterangkan sebagai berikut: ولا تكونن من المشركين Artinya: Don janganlah sekali-kali kamu masuk golongan orang-orang musyrik. (Q.S. Al An'am: 14) Surah Al Qashash 88 وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (88) Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.(QS. 28:88) Pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa janganlah hendaknya Muhammad menyembah di samping Allah sembahan lain selain Dia, karena tiada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: رب المشرق والمغرب لا إله إلا هو فاتخذه وكيلا Artinya: (Dialah) Tuhan masyrik dan magrib tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (Q.S. Al Muzammil: 9) Allah SWT itu kekal abadi, hidup selama-lamanya sepanjang masa, sekalipun semua makhluk yang ada sudah mati dan binasa sebagaimana firman Allah SWT: كل من عليها فان ويبقى وجه ربك ذو الجلال والإكرام Artinya: Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Wajah Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Q.S. Ar Rahman: 26-27) Dan sabda Nabi Muhammad saw: أصدق كلمة قالها لبيد: ألا كل شيء ما خلا الله باطل. Artinya: Kalimat palig benar yang telah diucapkan Labid, ketauhilah setiap sesuatu selain dari Allah akan binasa. (H.R. Bukhari Muslim dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah) Allah lah yang mempunyai kerajaan, berbuat sekehendak-Nya. Dia lah yang menentukan segala sesuatunya yang akan berlaku kepada semua makhluk, dan kepada-Nyalah akan dikembalikan semuanya, dan dibalas menurut amal perbuatannya masing-masing. Kalau ia beramal baik taat dan patuh kepada perintah Allah akan dimasukkan ke dalam surga. Sebaliknya kalau ia berbuat maksiat, bergelimang dosa akan dimasukkan ke-dalam neraka sebagaimana sabda Nabi saw, dari Abu Hurairah: عن أبي هريرة قال النبي صلى الله عليه وسلم كل أمتي يدخلون الجنة إلا من أبى من أطاعني دخل الجنة ومن عصاني دخل النار. رواه البخاري, الجامع الصغير ص 333 Artinya: Semua umatku akan masuk surga kecuali yang tidak mau. Barangsiapa toot kepada ku masuklah ia ke dalam surga, dan barangsiapa durhaka kepada ku masuklah ia ke neraka. (Hadis Sahih Riwayat Bukhari). Tulisan ini Saya Salin di!!!😃😃😃😃 http://tafsiranmanusia.blogspot.com/2012/09/qashash-81-88.html?m=1

Keutamaan Membaca Surat Al Kahfi

Aku Berharap Dan Berdo'a Ummat Islam Segera Bersatu Dalam Satu Jama'ah Al Khilafah. Disalin Dari Blog https://hamilplus.com/keutamaan-membaca-surat-al-kahfi/ Keutamaan Surat Al Kahfi Ayat 1 s/d 10 untuk Kaum Muslim Al Quranul karim memberikan hikmah kepada siapapun yang membacanya. Amalan-amalan ketika membaca Al Quran ternyata membawa seorang hamba kepada kebaikan ketika hari akhir datang. Di anataranya, untuk memperoleh itu semua, seorang hamba dianjurkan untuk istiqamah melakukan amalan-amalan baik, misal membaca surat Al Kahfi. surat al kahfi, surat al kahfi 1-10, surah al-kahfi ayat 1-10, al kahfi ayat 1-10, surat alkah, cara ngamalin surat alkahfi 10 ayat Surat Al Kahfi merupakan surat ke-18 dalam Al Quran. Surat ini diriwayatkan menghantarkan manusia kepada beberapa keutamaan. Nama surat ini diambil dari isinya yang menceritakan tentang para pemuda penghuni goa dan seekor anjing. Kahf atau goa merupakan tempat berlindung para pemuda tersebut ketika dikejar oleh seorang raja zalim yang menyuruh mereka untuk ingkar kepada Allah. Apa saja keutamaan membaca surat Al Kahfi yang bisa kita peroleh? Berikut beberapa kemuliaan yang dapat seorang hamba peroleh ketika mengamalkan dan membaca surat Al Kahfi.keutamaan surat al kahfi keutamaan surat al kahfi keutamaan surat al kahfi keutamaan surat al kahfi keutamaan surat al kahfi Keutamaan Surat Al Kahfi membuat seseorang terhindar dari fitnah dajjal Sebuah riwayat pernah disampaikan, “Siapa yang berada di zaman dajjal, hendaknya membaca ayat-ayat pertama di surat AL Kahfi,” (HR Muslim). Ada juga yang menyebutkan, “Barang siapa yang menghafal sepuluh ayat dari permulaan surat Al Kahfi maka ia dilindungi dari dajjal,” Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Darda. Oleh sebab itu penting bagi seorang hamba untuk berlindung kepada Allah SWt dari kesesatan dan malapetaka yang bisa hadir karena dajjal. Membaca Surat Al Kahfi salah satu sebab turunnya malaikat Hal ini pernah diriwayatkan dalam sebuah kisah, suatu waktu seorang laki-laki membaca surat Al Kahfi. Saat itu, di samping laki-laki itu terdapat seekor kuda yang ditambatkan dengan sebuah tali yang panjang. Lalu ada awan yang menaunginya, lalu makin lama awan itu pun semakin mendekat dan kudanya pun lari. Laki-laki tersebut pun menceritakan hal itu kepada nabi SAW. Rasulullah pun berkata, “Itu adalah malaikat yang turun karena adanya bacaan Al Quran,” (HR Muslim). Menenangkan Kalbu dan diliputi cahaya Abu Said Al Khudri RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “siapa yang membaca surat AL Kahfi sebagaimana ayat itu diturunkan, maka pada hari kiamat surat itu akan menjadi cahaya yang menuntunnya dari tempat tinggalnya menuju Mekkah. Dan siapa yang membaca sepuluh ayat terakhir dari surat tersebut maka ia tidak akan dikuasai oleh Dajjal pada saat dajjal itu keluar,” hadits riwayat Hakim.keutamaan surat Al Kahfi ayat 1-10 Dan Dianjurkan Membaca Surat Al Kahfi pada hari Jumat juga membawa keutamaan tersendiri. Dari Abu Said Al Khudri RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa membaca surat Al Kahfi pada malam Jumat, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh dirinya dan Baitul ‘atiq. Selain itu, kisah lain yang juga diriwayatkan oleh Abu Said AL Kudri RA, “Barang siapa membaca Al Kahfi pada hari Jumat, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jumat,” Dan Didalam Sebuah Blog Sebagai berikut http://duniaislamkami.blogspot.com/2013/05/keutamaan-surah-al-kahfi.html?m=1 Diterangkan..! Surat Al-Kahfi merupakan salah satu surat Al-Quran Al-Karim yang mempunyai keagungan dan keutamaan dibanding beberapa surat yang lain. Akan tetapi tidak sedikit dari kaum muslimin yang belum mengetahui keagungan dan keutamaannya, sehingga sebagian mereka jarang atau bahkan hampir tidak pernah membaca dan menghafalnya. Terlebih khusus pada hari dan malam Jumat. Mereka lebih suka dan antusias membaca surat Yasin yang dikhususkan pada malam Jumat dengan harapan mendapatkan keutamaannya. Namun sayangnya, semua hadits yang menerangkan keutamaan surat Yasin tidak ada yang Shohih datangnya dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Demikianlah keadaan umat Islam. Tidaklah mereka bersemangat mengamalkan hadits-hadits lemah dan palsu serta tidak jelas asal-usulnya, kecuali sebanyak itu pula mereka meninggalkan amalan-amalan sunnah yang dijelaskan di dalam-hadits-hadits shohih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Adapun keutamaan dan keagungan surat Al-Kahfi, maka akan didapatkan oleh setiap muslim dan muslimah yang membacanya dengan niat ikhlas demi mengharap wajah dan ridho Allah, mengimani dan menghayati makna-maknanya serta berusaha mengamalkan hukum dan pelajaran yang terkandung di dalamnya sesuai tuntunan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Berikut ini kami akan sebutkan hadits-hadits shohih tentang keutamaan surat Al-Kahfi. Hadits Pertama عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ :« مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ » Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka Allah akan menyinarinya dengan cahaya di antara dua Jum’at.” [Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrok II/399 no.3392, dan Al-Baihaqi di dalam Sunannya III/249 dengan no.5792] Derajat Hadits : Hadits ini derajatnya Shohih. Al-Hakim berkata: “Isnad Hadits ini shohih, akan tetapi imam Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya”. Syaikh Al Albani berkata: “Hadits ini shohih.” (lihat Shohih Al-Jami’ no. 6470, dan Shohih At-Targhib wa At-Tarhib I/180 no.736). Hadits Kedua عَنْ أَبِى الدَّرْدَاءِ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ : « مَنْ حَفِظَ عَشْرَ آيَاتٍ مِنْ أَوَّلِ سُورَةِ الْكَهْفِ عُصِمَ مِنَ الدَّجَّالِ » وفي رواية ـ من آخر سورة الكهف ـ Dari Abu Darda’ radhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa yang menghafal sepuluh ayat pertama dari surat Al-Kahfi, niscaya dia akan terlindungi dari (fitnah) Dajjal. Dan di dalam riwayat lain disebutkan: “(sepuluh ayat terakhir) dari surat Al-Kahfi.” [Diriwayatkan oleh Muslim I/555 no.809, Ahmad V/196 no.21760, Ibnu Hibban III/366 no.786, Al-Hakim II/399 no.3391, dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman V/453 no.2344] Derajat Hadits : Hadits ini derajatnya Shohih. Syaikh Al Albani berkata: “Hadits ini shohih.” (lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah II/123 no.582). Dan di dalam hadits lain dijelaskan maksud daripada perlindungan dan penjagaan dari fitnah Dajjal ialah sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam: فَمَنْ أَدْرَكَهُ مِنْكُمْ فَلْيَقْرَأْ عَلَيْهِ فَوَاتِحَ سُورَةِ الْكَهْفِ [ فَإِنَّهَا جِوَارُكُمْ مِنْ فِتْنَتِهِ “…maka barangsiapa di antara kalian yang menjumpai Dajjal, hendaknya ia membacakan di hadapannya ayat-ayat pertama surat Al-Kahfi, karena ayat-ayat tersebut (berfungsi) sebagai penjaga kalian dari fitnahnya.” [Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shohihnya bab Dzikru Dajjal, IV/2250 no.2937, dan Abu Daud II/520 no.4321, dari jalan Nawas bin Sam’an radhiyallahu anhu] Hadits ini dinyatakan Shohih oleh syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah II/123 no.582, Tahqiq Misykat Al-Mashobih III/188 no.5475, dan Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud IX/321 no.4321. Hadits Ketiga عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « من قرأ سورة الكهف كما أنزلت ، كانت له نورا يوم القيامة من مقامه إلى مكة ، ومن قرأ عشر آيات من آخرها ثم خرج الدجال لم يسلط عليه ، ومن توضأ ثم قال : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، كَتَبَ فِي رَقٍّ ثُمَّ طُبِعَ بِطَابَعٍ فَلَمْ يُكْسَرْ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ» Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi sebagaimana diturunkannya, maka surat ini akan menjadi cahaya baginya pada hari Kiamat dari tempat tinggalnya hingga ke Mekkah. Dan barangsiapa membaca sepuluh ayat terkahir dari surat Al-Kahfi lalu Dajjal keluar (datang), maka Dajjal tidak akan membahayakannya. Dan barangsiapa berwudhu lalu ia mengucapkan“subhaanakallahumma wabihamdika asyhadu an laa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika” (Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu, aku bersaksi bahwa tiada sesembahan yang haq diibadahi selain Engkau, aku memohon ampunan dan aku bertaubat