Minggu, 15 Desember 2019

JEJAK PERJUANGAN RASULULLAH YG DI LUPAKAN (AL JAMAA'AH AN-NUBUWWAH)

INILAH JEJAK PERJALANAN DAN PERJUANGAN DAKWAH PERSATUAN AL JAMAA'AH AN-NUBUWWAH BERSAMA SANG KOMANDO NYA (RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM)

SAUDARAKU SEIMAN DAN SEAQIDAH MARI KITA RENUNGI DAN PERENUNGAN YANG SEBENAR BENARNYA PERENUNGAN,DAN MARI BERUSAHA SEKUAT MUNGKIN MENINGGALKAN PENDAPAT PENDAPAT YANG TERCAMPURI DENGAN KHOYYAL YANG TANPA PENGAPLIKASIAN SECARA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL LAHIR MAUPUN BATHIN


BISMILLAHIROHMANIROHIM
ASSALAMUALAIKUM WARAHMATULLAHI WA BARAKAATUH

®®®®®®®®®®®
MINTA MAAF SEBELUM DAN SESUDAH-NYA
🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏
Ketika Firman-Firman Allah SWT Di Jalankan Sebagaimana MESTINYA,,,, SESUNGGUHNYA DAULAH INI(MADINAH) Adalah Merupakan Hadiah Dari Suatu Perjuangan Yang Tak Pernah Putus MASA AL JAMA'AH AN NUBUWWAH BERSAMA PENGEMBAN KEPEMIMPINAN RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM "INILAH JEJAK AL JAMA'AH AN NUBUWWAH" HINGGA MENDAPATKAN KEMENANGAN YANG LUHUR ,"YAITU : FUTUH MAKKAH",
110. An-Nasr (Pertolongan) 3 ayat
اِذَا جَآءَ نَصۡرُ اللّٰهِ وَالۡفَتۡحُۙ1
. Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan,
وَرَاَيۡتَ النَّاسَ يَدۡخُلُوۡنَ فِىۡ دِيۡنِ اللّٰهِ اَفۡوَاجًا2.
Dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah,
فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَاسۡتَغۡفِرۡهُ‌ ؔؕ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا3.
Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampunan kepada-Nya. Sungguh, Dia Maha Penerima tobat.
Isi Kandungan Surat An Nasr
Berikut ini isi kandungan surat An Nasr yang kami sarikan dari sejumlah tafsir. Yakni Tafsir Al Qur’anil ‘Adhim karya Ibnu Katsir, Tafsir Al Munir karya Syaikh Wahbah Az Zuhaili, Tafsir Fi Zilalil Quran karya Sayyid Qutb dan Tafsir Al Azhar karya Buya Hamka.
1. Surat An Nasr berisi kabar gembira bahwa Allah akan memberikan pertolongan dan kemenangan kepada Rasulullah, secara khusus dengan pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah).
2. Surat An Nasr berisi kabar gembira bahwa manusia akan berbondong-bondong masuk agama Islam. Dan ini terbukti setelah Fathu Makkah, penduduk Makkah dan penduduk Arab berbondong-bondong memeluk Islam.
3. Surat ini merupakan salah satu mukjizat dan bukti kebenaran Al Quran karena apa yang dinyatakan Al Quran benar-benar terjadi. Yakni terjadinya Fathu Makkah dan manusia berbondong-bondong masuk Islam.
4. Surat An Nasr memberikan arahan untuk menisbatkan kemenangan kepada Allah. Bahwa kemenangan adalah pertolongan dari Allah dan harus diikuti dengan memperbanyak tasbih, tahmid dan istighfar.
5. Surat An Nasr memberikan arahan untuk tidak sombong dan berbangga diri dengan kemenangan. Justru harus memperbanyak syukur dan memohon ampun jika selama perjuangan ada kesalahan dan jika saat kemenangan tiba muncul perasaan yang tidak tepat dalam jiwa.
6. Surat ini menunjukkan dekatnya ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana beliau kabarkan kepada Fatimah radhiyallahu ‘anha. Juga sebagaimana yang dipahami oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu dan sahabat ahli tafsir lainnya.
Demikian isi kandungan Surat An Nasr. Semoga bermanfaat dan menambah keimanan serta ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/WebMuslimah]