kepada-Mu), maka ia akan ditulis pada lembaran putih yang bersih, kemudian dicetak dengan alat cetak yang tidak akan robek sampai hari Kiamat.” [Diriwayatkan oleh An-Nasa’i di dalam ‘Amal Al-Yaumi wa Al-Lailati no.81 dan 952, Ath-Thobroni di dalam Al-Mu’jam Al-Ausath II/123 no.1455, dan Al-Hakim I/752 no.2072 dan beliau berkata; hadits ini Shohih sesuai dengan syarat imam Muslim, akan tetapi keduanya (maksudnya imam Bukhori dan Muslim) tidak mengeluarkannya di dalam kitab Shohih keduanya] Derajat Hadits : Hadits ini derajatnya Shohih. Syaikh Al-Albani berkata: “Hadits ini shohih.” (lihat Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah VI/312 no.2651) Demikianlah beberapa hadits shohih tentang keutamaan dan keagungan surat Al-Kahfi. Mudah-mudahan kita semua diberi kemudahan oleh Allah untuk dapat mengamalkannya dengan ikhlas dan sesuai tuntunan Nabi shallallahu alaihi wasallam. HASANA.ID https://hasana.id/surat-al-kahfi/amp/ Tg. Salamuddin Abubakar Yusuf. Hikmah dan Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi di Hari Jum’at Seperti yang telah kami berbagi terlebih dulu, kalau hari jum’at adalah hari yang terbaik, paling istimewa serta paling mulia di antara hari-hari yang lain. Pada hari berikut (Hari Jum’at) Allah SWT buat serta/atau takdirkan bebrapa peristiwa besar serta mengagumkan. Serta ada pula amalan-amalan beribadah yang dikhususkan pada hari jum’at, terutama proses Shalat Jum’at serta sebagian amalan-amalan yang lain. Satu diantara amalan beribadah spesial yang lain yang diistimewakan pelakasanaannya pada hari Jum’at yaitu membaca surat Al-Kahfi. Nah, pada saat ini kami juga akan berbagi sebagian dalil-dalil shahih sekitar Faedah serta Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi pada Hari Jum’at. Untuk lebih detilnya, silahkan segera saja simak penjelasannya di bawah ini seperti ditulis dari situs Voa Islam. Daftar Isi surah Alkahfi Dalil mengenai Hikmah Membaca Surat Al-Kahfi di Hari/Malam Jum’at Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi pada Hari Jum’at Surat Al-Kahfi serta Fitnah Dajjal Mendapatkan Ridho dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Diampuni Dosanya oleh Allah S.W.T Dijaga Dari Gangguan Syaitan Diberikan Cahaya Kebaikan Spesifikasi Serta Isi dari Surat Al Kahfi Asbabunnuzul Surat Al Kahfi Surah Al Kahfi (Teks Arab, Teks Latin, Terjemah dan Tafsir-nya) Kisah-kisah dalam Surah Al Kahfi Kisah Pemuda Kahfi (Ashabul Kahfi) Kisah Pemilik Kebun Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir Kisah Mengenai Dzul Qarnain Dalil mengenai Hikmah Membaca Surat Al-Kahfi di Hari/Malam Jum’at www.pxhere.com Dari Abu Sa’id al-Khudri radliyallahu ‘anhu, dari Rasulullah SAW bersabda : مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ Berarti : ” Barangsiapa membaca surat al-Kahfi saat malam Jum’at, jadi dipancarkan sinar untuk dia sejauh pada dianya dia serta Baitul ‘atiq. ” (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Juga diriwayatkan al-Nasai serta Al-Hakim dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736) Dalam kisah beda masih tetap dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ أَضَآءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ مَا بَيْنَ Berarti : ” Barangsiapa membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, jadi juga akan dipancarkan sinar untuk dia diantara dua Jum’at. ” (HR. Al-Hakim : 2/368 serta Al-Baihaqi : 3/249. Ibnul Hajar memberi komentar hadits ini dalam Takhrij al-Adzkar, “Hadits hasan. ” Beliau menyebutkan kalau hadits ini yaitu hadits paling kuat mengenai surat Al-Kahfi. Syaikh Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih al-Jami’, no. 6470) Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, berkata : Rasulullah SAW bersabda, مَنْ قَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ فِي يَوْمِ الْجُمْعَةِ سَطَعَ لَهُ نُوْرٌ مِنْ تَحْتِ قَدَمِهِ إِلَى عَنَانِ السَّمَاءَ يُضِيْءُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَغُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمْعَتَيْنِ Berarti : “Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at, jadi juga akan memancar sinar dari bawah kakinya hingga ke langit, juga akan meneranginya nantinya pada hari kiamat, serta diampuni dosanya pada dua jumat. ” Al-Mundziri berkata : ” hadits ini diriwayatkan oleh Abu Bakr bin Mardawaih dalam tafsirnya dengan isnad yg tidak apa-apa. (Dari kitab at-Targhib wa al- Tarhib : 1/298) Keutamaan Membaca Surat Al-Kahfi pada Hari Jum’at www.pxhere.com Dari sebagian kisah diatas, dijelaskan bahwa ganjaran yang disediakan untuk orang yang membaca surat Al-Kahfi saat malam Jum’at atau pada siang harinya juga akan diberi sinar (disinari). Serta sinar ini nanti pada hari kiamat, akan memanjang dari bawah kedua telapak kakinya hingga ke langit. Seperti firman Allah Ta’ala : يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ Berarti : “Pada hari saat anda lihat orang mukmin lelaki serta wanita, tengah sinar mereka bercahaya dihadapan serta di samping kanan mereka. ” (QS. Al-Hadid : 12) Balasan kedua untuk orang yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at berbentuk ampunan dosa pada dua Jum’at. Serta bisa jadi berikut arti dari disinari diantara dua Jum’at. Karna nurr (sinar) ketaatan juga akan menghapuskan kegelapan maksiat, seperti firman Allah Ta’ala : إن الحسنات يُذْهِبْن السيئات Berarti : “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang jelek. ” (QS. Huud : 114) Surat Al-Kahfi serta Fitnah Dajjal Faedah lainnya surat Al-Kahfi yang sudah diterangkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yaitu untuk mencegah fitnah Dajjal. Yakni dengan membaca serta menghafal sebagian ayat dari surat Al-Kahfi. Beberapa kisah menjelaskan sepuluh yang pertama, beberapa info sekali lagi sepuluh ayat paling akhir. Imam Muslim meriwayatkan dari hadits al-Nawas bin Sam’an yang cukup panjang, yang didalam kisah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Maka barangsiapa diantara anda yang mendapatinya (merasakan jaman Dajjal) sebaiknya ia membacakan atasnya ayat-ayat permulaan surat al-Kahfi. ” Dalam kisah Muslim yang beda, dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu, kalau Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat dari permulaan surat al-Kahfi, jadi ia dilindungi dari Dajjal. ” Yaitu dari huru-haranya. Imam Muslim berkata, Syu’bah berkata, “Dari sisi akhir surat al-Kahfi. ” Serta Hammam berkata, “Dari permulaan surat al-Kahfi. ” (Shahih Muslim, Kitab Shalah al-Mufassirin, Bab ; Fadhlu Surah al-Kahfi wa Aayah al-Kursi : 6/92-93) Imam Nawawi berkata, “Sebabnya, karna pada awal-awal surat al-Kahfi itu tedapat/diisi keajaiban-keajaiban serta sinyal tanda kebesaran Allah. Jadi orang yang merenungkan akan tidak tertipu dengan fitnah Dajjal “. Demikian pula selanjutnya, yakni firman Allah : أَفَحَسِبَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ يَتَّخِذُوا عِبَادِي مِنْ دُونِي أَوْلِيَاءَ Berarti : “Maka apakah beberapa orang kafir menganggap kalau mereka (bisa) ambil hamba-hamba-Ku jadi penolong terkecuali Aku? . . . ” QS. Al-Kahfi : 102. (Saksikan Syarah Muslim punya Imam Nawawi : 6/93) Tersebut sebagian Faedah serta Keutamaan Hari Jum’at Membaca Surat Al-Kahfi yang bisa kami berbagi seperti diambil dari situs Voa Islam. Dari keterangan di atas, jadi telah sepantasnya kita jadi orang muslim selalu untuk mengamalkannya, yakni membaca Surat Al-Kahfi pada Hari Jum’at. Mendapatkan Ridho dari Allah Subhanahu wa ta’ala www.burst.shopify.com Sebagai umat islam yang taat, tentunya kita selalu mengharapkan berkah dan ridho Allah subhanahu wa ta’ala. Karena hanya dengan ridho-Nya lah hidup kita akan menjadi tentram. Nah, selain menghindarkan diri kita dari fitnah dajjal keutamaan lain dari membaca surat al kahfi ialah mendekatkan diri kita kepada ridho Allah S.W.T serta juga akan mendapatkan cahaya keberkahan. Hal itu juga bisa menghilagkan penyebab hati gelisah. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah S.A.W: “Siapa yang membaca surat Al-Kahfi, maka jadilah baginya cahaya dari kepala hingga kakinya, dan siapa yang membaca keseluruhannya maka jadilah baginya cahaya antara langit dan bumi.” (HR Ahmad). Hati yang gelisah menjadi salah satu penyebab futurnya amalan-amalan ibadah yaumiyah kita. Maka dari itu, marilah kita menghindari segala perbuatan yang menyebabkan hati kita menjadi gelisah. Dengan membaca surat Al Kahfi tentunya kita bisa menyembuhkan dan menghilangkan segala penyebab hati gelisah. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga mengajarkan kita agar selalu beristighfar memohon ampun kepadanya terhadap segala dosa yang telah kita perbuat. Diampuni Dosanya oleh Allah S.W.T Kita sebagai manusia, tentunya memiliki salah dan dosa. Baik itu dosa yang secara langsung kita sadari maupun tidak. Sesungguhnya, syaitan akan selalu berusaha dengan seluruh kemampuannya untuk memperdaya dan menjebak kita sebagai manusia kedalam perbuatan dosa. Mereka akan terus-menerus berusaha dengan harapan manusia akan menjadi teman mereka di neraka kelak. Mintalah ampunan kepada Allah, karena hanya Dia-lah yang bisa menghapus dosa-dosa kita. Jangan takut atau malu memintanya karena sesungguhnya ialah yang Maha Rahman dan Rahim. Jika seseorang membaca surat al kahfi pada hari jumat, maka Allah akan menghapus dosanya diantara dua jumat tersebut. Seperti yang disabdakan oleh Rasulullah S.A.W “Siapa yang membaca surat Al-Kahfi pada hari Jum’at maka akan memancar cahaya dari bawah kakinya sampai ke langit, akan meneranginya kelak pada hari kiamat, dan diampuni dosanya antara dua Jum’at” Dijaga Dari Gangguan Syaitan Syaitan merupakan musuh terbesar manusa yang nyata. Mereka tidak akan suka dan tinggal diam manakala melihat kita sebagai orang beriman melakukan amal sholeh dan kebaikan. Ia selalu membawa keburukan bagi manusia. Maka dari itu, kita harus terus mewaspadainya. Manusia yang telah terjebak oleh godaan syaitan maka ia juga akan terjerumus pada lubang kenistaan bercampur baur dengan keburukan. Lalu ia akan terus menerus membisikan kita agar selalu nyaman ketika berbuat kemungkaran dan keburukan. Tak hanya itu, mereka juga akan mengajak kita agar menyekutukan Allah S.W.T dan melakukan perbuatan yang bisa menghapus amal ibadah manusia. Karena hal ini merupakan perbuatan yang sangat dibenci Allah S.W.T dan termasuk kedalam golongan dosa besar. Dengan demikian, tentunya kita harus selalu berupaya untuk mendekatkan diri kepada Allah S.W.T agar terhindar dari segala godaan syaitan yang terkutuk. Salah satunya adalah dengan mengamalkan Al Quran dan membaca surat Al Kahfi. Seperti yang diriwayatkan, bahwasannya Rasulullah pernah bersabda, sebuah rumah yang selalu dibacakan surat Al Baqarah dan Al Kahfi maka rumah itu tidak akan dimasuki oleh syaitan sepanjang malam tersebut. Diberikan Cahaya Kebaikan Seperti yang dijelaskan di paragraph sebelumnya, bahwasannya barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi (secara keseluruhan) di hari jumat maka baginya cahaya antara langit dan bumi. Kita juga akan mendapatkan ganjaran pahala serta akan diberikan sfaat di hari kiamat kelak. Cahaya ini akan diberikan oleh Allah S.W.T pada hari akhir nanti, cahaya tersebut akan memancar dari kedua telapak kakinya hingga sampai kelangit. Diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al Khudry bahwasannya Rasullullah S.A.W pernah bersabda: مَنْ َقَرَأَ سُوْرَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّوْرِ فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيْقِ “Barangsiapa membaca surat al-Kahfi pada malam Jum’at, maka dipancarkan cahaya untuknya sejauh antara dirinya dia dan Baitul ‘atiq.” (Sunan Ad-Darimi, no. 3273. Diriwayatkan juga oleh al-Nasai dan Al-Hakim serta pul dishahihkan oleh Al-Albani dalam kitabnya Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 736) Selanjutnya Rasullullah juga pernah bersabda: مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمٌِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ “Barangsiapa yang membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, dia akan disinari cahaya di antara dua Jum’at.” (HR. An Nasa’i dan Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6470) Itulah beberapa diantaranya keutamaan yang bisa kita dapat ketika membaca surat Al Kahfi. Semoga bisa bermanfaat dan memacu kita untuk lebih baik lagi. Spesifikasi Serta Isi dari Surat Al Kahfi www.pxhere.com Perlu kita ketahui, surat Al Kahfi ini merupakan surat ke 18 dalam Al Quran. Urutannya adalah setelah surat Al Isra dan sebelum surat Maryam. Selain itu surat ini juga terdiri dari 110 ayat dan termasuk kedalam golongan surat makkiyah. Seperti yang dilansir Wikipedia, surat ini dinamai sebagai surat Al Kahfi karena di ilhami dari cerita ashabul kahf yang ada di dalamnya. Cerita tersebut terdapat pada ayat 9 hingga 26 pada surat ini. Ashabul Kahf adalah cerita dimana ada beberapa orang pemuda yang tidur didalam gua selama beratus-ratus tahun lamanya demi menghindari penguasa yang jahat saat itu. Ada pula beberapa cerita yang penuh makna di dalam surat ini. Selain itu, surat Al Kahfi juga menjadi titik tengah atau bagian tengah pada Al Quran. Berikut ringkasannya: Nama Surat : Al-Kahf الكهف Nama Lain : Ashabul Kahf Klasifikasi Surat : Makkiyah Surah Ke : 18 Jumlah Ayat : 110 Juz : Juz 15 – 16 Asbabunnuzul Surat Al Kahfi Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa kala itu kaum Quraisy telah mengutus dua orang yang bernama ‘Uqbah bin Abi Mu’ith dan An-Nadr bin Al-Hairts untuk bertanya tentang kenabian Rasulullah S.A.W dengan cara bercerita tentang segala sifat beliau dan segala sesuatu yang diucapkan olehnya kepada para pendeta yahudi. Sebagian orang Quraisy berpendapat bahwa para pendeta itu memiliki keahlian untuk memahami kitab-kitab yang telah diturunkan lebih dulu dan memiliki pengetahuan tentang ilmu dan tanda kenabian yang orang-orang quraisy tidak mengetahuinya. Maka, berangkatlah kedua utusan itu ke Madinah dan bertanya kepada para pendeta yahudi. Seperti yang diharapkan oleh mereka maka para pendeta yahudi itu berkata: “Tanyakanlah kepada Muhammad mengenai 3 hal. Jika ia mampu menjawabnya maka ia merupakan nabi yang benar-benar diutus. Sebaliknya, jika ia tak mampu menjawabnya ia hanyalah orang yang mengaku-ngaku sebagai nabi” Setelah itu pendeta itu melanjutkan; “Tanyakanlah kepada dirinya tentang permuda pada zaman dulu kala yang berpergian lalu apa yang terjadi pada mereka, karena sungguh cerita pemuda ini sangat menarik. Lalu tanyakan pula kepadanya tentang seorang pengembara yang telah sampai ke Masyriq dan maghrib, apa pula yang terjadi kepada mereka” Dan terakhir ia pun berkata; “Lalu tanyakan pula kepada dia tentang apa itu ruh” Pulanglah beberapa utusan tadi dan seraya berkata: “Kami datang membawa seuatu yang bisa digunakan untuk menentukan sikap antara kalian dan Muhammad” Lalu merekapun berangkat menghadap Rasulullah S.A.W. Sesampainya di hadapan Rasulullah S.A.W mereka langsung menanyakan tiga pertanyaan yang diberikan oleh para pendeta tersebut. Mendapati hal itu, Rasulullah S.A.W pun bersabda: “Besok pasti aku akan menjawabnya tentang beberapa hal yang kamu tanyakan itu (tanpa menyebut Insya Allah)”. Lalu merekapun pulang. Akan tetapi wahyu yang ditunggu-tunggu oleh Rasulullah pun tak kunjung turun. Bahkan hingga 15 malam lamanya jibril tak kunjung datang menemui beliau. Dengan demikian orang-orang quraisy pun mulai goyah. Rasulullah S.A.W sendiri sangatlah merasa sedih, karena jawaban yang ia nanti-nanti tak kunjung diturunkan oleh Allah S.W.T. Sehingga ia tak tahu harus berkata apa kepada kaum Quraisy. Akan tetapi, pada malam berikutnya Jibril pun turun membawakan ayat (QS Al Kahfi:6) yang di dalamnya menegur atas kemurungan Rasulullah S.A.W dan menerangkan tentang pemuda kahfi (QS Al Kahfi:9-26), seorang pengembara (QS Al Kahfi: 83-101) dan tentang Ruh (QS Al Isra: 85). Surah Al Kahfi (Teks Arab, Teks Latin, Terjemah dan Tafsir-nya) www.pxhere.com بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ Bismillāhirraḥmānirrahīm “Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang” (1) اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ عَلٰى عَبْدِهِ الْكِتٰبَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَّهٗ عِوَجًا al-ḥamdu lillāhillażī anzala ‘alā ‘abdihil-kitāba wa lam yaj’al lahụ ‘iwajā “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya dan Dia tidak menjadikannya bengkok;” Tafsir Jalalain: (Segala puji) Memuji ialah menyifati dengan yang baik, yang tetap (bagi Allah) Maha Tinggi Dia. Apakah yang dimaksud dengan Alhamdulillah ini bersifat pemberitahuan untuk diimani, atau dimaksudkan hanya untuk memuji kepada-Nya belaka, atau dimaksudkan untuk keduanya. Memang di dalam menanggapi masalah ini ada beberapa hipotesis, akan tetapi yang lebih banyak mengandung faedah adalah pendapat yang ketiga, yaitu untuk diimani dan sekaligus sebagai pujian kepada-Nya (yang telah menurunkan kepada hamba-Nya) yaitu Nabi Muhammad (Al-Kitab) Alquran (dan Dia tidak menjadikan padanya) di dalam Alquran (kebengkokan) perselisihan atau pertentangan. Jumlah kalimat Walam yaj’al lahu ‘iwajan berkedudukan menjadi Hal atau kata keterangan keadaan daripada lafal Al-Kitab. ——————————————————————————————————————————- (2) قَيِّمًا لِّيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيْدًا مِّنْ لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِيْنَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ الصّٰلِحٰتِ اَنَّ لَهُمْ اَجْرًا حَسَنًاۙ “Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksa yang sangat pedih dari sisi-Nya dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapat balasan yang baik,” Tafsir Jalalain: (Sebagai jalan yang lurus) bimbingan yang lurus; lafal Qayyiman menjadi Hal yang kedua dari lafal Al-Kitab di atas tadi dan sekaligus mengukuhkan makna yang pertama (untuk memperingatkan) menakut-nakuti orang-orang kafir dengan Alquran itu (akan siksaan) akan adanya azab (yang sangat keras dari sisi-Nya) dari sisi Allah (dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengadakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik). ——————————————————————————————————————————- (3) مَّاكِثِيْنَ فِيْهِ اَبَدً mākiṡīna fīhi abadā “Mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya. “ Tafsir Departemen Agama: Pahala yang besar itu tidak lain adalah surga yang mereka tempati abadi selama-lamanya, mereka tidak akan pindah atau dipindahkan dari surga itu, sesuai dengan janji Allah SWT kepada mereka. ——————————————————————————————————————————- (4) وَّيُنْذِرَ الَّذِيْنَ قَالُوا اتَّخَذَ اللّٰهُ وَلَدًاۖ wa yunżirallażīna qāluttakhażallāhu waladā “Dan untuk memperingatkan kepada orang yang berkata, “Allah mengambil seorang anak.” Tafsir Jalalain: (Dan untuk memperingatkan) kepada semua orang kafir (kepada orang-orang yang berkata, “Allah mengambil seorang anak ——————————————————————————————————————————- (5) مَّا لَهُمْ بِهٖ مِنْ عِلْمٍ وَّلَا لِاٰبَاۤىِٕهِمْۗ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ اَفْوَاهِهِمْۗ اِنْ يَّقُوْلُوْنَ اِلَّا كَذِبً mā lahum bihī min ‘ilmiw wa lā li`ābā`ihim, kaburat kalimatan takhruju min afwāhihim, iy yaqụlụna illā każibā “Mereka sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka hanya mengatakan (sesuatu) kebohongan belaka“. ——————————————————————————————————————————- (6) فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَّفْسَكَ عَلٰٓى اٰثَارِهِمْ اِنْ لَّمْ يُؤْمِنُوْا بِهٰذَا الْحَدِيْثِ اَسَفًا “Maka barangkali engkau (Muhammad) akan mencelakakan dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an).” Tafsir Jalalain: (Maka barangkali kamu akan membinasakan) membunuh (dirimu sendiri sesudah mereka) sesudah mereka berpaling darimu (sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini) yakni kepada Alquran (karena bersedih hati) karena perasaan jengkel dan sedihmu, disebabkan kamu sangat menginginkan mereka beriman. Lafal Asafan dinashabkan karena menjadi Maf’ul Lah. ——————————————————————————————————————————- (7) اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا innā ja’alnā mā ‘alal-ardhi zīnatal lahā linabluwahum ayyuhum ahsanu ‘amalā “Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya.” Tafsir Jalalain: (Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi) berupa hewan, tumbuh-tumbuhan, pepohonan, sungai-sungai dan lain sebagainya (sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka) supaya Kami menguji manusia, seraya memperhatikan dalam hal ini (siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya) di dunia ini; yang dimaksud adalah siapakah yang lebih berzuhud/menjauhi keduniaan ——————————————————————————————————————————- (8) وَاِنَّا لَجَاعِلُوْنَ مَا عَلَيْهَا صَعِيْدًا جُرُزًاۗ wa innā lajā’ilụna mā ‘alaihā ṣa’īdan juruzā “Dan Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah yang tandus lagi kering. “ ——————————————————————————————————————————- (9) اَمْ حَسِبْتَ اَنَّ اَصْحٰبَ الْكَهْفِ وَالرَّقِيْمِ كَانُوْا مِنْ اٰيٰتِنَا عَجَبًا am hasibta anna ash-hābal-kahfi war-raqīmi kānụ min āyātinā ‘ajabā “Apakah engkau mengira bahwa orang yang