*Untuk bisa dibaca di artikel Tafsir Surat An Nasr https://bersamadakwah.net/surat-an-nasr/
INSANUL KHOLQILLAAH!!!!
ISLAM DIENUT TAUHID TELAH HADIR SEJAK NABI ADAM DI CIPTAKAN,,, HINGGA ISA ALAIHI SALAAM PUN DI ANGKAT KELANGIT,,,, MAKA AJARAN ISLAM YANG BERASASKAN SISTEM KENABIAN TERLIHAT TERHENTI PERGERAKAN NYA,,,LALU SETALAH BEBERAPAA RATUS TAHUN KEMUDIAN LAHIRLAH SEORANG CALON NABI,,, YAITU MUHAMMAD SHOLLALLAAHU ALAIHI WASALLAM,,, DAN KETIKA BELIAU DI ANGKAT MENJADI NABI DAN RASUL ALLAH, YG KEDUA TITAH ITU DI TERIMA NYA،beliau Berada di gua Hira,,,YG PADA AWALNYA BELIAU HANYA INGIN MERENUNG APA YG TERLIHAT DI PLOPAK MATANYA yaitu PENYEMBAHAN BERHALA UNTUK YG KESEKIAN KALINYA DI MEKKAH, DN DI GUA HIRO ITU IA MELIHAT PENDUDUK MEKKAH DARI KETINGGIAN,…
KETIKA NABI MUHAMMAD SHOLLALLAAHU ALAIHI WASALLAM MENERIMA RISALAH KENABIAN DAN KERASULAN NYA,, YANG DI TANDAI DENGAN MENDAPAT KAN WAHYU YANG PERTAMA (IQRO BISMIROBBIKALLADZI KHOLAQ)…
TUBUHNYA MENGGIGIL DAN TERUCAPKANNYALA DI DEKAPAN ISTRINYA (UMMUL MUKMININ KHADIJAH),DARI LISAN BELIAU KATA2 INDAH ITU, SEDANG IA TIDAK BISA MEMBACA DAN MENULIS.
LALU KHADIJAH PUN MEMBENARKAN UCAPAN NYA ITU,YG KEMUDIAN DI BENARKAN PULA RISALAH KENABIAN DAN KERASULAN BELIAU OLEH SEORANG LAKI2 YG YG SUDAH CUKUP TUA YG SANGAT MULIA DAN AGUNGPULA AKHLAQ NYA,,, SIAPA??? PRIA ITU TIDAK LAIN ADALAH ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ LELAKI YANG SELALU MEMBENARKAN SEGALA UCAPAN BELIAU DIMANA MANUSIA MENDUSTAKAN NYA,ATAU BAHKAN MENYEBUT NYA PENYIHIR YANG GILA,DAN KERAP KALI MENDAPAT LEMPARAN TAI ONTA YG BASAH MAUPUN YG TELAH MENGERING,,, BEGITU LAH KIRA2 SEPAKTERJANG DAN LANGKAH LANGKAH PERJUANGAN BELIU DALAM MENGEMBAN RISALAH KENABIAN (SISTIM KEPEMIMPINAN KENABIAN YG DI PIMPIN LANGSUNG OLEH BELIAU)… HINGGA TIBALAH masa Futuh Mekkah Yang Sebelumnyaa Mendapat wilayah Idarotul HUKMI (Wilayah Penerapan HUDUUDULLAAH) Atau Yg Biasa Kalian Anggap Dan Sebut2 dengan Sebutan Daulah Khilafah,,, TIDAK KAH KALIAN FAHAMI BAHWA , DAERAH KEKUASAAN ITU (YATSRIB) DIKUASAI DENGAN DI UTUSNYA SALAH SEORANG SAHABAT NABI, DENGAN MEMBAWA SEUNTAI CERITA RISALAH KENABIAN DAN KERASULAN MUHAMMAD SHOLLALLAAHU ALAIHI WASALLAM,DAN BUKAN DENGAN JALAN PEPERANGAN,,,
TAK LEPAS DAARI CERITA DI ATAS , UMMAT ISLAM SEDUNIA INI MENERIMA TITAH ALLAH YAITU AL QUR'AN DAN SUNNAH RASULNYA UNTUK BISA KITA LAKSANAKAN DAN KITA TERAPKAN DALAM KEHIDUPAN KITA SEHARI,,,, BAIK SECARA PERSONALIA ATAUPUN SECARA BERJAMAAH, DAN DALAM RISALAH PERJUANGAN INI,KITA TIDAK MUNGKIN MEWUJUDKAN NYA DENGAN CARA BERPECAH BELAH, TERKOTAK-KOTAK,DELAM SEKUP KENEGARAAN TERTENTU,,WAHAI SAUDARAKU KHILAFATULMUSLIMIN BUKAN UNTUK MENGAJAK ANDA UNTUK MENEGAKKAN NEGARA BARU,,, BUKAN Pula Hendak Menegakkan Jamaah baru,,, KHILAFATULMUSLIMIN ADALAH CIKAL BAKAL KHILAFAH YG TAK SELAMA LAMANYA SEBUAH IDEALISME MURAHAN YANG SEBAGAI MANA YG ADA DI OTAK KALIAN.
WAHAI SAUDARAKU SADARLAH DAN KEMBALI LAH DALAM RISALAH KENABIAN DAN KEKHILAFAHAN/RISALAH KEPEMIMPINAN ISLAM YG DI PIMPIN OLEH SEORANG KHOLIFAH BERASASKAN UNDANG UNDANG DAN ATURAN ALLAH DAN RASUL NYA SAJA…… BERTOBATLAH KALIAN DARI PERPECAHAN UMMAT DENGAN BERSATU DAN BERJAMAAH DALAM KHILAFAH/KHILAFATULMUSLIMIN…..
يد اللهِ مع الجماعة
("Tangan ALLAH Ada Pada Hidupnya KAUM MUSLIMIN DENGAN Berjamaah")….
SaudaraKu Seiman Dan Se'Aqidah Dalam Ajaran TAUHIDULLAH INI!!!
Apa Yang Di Maksud Dengan "YADULLAAHI MA'A AL JAMA'AH...???"