mendiami gua, dan (yang mempunyai) raqim itu, termasuk tanda-tanda (kebesaran) Kami yang menakjubkan?” Tafsir Jalalain: (Atau kamu mengira) kamu menduga (bahwa Ashhabul Kahfi) orang-orang yang mendiami gua di suatu bukit (dan Raqim) yaitu lempengan batu yang tertulis padanya nama-nama mereka dan nasab-nasabnya; Nabi saw. pernah ditanya mengenai kisah mereka (adalah mereka) dalam kisah mereka (termasuk) sebagian (tanda-tanda kekuasaan Kami yang menakjubkan?) lafal ‘Ajaban menjadi khabar Kana, sedangkan lafal yang sebelumnya berkedudukan menjadi hal; artinya: Mereka adalah hal yang menakjubkan yang berbeda dengan tanda-tanda kekuasaan Kami lainnya; atau mereka adalah tanda-tanda kekuasaan Kami yang paling menakjubkan, padahal kenyataannya tidak demikian. ——————————————————————————————————————————- (10) اِذْ اَوَى الْفِتْيَةُ اِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوْا رَبَّنَآ اٰتِنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً وَّهَيِّئْ لَنَا مِنْ اَمْرِنَا رَشَدًا iż awal-fityatu ilal-kahfi fa qālụ rabbanā ātinā mil ladungka raḥmataw wa hayyi` lanā min amrinā rasyadā “(Ingatlah) ketika pemuda-pemuda itu berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa, “Ya Tuhan kami. Berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami.” Tafsir Jalalain: Ingatlah (tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua) Lafal Al-Fityah adalah bentuk jamak dari lafal Fataa, artinya pemuda; mereka khawatir iman mereka akan dipengaruhi oleh kaumnya yang kafir (lalu mereka berdoa, “Wahai Rabb kami! Berikanlah kepada kami dari sisi-Mu) dari hadirat-Mu (rahmat, dan sempurnakanlah) perbaikilah (bagi kami bimbingan yang lurus dalam urusan kami ini.)” yakni petunjuk yang lurus. Kisah-kisah dalam Surah Al Kahfi www.pinimg.com Seperti yang dijelaskan pada paragraf sebelumnya, bahwa di dalam surah Al Kahfi ada beberapa kisah-kisah yang Allah S.W.T turunkan agar menjadi hikmah untuk kita semua. Dengan demikian kita bisa mengambil banyak pelajaran dari beberapa kisah tersebut. Dalam sub ini, kita akan urai satu persatu kisah serta pelajaran apa yang bisa kita ambil darinya. Total ada 4 kisah di dalam surat ini yakni Kisah Pemuda Kahfi (Ashabul Kahfi), Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir, Kisah DzulQarnain dan Kisah pemilik kebun. Untuk uraian lengkapnya bisa simak beberapa sub dibawah ini. Kisah Pemuda Kahfi (Ashabul Kahfi) www.badrossama.com Kisah ini tedapat pada surah Al Kahfi ayat 9-26 yang menceritakan tentang tujuh orang pemuda dan seekor anjing yang tertidur lelap di dalam gua. Mereka hidup ditengah-tengah kekuasaan raja yang dzalim bernama Diqyanus. Tak hanya penguasanya, kondisi masyarakat saat itu juga sangatlah buruk. Mereka hidup ditengah-tengah masyarakat penyembah berhala. Raja Diqyanus mewajibkan para rakyatnya untuk selalu menyembah sesuatu selain Allah Ta’ala, jika tidak maka akan disiksa atau dibunuh. Nama tujuh orang pemuda Ashabul Kahfi tersebut ialah Maksalmina, Nainunis, Martunis, Tamlikha, Dzununis, Sarbunis, Falyastatyunis serta seekor anjing yang bernama Qithmir. Anjing ini juga diriwayatkan sebagai satu-satunya anjing yang masuk surga. Ada beberapa pendapat mengenai letak dari gua yang diitempati oleh pemuda kahfi, diantaranya adalah: Gua di efesus, Anatolia (sekarang turki). Paulus serta orang-orang yahudi dan nasrani mempercayai gua kahfi berada disini. Namun, gua juga turut menepati ciri yang diberikan oleh Al Quran. Gua yang berada di Damsyik, Syria. Gua Amman yang berada di Jordan. Gua ini memiliki ciri-ciri yang paling menepati dalam Al Quran dibandingkan dengan yang lainnya. Kisah Ashabul Kahfi ini bermula ketika Raja Diqyanus menguasi negeri Efesus. Dahulu kala, semua penduduk negeri Efesus ini beriman kepada Allah S.W.T. Karena kekejaman raja Diqyanus ketika berkuasa, perlahan-lahan orang yang beriman kepada Allah menghilang. Tak hanya mengancam dibunuh dan disiksa, orang-orang yang taat kepadanya (berhenti beriman kepada Allah dan beralih menjadi menyembah berhala) akan diberikan pakaian yang bagus dan hadiah lainnya. Selang beberapa waktu perlahan-lahan sebagian besar rakyat kerajaan menjadi patuh dengan Raja dan menyembah semabahan selain Allah. Demi mempertahankan keimanannya, tujuh pemuda ini memilih untuk pergi dan mengasingkan diri kedalam gua bersama anjing mereka yang bernama Qithmir. Hal ini dilakukan demi mempertahankan aqidah mereka sebagai hamba Allah. Wajah Dikyanus, Sumber www.pinimg.com Mereka tetap teguh mempertahankan aqidah mereka walau mereka sendiri tahu bahawasannya perbuatan tersebut membayakan nyawa mereka. Ketika para pemuda itu beristirahat, Allah S.W.T menidurkan mereka selama kurang lebih 309 tahun. Lalu Allah S.W.T membolak-balikkan mereka ke kanan dan kiri saat mereka masih terlelap. Dan Allah S.W.T juga memerintahkan kepada matahari agar saat ia terbit memancarkan sinarnya ke dalam gua condong dari arah kanan. Sebaliknya, pada saat hampir terbenam Allah S.W.T memerintahkan kepada matahari agar sinarnya meninggalkan mereka dari arah kiri. Dengan demikian, atas izin Allah S.W.T mereka pun selamat dari kejaran raja Diqyanus yang kejam pada saat itu. Setelah terlelap selama kurang lebih 309 tahun, Allah S.W.T bangunkan mereka dalam keadaan yang lapar. Lalu mereka pun saling bertanya. “Adakah di antara kita yang mampu dan bersedia untuk berangkat ke kota membeli makanan dengan sisa uang yang ada? Akan tetapi ia (yang akan pergi ke kota) harus berhati-hati” Lalu salah satu diantara mereka pun berkata: “Aku saja yang berangkat untuk mendapatkan makanan itu” Ujar Tamlikha. Lalu ia pun berangkat ke pasar untuk membeli makanan dengan sisa uang yang ada. Setibanya di pasar ia pun bertemu dengan seorang penjual roti. Lalu bertanya: “Wahai tukang roti, apakah nama kota yang kalian singgahi ini?” “Ephesus”, sahut sang penjual roti. Lalu setelah itu Tamlikha pun segera membeli beberapa potong roti dengan niat agar bisa dijadikan makanan untuk dia dan teman-temannya. Ketika hendak membayar, sang tukang roti pun kaget bukan kepalang karena uang yang diterimanya merupakan uang yang sangat antik dan tua umurnya. Ia pun berkata: “Beruntung sekali diriku! Rupanya dirimu baru saja menemukan harta karun, berikan sisa uang itu kepadaku! Jikalau tidak, kau akan kuhadapkan kepada raja!”. Begitu kata sang penjual roti. “Aku tidak menemukan harta karun, uang ini aku dapatkan dari hasil penjualan buah kurma seharga 3 dirham pada 3 hari yang lalu!” Sangkal Tamlikha. “Lalu aku pun pergi meninggalkan kota karena semua orang sudah menyembah di Diqyanus!” Tambahnya Lagi. Lalu penjual roti itu pun marah, ia menangkap Tamlikha dan membawanya ke hadapan raja. Raja yang baru merupakan raja yang mampu berpikir dan adil. Sesampainya di sana Tamlikha menjelaskan semua apa yang telah terjadi. Ia menjelaskan bahwasannya dirinya memang benar-benar mendapatkan harta karun melainkan itu uang hasil jerih payah sendiri. Dia pun bersikeras menjelaskan bahwasanya dia juga merupakan salah satu penduduk kota ini (efesus). Setelah mendengar penjelasan serta melihat barang bukti berupa uang, sang raja pun menjadi terheran-heran. Lalu Raja itu pun bertanya “Adakah orang yang benar-benar kau kenal?” lalu Tamlikha menyebutkan nama-nama penduduk kota itu kurang lebih 1000 orang. Akan tetapi tidak ada satu pun yang dikenal oleh raja atau orang lain yang menjadi saksi saat itu. Orang-orang yang menyaksikan berkata “Ah, semua nama-nama itu bukan nama orang-orang yang hidup di zaman sekarang” lalu Raja pun bertanya lagi “Apakah dirimu memiliki rumah di kota ini?” lalu Tamlikha menjawab “Ya, saya punya wahai Tuhanku” Lalu, raja memerintahkan beberapa orang untuk mengantar Tamlikha pergi ke rumahnya. Akhirnya dia pun mengajak mereka ke sebuah bangunan yang paling tinggi di kota itu. Tamlikha pun berkata “Ini rumahku”. Diketuk lah pintu rumah tersebut. Sesaat setelah nya, keluar seorang lelaki yang sudah sangat tua sekali. Alisnya sudah memutih dan hampir menutupi seluruh matanya karena dia sudah terlihat sangat tua. Dahinya mengkerut dan bertanya “Ada apa kalian datang kemari?” para Utusan Raja pun berkata “Anak muda ini mengaku bahwa ini adalah rumahnya”. Orang tua itu marah dan berkata “Siapa dirimu?” Tamlikha pun langsung menjawab; “Aku Tamlikha anak Filistin!” Sontak orangtua tersebut langsung berlutut di hadapan Tamlikha sambil berucap “Demi Allah engkau adalah datuk buyutku, seseorang diantara mereka yang melarikan diri dari raja yang dzalim Diqyanus” Lalu mereka ramai-ramai membawa Tamlikha kembali ke hadapan raja. Setelah dijelaskan apa yang terjadi, raja pun langsung turun dari kuda dan mengangkatnya pemuda kahfi tersebut ke atas pundak. Sambil bertanya-tanya; “Bagaimana keadaan teman-temanmu sekarang?” Dia pun menjelaskan bahwa teman-temannya masih berada di dalam gua Al Kahfi. Seketika itu pula Raja bersama dengan pasukannya mengantarkan ia kembali ke gua tersebut. Sesampainya di dekat gua tersebut Tamlikha pun memohon kepada raja agar berhenti di sini saja karena khawatir jika teman-temannya mendengar suara hentakan tapak kuda mereka akan menduga pasukan Diqyanus lah yang datang. Akhirnya mereka pun menunggu, termasuk sang raja. Ketika Tamlikha kembali masuk ke dalam gua, semua teman-teman yang berada di gua tersebut langsung memeluknya dengan erat-erat. Mereka sangat senang sekali karena ia bisa pulang kembali dengan selamat dan melindunginya dari Diqyanus. Tamlikha pun berkata “Tahukah kalian sudah berapa lama kita tinggal dan tertidur di sini?” Mereka pun menjawab “Mungkin kita tertidur selama sehari atau 3 hari saja. “Tidak! Sungguh kalian telah terlelap selama 309 tahun! Diqyanus sudah lama sekali meninggal. Generasi demi generasi telah berganti dan sekarang penduduk kota pun sudah kembali dan beriman kepada Allah S.W.T. Saat ini mereka juga sedang datang kemari untuk menemui kalian sekarang!” “Wahai Tamlikha, apakah kau ingin menjadikan seluruh jagat gempar akan kehadiran kita?” ucap mereka “Lantas apa yang bisa kita lakukan?” tanya dia balik. “Angkatlah kedua tangamu keatas, kami pun akan berbuat sama”. Seketika itu mereka pun mengangkat kedua tangan mereka dan berdoa “Ya Allah, dengan kebenaran yang telah kau tunjukkan kepada kami melalui keanehan-keanehan yang telah kami alami sekarang, maka cabutlah nyawa kami tanpa sepengetahuan dari orang lain!” Lalu Allah S.W.T pun mengabulkan doa mereka. Allah S.W.T memerintahkan kepada malaikat agar mencabut nyawa mereka dan menyiapkan pintu Gua tanpa bekas. Begitulah kisah mereka, hingga akhirnya disamping gua itu dibangun masjid demi mengenang kebesaran Allah S.W.T. Kisah Pemilik Kebun Di dalam surat Al Kahfi dari ayat 32 hingga 36 menceritakan tentang kisah seorang pria yang karuniai oleh Allah S.W.T sebuah taman yang sangat indah. Namun, karena begitu sombong dan congkaknya pria itu sehingga ia pun lupa bersyukur kepada Allah S.W.T. Bahkan, hingga akhirnya ia juga berani meragukan tentang kebenaran akhirat. Lalu, Allah S.W.T pun menghancurkan semua kebun miliknya. Hikmah dari kisah ini adalah tentang sebuah ujian kenikmatan yang diberikan oleh Allah S.W.T kepada kita semua. Allah S.W.T akan memberikan kenikmatan berupa kekayaan yang banyak sebagai ujian bagi hamba-hambaNya. Untuk itu kita sebagai hambaNya yang beriman sudah sepatutnya jika kita selalu bersyukur terhadap apa yang telah diberikan. Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir www.burst.shopify.com Di ayat selanjutnya yakni ayat 65 hingga ayat 82, menceritakan tentang kisah Nabi Musa bersama dengan Nabi Khidir. Ketika Nabi Musa AS ditanya oleh Allah S.W.T, “Siapakah yang paling luas (ilmunya) dari orang-orang bumi?” Lalu Nabi Musa AS menjawab bahwa dirinya lah satu-satunya nabi di bumi pada saat itu. Akan tetapi kemudian Allah S.W.T menyangkalnya dan mengungkap bahwa ada seseorang yang lebih mengetahui daripada dirinya mengenai hal-hal tertentu yakni Nabi Khidir AS. Lalu kemudian, Nabi Musa AS pun melakukan perjalanan yang jauh untuk mencari Nabi Khidir AS dengan tujuan belajar tentang kebijaksanaan bersamanya. Namun, pada akhirnya ia pun gagal bertemu dengannya. Hikmah yang bisa diambil adalah Allah S.W.T juga akan memberikan kepada orang-orang yang apakah ia akan menjadi sombong atau tidak. Kisah Mengenai Dzul Qarnain Kisah Dzul Qarnain diceritakan oleh Al Quran pada surat Al Kahfi ayat 83 hingga 99. Dzul Qarnain merupakan seorang raja besar yang memiliki pengetahuan serta kekuasaan yang luas. Dia merupakan raja yang sangat suka berpergian jauh demi membantu orang lain dan menyebarkan kebaikan. Di surat ini juga bahkan dijelaskan bahwa raja tersebut mampu mengatasi problematika atau masalah mengenai Yajuj-Majuj dengan membangun bendungan yang besar, dibantu oleh orang-orang yang ia sendiri pun tidak tahu siapa mereka sebenarnya. Hikmah dari kisah ini adalah, Allah S.W.T akan menguji hambaNya yang memiliki kekuasaan apakah dia amanah atau mungkin sebaliknya. Ikhwanul muslimin,,, Ana Berharap Ini Dapat Bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari dan bermanfaat untuk penulisnya #😭😭😭Hasil Copy😭😭😭

Rabu, 09 Januari 2019

Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut

Aku Berharap Dan Berdo'a Ummat Islam Segera Bersatu Dalam Satu Jama'ah Al Khilafah Oleh: Ustadz Abu Ainun = SEMBAHLAH ALLAH DAN JAUHI THAGUT = Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengatakan dalam surat Adz Dzaariyaat: 56 : وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ “Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka mengabdi (beribadah) kepada-Ku” Jadi tujuan kita diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan hidup di dunia ini adalah dalam rangka mengabdi kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala bukan mengabdi kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kita sebagai hamba Allah, tentu kita adalah abdi bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan kita hanya menghambakan diri dan mengabdikan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Saya ulangi… tujuan kita di dunia ini bukan apa-apa, tapi untuk mengabdi “liya’ buduun” kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Adapun bumi dan isinya beserta semua pernak-perniknya Allah ciptakan untuk bekal kehidupan kita. Allah Ta’ala berfirman: هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al Baqarah [2]: 29) Jadi, bumi dan segala isinya, baik yang ada di perut bumi ini dan di atas bumi ini semuanya Allah ciptakan buat kita, sedangkan kita diciptakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk mengabdi kepada-Nya… maka amat sangat keliru bila orang sibuk mengorbankan agama, mengorbankan pengabdiannya kepada Allah dalam rangka mencapai kehidupan dunia yang sesaat, padahal itu adalah bekal dalam hidup mengabdi mencapai ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Banyak sekali manusia mengorbankan tauhidnya, mengorbankan diennya untuk mendapatkan materi, mendapatkan uang, makanan, atau harta benda lainnya dari dunia yang fana ini padahal Allah Subhanahu Wa Ta’ala sangat menghati-hatikannya: يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ “Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, Maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaithan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah”. (QS. Faathir [35]: 5) Jadi, kalau orang lupa kepada tujuan hidup yaitu pengabdian kepada Allah dan ia malah menjadi hamba atau abdi bagi selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berarti dia telah terpedaya dengan kehidupan dunia, dia terpedaya oleh syaitan dan dia lupa akan tujuan hidup yang sebenarnya. Saya ulangi, kita diciptakan untuk mengabdi kepada Allah, untuk beribadah kepada Allah, akan tetapi dikarenakan kita -manusia- ini terbatas kemampuan akalnya, Allah menciptakan manusia ini sebagai makhluq yang bodoh lagi dhalim. Manusia tidak bisa mengabdi sebenar-benarnya kepada Allah dengan sendirinya tanpa ada bimbingan, maka dari itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengutus para Rasul-Nya sebagai pembimbing manusia. Allah juga mengetahui bahwa Rasul-Rasul itu tidak akan hidup abadi di tengah umatnya… Mereka pasti meninggal dunia, maka Allah menurunkan Kitab-Nya sebagai pedoman yang harus dipegang oleh orang-orang yang mengikuti para Rasul tersebut. Jadi Rasul adalah pembimbing dan kitab adalah pedoman hidup, bila kita ingin mencapai kepada Allah, maka kita harus mengikuti apa yang dituntunkan oleh Rasul dan mengikuti pedoman yang telah Allah turunkan, yang mana pedoman ini adalah tali Allah yang Dia ulurkan ke dunia, barangsiapa memegang tali Allah ini (tali Allah adalah pedoman Islam yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya) maka akan sampai kepada ridha Allah, tapi kalau memegang kitab-kitab yang lainnya yang tidak ada dasar dari Allah yaitu kitab-kitab yang diulurkan oleh syaitan dari neraka, berupa ajaran selain Kitabullah atau selain ajaran Rasul-Nya, maka kitab tersebut akan menghantarkan ke dasar api neraka. Berbeda jika orang memegang Al-Qur’an -tali yang diturunkan Allah ke dunia- maka akan sampai kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Jadi disini, Rasul diutus sebagai pembimbing. Apakah inti dakwah para Rasul? Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ “Dan sungguhnya kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An Nahl [16]: 36). Ayat ini secara tegas dan jelas menjelaskan bahwa semua Rasul diutus oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan yang pertama kali mereka ucapkan kepada kaumnya dan ini diucapkan oleh para Rasul terhadap umatnya termasuk Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam adalah “Ibadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah thaghut” Dalam ayat lain Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدُونِ “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang haq) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.(QS. Al-Anbiyaa [21]:25) Jadi bagi semua Rasul, yang pertama Allah wahyukan kepada mereka adalah Laa ilaaha illallaah, dan Laa ilaaha illallaah ini yang disampaikan oleh para Rasul dalam ayat ke-36 Surat An-Nahl tadi (“Ibadahlah kalian kepada Allah dan Jauhilah thaghut”) Jika kedua ayat tersebut digabungkan, maka maknanya adalah: ibadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah thaghut. Laa ilaaha maknanya: Jauhilah thaghut dan illallaah maknanya ibadah kalian kepada Allah. Ajaran Tauhid (Laa ilaaha illallaah) ini disepakati oleh semua Rasul, dari Rasul pertama sampai Rasul terakhir, jadi ajaran para Rasul dalam masalah tauhid adalah sama, perintah untuk hanya beribadah kepada Allah dan menjauhi thaghut. Apakah thaghut itu…? Sedangkan Allah Subhanahu Wa Ta’ala memerintahkan kita untuk menjauhi thaghut. Apakah kita tahu apa thaghut itu? Bagaimana kita menjauhi thaghut?. Keimanan seseorang kepada Allah tidak akan bermanfaat tanpa menjauhi thaghut, karena Laa ilaaha illallaah itu mempunyai dua rukun:yang pertama: Laa ilaaha yang berarti jauhi thaghut, sedangkan yang kedua illallaah (kecuali Allah) maksudnya ibadahlah kalian hanya kepada Allah. Salah satunya tidak bisa berdiri tanpa yang lainnya. Orang yang menjauhi thaghut tapi tidak beriman kepada Allah, maka tidak bermanfaat, begitu juga orang yang iman kepada Allah tapi tidak menjauhi thaghut maka keimanan kepada Allah tersebut tidak akan bermanfaat, akan tetapi harus digabungkan: “Ibadah kepada Allah dan menjauhi thaghut”. Jadi semua dakwah para Rasul adalah sama dalam masalah Laa ilaaha illallaah, yaitu ibadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah thaghut. AllahTa’ala berfirman: فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لا انْفِصَامَ لَهَا “Barangsiapa kafir kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya dia berpegang (teguh) pada buhul tali yang sangat kuat yang tidak akan putus” (QS. Al-Baqarah [2]: 256) Buhul tali yang sangat kokoh ini adalah Laa ilaaha illallaah, tadi telah saya utarakan… Itulah tali yang Allah ulurkan ke dunia ini, barangsiapa yang kafir terhadap thaghut atau bahasa lainnya dalam surat An-Nahl 36: “menjauhi thaghut dan beriman kepada Allah (beribadahlah kepada Allah)” maka orang tersebut telah memegang buhul tali yang amat kokoh yaitu Laa ilaaha illallaah yang dijelaskan dalam surat Al-Anbiyaa: 25. Jadi maknanya: Siapa yang kafir terhadap thaghut dan iman kepada Allah, maka orang tersebut telah memegang Laa ilaaha illallaah, artinya kalau orang tidak kafir terhadap thaghut walaupun ia beriman kepada Allah, maka dia itu belum memegang Laa ilaaha illallaah meskipun ia mengucapkannya dan walaupun ia mengakuinya. Jadi orang yang kafir terhadap thaghut dan iman kepada Allah disebut orang yang telah memegang Al ‘Urwah Al Wutsqa, Al-‘Urwah adalah ikatan dan Al-Wutsqa adalah yang amat kokoh dan ikatan yang amat kokoh ini adalah tauhid (Laa ilaha illallaah) karena ikatan tersebut tidak akan putus. Allah mensyaratkan bagi seseorang agar dapat dikatakan memegang Laa ilaaha illallaah adalah dengan dua hal: Iman kepada Allah dan kafir terhadap thaghut atau menjauhi thaghut dan ibadah hanya kepada Allah. Sedangkan kita mengetahui bahwa rukun islam yang paling pertama adalah Laa ilaaha illallaah. Dalam hadits Al Bukhariy dan Muslim yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar radliyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam mengatakan: “Islam dibangun atas lima hal, yang pertama adalah syahadatain Laa ilaha illallaah wa ana Muhammad Rasulullah...”