Maka Untuk Menjelaskan TENTANG Ini Saya Kutip Sebuah Link Internet Yg Naskah Arab Dari
https://www.islamweb.net/ar/fatwa/10069/

Yang Saya Usahakan Sebenar benarnya Dan Sesuai Mungkin Bahasa Indonesia-nya Dengan Bahasa Arab Yang Termaktub!!!

معنى: "يد الله مع الجماعة"

رقم الفتوى: 10069

تاريخ النشر:الإثنين 15 جمادى الآخر 1422 هـ - 3-9-2001

السؤال

ما المراد من "يد الله على الجماعة" ؟

الإجابــة

الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد:


Artinya: "Tangan Allah ada bersama Al Jamaa'ah"

Nomor fatwa: 10069

Tanggal Publikasi: Senin, 15 Jumada Al-Akher 1422 AH Bertepatan Dengan Tahun 2001 Bulan 9 Tanggal 3

Pertanyaannya!!!

Apa yang dimaksud dengan "Tangan Allah Bersama Al Jamaa'ah"...?

Jawabannya

Segala puji bagi Allah, dan semoga Sholawat dan Salam bagi Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wa Sallam, keluarganya, dan Para Shahabat2-nya. Amma Ba'd:

فقد روى الترمذي عن ابن عباس رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "يد الله مع الجماعة"، وله من حديث ابن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "إن الله لا يجمع أمتي"، أو قال: "أمة محمد صلى الله عليه وسلم على ضلالة، ويد الله مع الجماعة" والحديث صحيح كما في صحيح الجامع برقم (1848).

Al-Tirmidzi meriwayatkan,Berdasarkan Riwayat Ibnu Abbas,Radliyallaahu 'Anhuma, bahwa Rasulullah,Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam, mengatakan: "Tangan Allah Berada Pada Al Jamaa'ah" Dan Dalam Hadits Riwayat Ibnu Umar,Radliyallaahu 'Anhuma, Berkata Rasulullaah: "Sesungguhnya Allah tidak Akan Pernah menyatukan Ummatku." Atau dia berkata: "Ummat Muhammad,Shallallaahu Alaihi Wa Sallam, "Berada Dalam Kesesatan" dan tangan Allah Itu ada bersama Al Jamaa'ah." Dan Ia Berkata Hadits Ini Shahih, Sebagaimana Di Terangkan dalam Kitab Shahih Al-Jami 'No. 1848

وقد اتفق أهل السنة والجماعة على أن المراد بذلك هو رعاية الله لهم، وعنايته بهم، وأنهم في كنفه وحفظه.
واختلف أهل العلم في المقصود بالجماعة، قال أبو إسحاق الشاطبي رحمه الله (الاعتصام 1/478): اختلف الناس في معنى الجماعة المرادة في هذه الأحاديث على خمسة أقوال:

Kaum Ahlus Sunnah Telah sepakat bahwa yang dimaksud Al Jamaa'ah adalah Kepedulian/Kepengurusan Allah terhadap mereka, kepeduliannya terhadap mereka, dan bahwa mereka berada dalam Pemeliharaan dan Perlindungan-Nya.
Dan Ahlul Ilmi berbeda Pendapat tentang makna Al Jamaa'ah, Abu Ishaq Al-Shatby, Rahimahullaah Dalam  (Kitab al-I'tisam 1/478) Ia Bertutur: Orang-orang berbedapendapat pada makna Al Jamaa'ah : Yang Di Maksud Oleh Hadits-hadits ini pada lima Pendapat:

أحدها: أنها السواد الأعظم من أهل الإسلام، وهو الذي يدل عليه كلام أبي غالب: إن السواد الأعظم هم الناجون من الفرق، فما كانوا عليه من أمر دينهم، فهو الحق، ومن خالفهم مات ميتة جاهلية، سواء خالفهم في شيء من الشريعة، أو في إمامهم وسلطانهم، فهو مخالف للحق.