. Dan kita juga mengetahui bahwa orang dikatakan telah masuk Islam adalah apabila berkomitmen dengan Laa ilaaha illallaah. Kunci masuk Islam adalah Laa ilaaha illallaah sebagaimana kunci masuk surga adalah Laa ilaaha illallaah. Maksudnya adalah bukan sekedar mengucapkan, akan tetapi komitmen dengan makna kandungannya yaitu kafir terhadap thaghut atau menjauhi thaghut dan iman atau ibadah hanya kepada Allah artinya: Apabila orang tidak merealisasikan Laa ilaaha illallaah maka orang tersebut belum memiliki kunci keislaman yaitu pengamalan akan Laa ilaaha illallaah. Oleh karena itu para ‘ulama seperti: Syaikh Sulaiman Ibnu ‘Abdillah Ibnu Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam kitab beliau Taisir Al ’Aziz Al Hamid: “Sekedar mengucapkan Laa ilaaha illallaah tanpa mengetahui maknanya dan tanpa mengamalkan konsekuensinya berupa komitmen dengan tauhid, meninggalkan segala bentuk syirik akbar dan kafir terhadap thaghut maka pengucapan Laa ilaaha illallaah-nya tersebut tidak bermanfaat berdasarkan ijma para ulama”. Jadi hal itu tidak bermanfaat walaupun mengucapkannya beratus-ratus kali atau beribu-ribu kali dalam setiap hari, apabila tidak memahami maknanya dan tanpa komitmen dengan kandungannya, maka itu tidaklah bermanfaat berdasarkan ijma’ para ulama. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelumnya telah menjelaskan dalam hadits Muslim yang disebutkan dalam shahihnya yaitu Dari Abu Malik Al-Asyja’i, beliau bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan Laa ilaaha illallaah dan ia kafir terhadap segala sesuatu yang diibadati selain Allah -maksudnya kafir terhadap Thaghut- maka haram darah dan hartanya”. Di sini Allah Subhanahu Wa Ta’ala menetapkan keharaman darah dan harta, maksudnya orang dikatakan berstatus muslim yang haram harta dan darahnya, jika ia mengucapkan Laa ilaaha illallaah dan kafir terhadap thaghut. Jadi sekedar mengucapkannya adalah tidak bermanfaat dan orangnya belum masuk ke dalam Al-Islam, bila tidak kafir kepada thaghut. Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata dalam kitab beliau Thariqul Hijratain wa Babus Sa’adatain: “Islam itu adalah mentauhidkan Allah dan ibadah hanya kepada Allah saja tidak ada satupun sekutu bagi-Nya, iman kepada Allah dan Rasul-Nya serta mengikuti apa yang dibawa oleh Rasul, dan barangsiapa tidak membawa hal ini, maka ia bukan muslim”. Karena ia belum memegang Laa ilaaha illallaah. Jadi Laa ilaaha illallaah itu memiliki makna dan memiliki kandungan serta memiliki konsekuensi yang di antaranya adalah kafir terhadap thaghut atau menjauhi thaghut. Allah memerintahkan kita untuk menjauhi thaghut, maka tak mungkin Allah tidak memberikan penjelasan tentang thaghut… itu mustahil, jika shalat saja yang Allah fardhukan 10 tahun setelah kerasulan (Nabi Muhammad shallallhu’alaihi wa sallam diangkat menjadi Rasul,ed) dijelaskan dalam sunnahnya secara terperinci oleh Rasul-Nya, maka apalagi thaghut yang mana Allah perintahkan semenjak awal Rasul diutus untuk mengatakan: “jauhi thaghut…!” tentulah Allah menjelaskan secara terperinci dalam Al-Qur’an, dan Allah pasti menjabarkan bagaimana tata cara kafir terhadap thaghut… Kita tanya diri kita, apakah saya sudah tahu apa itu thaghut? atau apakah justru saya mendekati thaghut? atau malah saya iman kepada thaghut? atau malah saya loyal kepada thaghut? Semua jawaban ada pada diri kita sendiri, maka dari itu hal ini mengharuskan kita untuk mengetahuinya. Apabila kita paham bahwa keislaman seseorang atau dengan kata lain seseorang tidak dikatakan muslim, tidak dikatakan mukmin adalah kecuali kalau kafir terhadap thaghut dan iman kepada Allah, maka selanjutnya… sebelum kita mengupas lebih banyak apa maknanya, maka terlebih dahulu harus kita ingat bahwa segala amal ibadah; baik itu shalat, zakat, shaum, haji, i’tikaf, shalat tarawih dan yang lainnya tidak akan Allah terima, tidak akan Allah balas kalau orangnya belum muslim, belum mukmin. Maksudnya di sini adalah muslim… mukmin yang sebenarnya -bukan pengakuan saja-, yaitu muslim yang merealisasikan Laa ilaaha illallaah karena para ulama menjelaskan dari uraian-uraian yang tadi mereka mengatakan: “Para ulama sepakat, bahwa orang yang memalingkan satu macam ibadah kepada selain Allah, maka dia itu orang musyrik walaupun dia shalat, zakat, shaum, mengaku muslim dan mengucapkan Laa ilaaha illallaah” (Lihat Ibthal At Tandid). Allah hanya akan menerima amal shalih yang dilakukan seseorang dengan syarat orang tersebut merealisasikan Laa ilaaha illallaah (kafir terhadap thaghut dan iman kepada Allah), karena orang tidak dikatakan muslim dan tidak dikatakan mukmin kecuali kalau kafir terhadap thaghut dan iman kepada Allah atau merealisasikan Laa ilaaha illallaah. Mari kita ambil beberapa ayat yang menerangkan bahwa amal shalih tidak akan Allah balas kalau orangnya (pelakunya) tidak kafir terhadap thaghut. 1. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا “Dan barangsiapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia itu mukimin, maka mereka itu akan masuk surga dan mereka tidak dizhalimi sedikitpun” (QS. An-Nisa [4]: 124). Perhatikanlah ayat “dia itu mukmin”, sedangkan orang tidak dikatakan mukmin, kecuali orang tersebut kafir terhadap thaghut, karena -seperti yang sudah dijelaskan- pintu masuk Islam adalah Laa ilaaha illallaah dan maknanya adalah kafir terhadap thaghut dan iman kepada Allah. Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan memberikan balasan surga dan tidak sedikitpun mengurangi amal shalih yang dilakukan seseorang baik itu laki-laki ataupun perempuan dengan syarat dia mukmin, sedangkan orang yang melakukan shalat, zakat, shaum, haji, jihad dan yang lainnya namun dia ternyata tawalliy kepada thaghut atau masih melakukan kemusyrikan atau yang lainnya yang melanggar Laa ilaaha illallaah, maka balasan tadi tidak akan diberikan karena Allah mengatakan “sedang dia itu mukmin”sebagai syaratnya. 2. Allah Ta’ala berfirman: مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedang dia itu mukmin, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. An-Nahl [16]: 97) Amal shalih yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan akan ada balasannya dari Allah, akan tetapi ada syaratnya yaitu: “sedang dia itu mukmin”. Orang mukmin yaitu yang merealisasikan keimanan yang intinya ada dalam makna kandungan Laa ilaaha illallaah (kafir terhadap thaghut dan iman kepada Allah) Dua ayat di atas sama, semuanya tentang amal shalih, ada balasan di ujungnya, sedang di tengahnya ada syarat: “sedang dia itu mukmin”. 3. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلا يَخَافُ ظُلْمًا وَلا هَضْمًا “Dan barangsiapa mengerjakan kebajikan sedang dia itu mukmin, maka dia tidak khawatir akan perlakuan zhalim terhadapnya dan tidak (pula khawatir) akan pengurangan haknya”. (QS. Thaha [20]: 112) Orang yang melakukan amal shalih tidak akan dizhalimi oleh Allah, dan tidak akan dikurangi pahalanya tapi ada syaratnya: “sedang dia itu mukmin” orangnya mukmin, orangnya (pelakunya) itu kafir terhadap thaghut atau menjauhi thaghut dan ibadah hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sebaliknya jika orang melakukan amal shalih, tapi tidak menjauhi thaghut maka amalnya tidak akan diberikan balasan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. 4. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: فَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلا كُفْرَانَ لِسَعْيِهِ وَإِنَّا لَهُ كَاتِبُونَ “Barangsiapa yang mengerjakan kebajikan sedang dia itu mukmin, maka usahanya tidak akan diingkari (sia-sia) dan sungguh Kami akan mencatat untuknya” (QS. Al-Anbiyaa [21]: 94) Amal shalih yang dilakukan seseorang akan dicatat oleh Allah ‘Azza Wa Jalla dan tidak akan diingkari-Nya dengan syarat: “sedang dia itu mukmin”.Berarti kalau seseorang melakukan amal shalih akan tetapi belum merealisasikan ”kafir terhadap thaghut dan iman kepada Allah” (Laa ilaha illallaah) maka tidak akan dicatat oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala: 5. Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman: وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ “Barangsiappa mengerjakan kebajikan baik laki-laki maupun perempuan sedang dia itu mukmin maka mereka akan masuk surga, merea diberi rizqi di dalamnya tanpa batas”. (QS Al Mu’min [40]: 40) Ada balasan surga dan ada balasan terhadap amal shalih yang dilakukan oleh setiap individu insan dengan syarat: “Sedang ia itu mukmin” 6. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا “Barangsiapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang dia itu mukmin, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik. (QS. Al Isra [17]: 19) Amal shalih yang dilakukan seseorang akan dibalas oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan syarat: “sedang dia itu mukmin” 7. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى “Barangsiapa datang kepada-Nya dalam keadaan beriman dan telah mengerjakan kebajikan, maka mereka itulah orang yang memperoleh derajat yang tinggi” (QS. Thaahaa [20]: 75) Allah janjikan surga atas amal shalih yang dilakukan seseorang dengan syarat dia itu mukmin. Dia iman kepada Allah dan kufur kepada thaghut. Semua ayat-ayat di atas dengan jelas dan tegas menjelaskan bahwa sekedar orang shalat, zakat, haji dan yang lainnya belum tentu dia itu muslim kalau dia belum merealisasikan Laa ilaaha illallaah. Dan yang harus diperhatikan adalah bahwa ajaran yang paling pokok di dalam Islam ini dan yang paling nikmat adalah bila seseorang telah mendapatkan karunia-Nya adalah ketika dia memahami dan bisa mengamalkan kandungan Laa ilaaha illallaah. Ketika Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam mendakwahkan Laa ilaaha illallaah, sebelum diangkat menjadi Rasul yang mana digelari oleh masyarakat sekitarnya sebagai Al-Amin (orang yang jujur lagi terpercaya), tetapi ketika mendakwahkan Laa ilaaha illallaah maka gelar itu berubah menjadi: “Tukang sihir lagi pendusta” (QS. Shaad: 4), berubah menjadi: “Penya’ir Gila” (QS. Ash Shaaffat: 36), dan dalam ayat yang lain dikatakan “sesat”. Semua perubahan ini terjadi karena mengamalkan Laa ilaaha illallaah. Tidak mungkin orang sekedar mengucapkan Laa ilaaha illallaah langsung dikatakan: gila, pendusta, penya’ir gila… melainkan ketika mengamalkan konsekuensi Laa ilaaha illallaah. Rasulullah dilempari, dicekik, Bilal disiksa, Sumayyah dibunuh, Yasir dibunuh, Ammar disiksa dan karena mendapat intimidasi yang dahsyat, maka para shahabat yang lainnya diizinkan hijrah ke Habasyah (Ethiopia), meninggalkan kampung halaman, rumah, harta benda, mengarungi padang pasir yang luas dan mengarungi lautan yang jauh untuk menyeberang ke Benua Afrika, karena apa…? Karena mempertahankan Laa ilaaha illallaah. Andaikata Laa ilaha illallaah itu hanya sekedar mengucapkan tanpa ada konsekuensi logis yang dituntut oleh kalimat tersebut pada realita kehidupan, maka tidak mungkin terjadi apa yang menimpa mereka. Sekarang misalnya kita mengucapkan Laa ilaaha illallaah di hadapan thaghut maka kita tidak akan diapa-apakan. Akan tetapi ketika mengamalkan kandungan Laa ilaaha illallaah maka akan terjadi apa yang (mesti) terjadi berupa: orang-orang menggunjing, orang-orang menjauhi dan mencela kita, dan bahkan thaghut mengejar dan memenjarakan itulah yang terjadi ketika kita mengamalkan konsekuensinya. Nabi Nuh ‘alaihissalam ketika mendakwahkan Laa ilaaha illallaah memakan waktu yang sangat lama, karena beratnya sehingga kaumnya menolak: وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلا خَمْسِينَ عَامًا “Dan sungguh kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun” (QS. Al-Ankabuut [29]: 14). Nabi Nuh ‘alaihissalam dalam waktu sekian lama hanya mempunyai pengikut sebanyak 40 orang -sebagaimana yang dikatakan sebagian ulama- disebabkan beratnya kandungan Laa ilaaha illallaah. Sekarang, shalat tidak dilarang di manapun, baik orang kafir ashliy atau orang kafir murtad atau thaghut tidak melarang shalat, bahkan shalat dianjurkan, shaum bagi mereka adalah penghematan, haji bagi mereka menambah pendapatan negara, akan tetapi… ketika mengamalkan kandungan Laa ilaaha illallaah, maka yang ada adalah: penyiksaan, intimidasi, penjara, pembunuhan dan yang lainnya… Itu semua adalah ketika Laa ilaaha illallaah dipegang. Kita sering mendengar bahwa nikmat yang paling agung adalah nikmat iman dan islam, hal itu adalah Laa ilaaha illallaah, namun bukan hanya sekedar ucapan tanpa mengetahui maknanya. Jika orang tidak memahami hakikat Laa ilaaha illallaah dan tidak mengamalkannya, maka ia tidak mungkin merasakan nikmat itu, akan tetapi di sini apabila orang memahaminya, mengamalkannya ~walaupun harus meninggalkan harta dunia atau materi atau apa saja yang ia miliki~ apabila dia sudah merasakan nikmat Laa ilaaha illallaah, maka ia akan berani meninggalkan semuanya demi meraih ridha Allah… meraih surga dan selamat dari api neraka. Sebaliknya, orang yang melakukan amal shalih, sedangkan ia tidak merealisasikan makna Laa ilaaha illallaah, masih berlumuran dengan kemusyirikan, kekafiran, kethaghutan dan yang lainnya, maka nestapa yang akan dirasakannya adalah sebagaimana yang Allah gambarkan dalam firman-Nya tentang orang-orang yang melakukan amal shalih sedangkan dia belum merealisasikan Laa ilaaha illallaah yaitu: Firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala : وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا “Dan Kami perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami akan jadikan amal itu (bagaikan) debu yang beterbangan” (QS. Al-Furqan [25]: 23) Jadi tidak ada artinya alias hilang… shalatnya, zakatnya, shaumnya, hajinya, berbuat baiknya kepada tetangga, perbuatan baiknya kepada orang tuanya, dan kebaikan-kebaikan lainnya, maka semuanya hilang lenyap karena kemusyrikan. Amal shalih hanya akan diterima oleh Allah dengan syarat “sedang dia itu mukmin” yaitu komitmen dengan Laa ilaaha illallaah, orangnya muwahhid (bertauhid). Firman-Nya yang menggambarkan tentang realita umat yang merasa telah melakukan amal baik berupa amal-amal shalih dan menjadi bagian kaum muslimin padahal sebenarnya dirinya itu masih musyrik dan masih kafir tanpa ia menyadari adalah… وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ “Dan orang-orang kafir, perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang yang dahaga, tetapi apabila didatangi tidak ada apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya” (QS. An-Nur [24]: 39). Ayat “dan orang-orang kafir” adalah siapa saja yang belum merealisasikan Laa ilaaha illallaah, baik itu mengaku muslim atau non muslim, mau shalat, mau zakat ataupun haji akan tetapi belum merealisasikan Laa ilaaha illallaah maka pada hakikatnya dia masih kafir. Allah memperumpamakan amalan orang-orang yang belum merealisasikan Laa ilaaha illallaah seperti fatamorgana, maksudnya adalah bahwa orang yang merasa dirinya sudah muslim (ia melakukan) shalat, zakat, haji dan banyak berbuat baik pada sesama, lalu ia mengira pahalanya sudah menumpuk di sisi Allah, dia siap memetiknya hingga dia mengira akan masuk surga, dan ketika didatangi (maksudnya: mati) menemui Allah, yang mana sebelumnya dia di dunia mengira pahala sudah menumpuk… ternyata realitanya dia tidak mendapatkan apa-apa, kenapa…? karena Allah tidak mencatatnya, karena amalan itu tidak ada artinya, sungguh sangat kecewa, padahal dahulu ketika di dunia dia mengira bahwa dia calon penghuni surga dan aman dari api neraka, ternyata yang ada adalah nestapa yang dia dapatkan dalam realita yang seperti itu… Bagaimana sekiranya kalau hal itu menimpa diri kita? Ini adalah gambaran dalam ayat tersebut. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلالُ الْبَعِيدُ “Perumpamaan orang yang kafir kepada Tuhannya, perbuatan mereka seperti debu yang ditiup oleh angin keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak kuasa (mendatangkan manfaat) sama sekali dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia)” (QS. Ibrahim [14]: 18) Jika kita menyimpan debu di depan rumah, lalu tiba-tiba debu tersebut ditiup badai… maka apa yang terjadi? Maka kita akan lihat debu tersebut beterbangan. Begitu juga amal shalih, ia seperti tumpukan debu, sedangkan noda-noda kekafiran, kemusyrikan, kethaghutan adalah badai yang meniup dan menghempaskan amal shalih yang menumpuk, maka amal shalih itu hilang diterpa badai kemusyrikan tersebut. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada Nabi-Nabi yang sebelummu: Sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalanmu dan tentulah engkau termasuk orang yang merugi.” (QS. Az-Zumar [39]: 65) Allah Ta’ala mengingatkan Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, beliau adalah orang muslim, muwahhid, dan mukmin. Akan tetapi jika Rasulullah melakukan kemusyrikan ~sedangkan kedudukan beliau adalah Rasul~ beliau diberikan ancaman oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka apa gerangan dengan kita..? Rugi, karena sudah capek beramal, banyak mengeluarkan biaya, apalagi kalau pergi Haji tentu memakan biaya besar, akan tetapi ternyata tidak mendapatkan apa-apa… bukankah ini suatu kerugian…??? Bahkan bukan hanya Rasulullah Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam saja, akan tetapi semua rasul diperingatkan dengan ancaman oleh AllahSubhanahu Wa Ta’ala dalam kitab-Nya: وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Sekiranya mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka kerjakan” (QS. Al-An’am [6]: 88) Andai kamu hai orang-orang muslim… hai siapa saja, bila melakukan kemusyrikan, maka lenyaplah amal kamu seperti tumpukan debu yang dihempas oleh badai, sehingga ketika mengaku sebagai seorang muslim, merasa dirinya sudah Islam, melakukan shalat, zakat, haji, berjihad, berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada tetangga, memberi kepada sesama dan yang lainnya, akan tetapi bila realita sebenarnya dia itu belum merealisasikan Laa ilaaha illallaah dan belum kufur terhadap thaghut dan merasa dirinya sudah benar, sudah Islam, dia merasa bahwa kalau dia mati bisa memetik hasil amal shalih yang telah dia lakukan, akan tetapi ternyata ketika dia datang ke akhirat ia tidak mendapatkan apa-apa sehingga ini yang Allah gambarkan dalam firman-Nya: قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا (١٠٣) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا “Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya? (yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya” (QS. Al Kahfi [18]: 103-104). Mereka mengira sudah berbuat sebaik-baiknya, mengira bahwa dia itu calon penghuni surga, mengira bahwa amalannya diterima Allah Subhanahu Wa Ta’ala, mengira dirinya aman dari api neraka. Tapi ternyata… tidaklah seperti yang dia perkirakan. Bukannya pahala yang didapatkannya, akan tetapi malah siksa api neraka, karena apa? karena belum merealisasikan inti dari ajaran Islam -Laa ilaaha illallaah (iman kepada Allah dan kufur terhadap thaghut)- sehingga nestapa inilah yang akan dirasakan dan apa yang Allah gambarkan dalam firman-Nya Subhanahu Wa Ta’ala: وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ (٢) عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ (٣) تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً “Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk hina, (karena) bekerja keras lagi kepayahan, mereka memasuki api yang sangat panas“ (QS. Al Ghaasyiyah [88]: 2-4) Bukan surga yang didapat, akan tetapi dia masuk ke dalam api yang menyala-nyala. Alangkah ruginya, alangkah sedihnya ketika kondisi yang di sana tidak ada lagi kesempatan untuk kembali lagi ke dunia. Mungkin, ketika orang melakukan kegagalan di dunia ini, dia bisa mengulang dan bisa mengambil pelajaran karena masih ada kesempatan tapi di akhirat maka tidak akan ada lagi kesempatan. Orang yang dahulunya menentang Allah dan mengikuti thaghut, mereka akan berkata seperti yang Allah gambarkan dalam firman-Nya: إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الأسْبَابُ (١٦٦) وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ “(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan di antara mereka terputus sama sekali”. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami”. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka”. (QS. Al-Baqarah [2]: 166-167) Jadi, tauhid (Laa ilaaha illallaah) adalah inti kehidupan kita, inti dari dien kita. Realisasikan tauhid ini, jauhi thaghut sebelum Allah Subhanahu Wa Ta’ala menutup akhir hayat kita sedangkan kita belum berlepas diri dari kethaghutan, karena kehidupan dunia hanya sementara, kehidupan abadi adalah di akhirat. Allah menciptakan kita di dunia untuk mengabdi kepada Allah… untuk menjauhi thaghut. Semoga Allah Ta'ala memberikan kita pemahaman.. Wasssalam

Kita Berada Di Akhir Zaman!!!

Aku Berharap Dan Berdo'a Ummat Islam Segera Bersatu Dalam Satu Jama'ah Al Khilafah. TELAH SAH KITA SEKARANG BERADA DI ZAMAN KE 4 SEPERTI YG DI NYATAKAN OLEH RASUL SAW: Tidak terasa kita hidup dipenghujung Zaman. Rasul SAW Berkata : “ZAMAN ITU DI BAGI KEPADA 5” 1. Zaman Nubuwwah_ (zaman kenabian diawali dr zaman Nabi Adam AS sampai Baginda Nabi Muhammad SAW) 2. Zaman Khilafah 1_ (dipimpin sahabat -sahabat Nabi Abu Bakar Umar, Utsman dan Ali ra). 3. Zaman Al-mulk kerajaan_ (berakhir runtuhnya Dinasti Utsmani diturki kalau diindonesia Majapahit, Sriwijaya, Galu dsbnya). 4. Zaman Jababiro_ (Zaman kebebasan maksiat dimana-mana dan inilah zaman kita hidup sekarang). Fitnah2 bertebaran untuk melemahkan kaum Muslimin (era fitnah terbesar akan terjadi saat Dajjal muncul), Org2 yg tdk layak/zalim menjadi penguasa (pemimpin), jumlah ummat Islam ramai tpi bagaikan buih diatas laut (sedikit yg berjihad untuk membela Islam)... _Zaman ini sdh terjadi dan sdg kita jalani...Astaghfirullah.... 5. Zaman Khilafah 2_ (Zaman yg mana suasana seperi pada zaman Rosululloh SAW, nanti umat Islam akan dipimpin *_Imam Mahdi hanya berlangsung lebih kurang 9 tahun._* _Pada zaman ini pula Dajjal muncul, Nabi Isa AS jg muncul ditugaskan untuk membunuh Dajjal dan meng-Islamkan orang2 Kafir/Nashoro)._ ➡️ Para Ulama hadits memperhalusi ttg usia umur ummat Islam : _1. Ibnu Hajar Asqalani_ seorang ulama pakar hadits, kitab beliau yg populer dimsia adalah Fathul Barri, Beliau berkata umur umat Islam sampai 1476 H. _2. Imam As-syuyuthi_ Beliau mengatakan umur umat Islam sampai 1477 H _3. Ibnu Hajar Hambali_ kata Beliau umur umat Islam lebih dari 1400 H namun tdk sampai 1500 H Allahu Akbar sekarang umur umat Islam sudah sampai pada 1439 H. _Hari kiamat tdk ada yg tau termasuk Rosululloh SAW namun mengenai umur umat Islam, Rasulullah sdh memberi tahu.. tdk sampai 1500 H._ Kelak diakhir zaman Alloh SWT akan wafatkan serentak umat islam dimuka bumi dan yg tinggal hanyalah orang kafir yg akan menyaksikan hancurnya bumi gunung laut langit dan seluruh alam (baca Al-Qoriah, Al-Qiyamah, Al-Waqiah). Diantara tanda kiamat kata Rasulullah SAW -akan muncul Dukhan (kabut hitam) yg menyelimuti bumi selama 40 hari 40 malam, lalu sahabat bertanya Ya Rasulullah kapan itu terjadi??? Kata Baginda Nabi SAW itu terjadi apabila yg - pertama KALAU PENYANYI WANITA BERMUNCULAN DIMANA-MANA - Yg kedua kata Rasulullah SAW, kalau alat musik dicintai oleh umatku dan minuman keras dimana-mana.... _Saudaraku,tanda2 diatas sudah muncul semua sekarang... _Sementara masih ada waktu, mari segera baiki diri, perbaiki ibadah dan perbanyak amal solih untuk bekal di akherat nanti.... Wallahu'alam.... Sudah Siapkah?? Note: Kajian ilmiah seluruh Pakar Iptek di timur dan barat sdh 100% membenarkan Peringatan Rasulullah 14 abad yg lalu...! Dan janji Allah pasti benar n tepat...! BADAN Meteorologi dan Geofisika menyatakan bahwa akan terjadi kemarau panjang yang akan melanda dunia. Dijangka kemarau panjang tersebut akan bermula tahun 2019 hingga 2022.Air dunia waktu ini hanya berbaki 3% saja. Lalu apa artinya informasi ini bagi kita? Artinya adalah _keluarnya Dajjal telah sangat dekat._ _Dan munculnya Imam Mahdi telah berada di tengah-tengah kita, tanpa kita sadari._ Ini berarti apa yang disabdakan Rasulullah telah terbukti. Dalam hadits tentang kisah Tamim Ad-Dari, keluarnya Dajjal di tandai dengan keringnya danau Thabariyyah (Tiberias), keringnya mata air Zughar, dan pohon kurma Baisan tidak berbuah lagi. Dan jika kita mengikuti perkembangan informasi terakhir tentang tiga pertanda tersebut, sudah nyata terjadi. Sudah dua tahun ini, pohon kurma di Baisan tidak berbuah lagi. Diikuti dengan semakin kurangnya mata air Zughar. Dan yang paling menepati adalah surutnya air di tasik Tiberias di Israel sudah sangat meruncing, sehingga Israel sibuk mencari sumber air lain. Salah satunya perencanaan adalah penyulingan air laut. Dalam hadits lain dikatakan bahwa Dajjal akan keluar dari sarangnya dgn tanda, setelah terjadi kemarau dan kekeringan selama 3 tahun. Dan sebagaimana disebutkan di atas, bahwa Badan Meteorologi dan Geofisika telah memperkirakan kekeringan panjang akan dimulai tahun 2019 hingga 2022. Marilah kita berbuat baik semaksima mungkin, dan ajaklah setiap muslim dimanapun, untuk semakin bersungguh-sungguh memperbanyak amal akhirat. ALLAHU AKBAR... !!! ➡️_Kiamat menurut Agama Islam ditandai dengan beberapa petanda. Kita boleh baca novel sampai beribu2 kali tapi baca ini hanya perlu 5 menit_ - Kemunculan Imam Mahdi - Kemunculan Dajjal - Turunnya Nabi Isa (AS) - Kemunculan Yakjuz dan Makjuz - Terbitnya matahari dari Barat ke Timur - Pintu pengampunan akan ditutup - Dab'bat al-Ard akan keluar dari tanah & akan menandai muslim yang se-benar2nya - Kabut selama 40 Hari akan mematikan semua orang beriman sejati shg mereka tidak perlu mengalami tanda2 kiamat lainnya - Sebuah kebakaran besar akan menyebabkan kerusakan - Pemusnahan/runtuhnya Kabah - Tulisan dalam Al-Quran akan lenyap - Sangkakala akan ditiup pertama kalinya membuat semua makhluk hidup merasa bimbang dan ketakutan - Tiupan sangkakala yang kedua kalinya akan membuat semua makhluk hidup mati dan yg ketiga yang membuat setiap makhluk hidup bangkit kembali Nabi MUHAMMAD SAW telah bersabda: "Barang siapa yg mengingatkan ini kepada orang lain, akan Ku buatkan tempat di syurga baginya pada hari penghakiman kelak" Allah berfirman : "jika engkau lebih mengejar duniawi daripada mengejar redho Ku maka Aku berikan, tapi Aku akan menjauhkan kalian dari syurgaKu" Itulah yg dimaksud dajjal yg bermata satu: Artinya hanya memikirkan duniawi drpd akhirat. ➡️ Kerugian meninggalkn sholat : Subuh: Cahaya wajah akan pudar. Zuhur: Berkat pendapatan akan hilang. Ashar: Kesehatan mulai terganggu. Maghrib: Pertolongan anak akan jauh di akhirat nanti. Isya': Kedamaian dlm tidur sukar didapatkan. Sebarkan dgn ikhlas. tiada paksaan dalam agama Niatkan ibadah (sebarkan ilmu walau 1 ayat) ➡️ Nasihat Kubur: 1). Aku adalah tempat yg paling gelap di antara yg gelap, maka terangilah .. aku dengan TAHAJUD 2). Aku adalah tempat yang paling sempit, maka luaskanlah aku dengan berSILATURAHIM .. 3). Aku adalah tempat yang paling sepi maka ramaikanlah aku dengan perbanyak baca .. AL-QUR'AN. 4). Aku adalah tempatnya binatang2 yang menjijikan maka racunilah ia dengan Amal SEDEKAH, 5). Aku yg menyempitmu hingga hancur bilamana tidak Sholat, bebaskan sempitan itu dengan SHOLAT 6). Aku adalah tempat utk merendammu dgn cairan yg sangat amat sakit, bebaskan rendaman itu dgn PUASA.. 7). Aku adalah tempat Munkar & Nakir bertanya, maka Persiapkanlah jawabanmu dengan Perbanyak mengucapkan Kalimah *"LAILAHAILALLAH"* Kirim ini semampumu dan seikhlasmu kepada sesama Muslim, sampaikanlah walau hanya pada 1 org.. Karena, saat kamu membawa Al-Qur'an, setan biasa2 saja. Saat kamu membukanya, syaitan mulai curiga. Saat kamu membacanya, ia gelisah. Saat kamu memahaminya, ia kejang2. Saat kamu mengamalkan Al-Qur'an dlm kehidupan seharI-hari, ia stroke. Trus n trus baca & amalkan agar syaitan stroke semuanya juga jantungnya dan mati. Ketika anda ingin menyebarkan .. ini, lagi2 syaitan pun mencegahnya. Syaitan berbisik; Sudahlaaaaaah tak usah disebarkan, tak penting, buang waktu saja, tak mungkin akan dibaca Sekecil apapun amal ibadah, Allah SWT menghargainya, Semoga menjadi amal. Aamiin🕌❤🕌☝

BUKAN NEGARA ISLAM YANG MENJADI TUJUAN, KHILAFAH ADALAH BUKTI PENGAGUNGAN MANUSIA KEPADA ALLAH

BAI'AT UMMAT ISLAM YG BERSEDIA TUNDUK DAN PATUH PADA AL JAMAA'AH KHILAFATUL MUSLIMIN

<< 48:11 Surat Al-Fath Ayat 10 (48:10) 48:9 >>  اِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ اِنَّمَا يُبَايِعُوْنَ اللّٰهَ ۗيَدُ اللّٰهِ فَ...