Pertama: As-Sawaadul A'zhom dari umat Islam, dan ini sebagaimana di tujukan Oleh kata-kata Abu Ghalib: As-Sawaadul A'zhom Adalah Satu Golongan Yang Golongan Itu selamat/Terbebas Dari Firqoh-firqoh (Golongan Yang Menyelisihi Al Qur'an Dan Sunnah) itu, karena mereka (As-Sawaadul A'zhom itu) Berasal dari Al Islam, Ia adalah Lambang kebenaran(Persatuan), Dan Siapapun Yang Menyelisihinya/melanggarnya, Lalu Ia Meninggal,Maka Kewafatannya Itu  Berada Dalam Keboodohan, Sebab Hal Itu ( Perbuatan Menyelisihi ) Sama Saja mereka Menyelisihi Sesuatu Dari Hukum Syari'ah, Dan Dalam Perkara  Imamah mereka dan Kekuasaan Hukum Atas Mereka,Oleh Karena Itu Mereka Di Sebut Penetang Terhadap kebenaran.


فعلى هذا القول يدخل في الجماعة مجتهدو الأمة وعلماؤها وأهل الشريعة العاملون بها، ومن سواهم داخل في حكمهم، لأنهم تابعون لهم، ومقتدون بهم فكل من خرج عن جماعتهم، فهم الذين شذوا، وهم نهبة الشيطان، ويدخل في هؤلاء جميع أهل البدع، لأنهم مخالفون لمن تقدم من الأمة لم يدخلوا في سوادهم بحال.

Maka Berlandaskan Pendapat Ini, Imam Abu Ishaq Asy-Syathibiy,Memberi Satu Kesimpulan Bahwa : Para Ahli Ijtihad,Dan Ulama-ulama' Dari Dien Ini,Serta Para Pelopor Dalam Pengamalan Hukum Syari'ah,Dan Siapapun Yang Membenarkan Mereka Juga Termasuk Dalam Kategori Hukum Terkait Perihal Mereka(As-Sawaadul A'zhom),Sebab Mereka Masuk Sebagai Pengikut Jejak Mereka,Sedangkan  Ahli Iqtidaa'  Adalah Merupakan Pembela Bagi Mereka( As-Sawaadul A'zhom ), Maka Oleh Karena Itu,Siapa Saja Orang Yang Keluar Dari Golongan Mereka (Al Jamaa'ah/As-Sawaadul A'zhom),Ketahuilah Bahwa Dialah,Orang Yang Termasuk Kategori Golongan Yang Membangkang,Dan Mereka(Yg Keluar Dari Al Jamaa'ah) Adalah Nuhbatusy-Syaithon (Ghanimah Bagi Syaithon),Dan Mereka Termasuk Kedalam Golongan Ahlil Bid'ah, Mengapa Demikian? Sebab Mereka,Menyelisihi Suatu Kaum,Yang Semestinya Mereka Utamakan Dari Ummat Ini,Mereka Tidak Termasuk As-Sawaadul A'zhom Sebab Hal-hal Tersebut.

الثاني: أنها جماعة أئمة العلماء المجتهدين، فمن خرج مما عليه علماء الأمة مات ميتة جاهلية، لأن جماعة الله العلماء جعلهم الله حجة على العالمين.

Yang Kedua: As-Sawaadul A'zhom Ialah,Al Jamaa'ah Tempat Berkumpul Dan Bersatunya Para  Pemimpin Ulama' Dan Para Mujtahid, Maka Barangsiapa Saja Yang Keluar ,Dari Apa-apa Yang Menjadi Ketentuan Dari Ulama'-ulama' Ummat Ini,Kemudian Ia Mati,Maka Kematiannya Adalah Mati Jahiliyyah (Dalam Kebodohan),Karena Jamaa'ah Allah Adalah Al Ulama'(Mereka Orang-orang Yang Bertaqwa Kepada-Nya),Yang Mana Dia Allah Yang Menjadikan Mereka(Para Ulama') Sebagai Hujjah(Penerang Keberadaan-Nya-Dan Menjadi Sebab Azab Untuk Kaum Yang Menentang ) Bagi Seluruh Alam

الثالث: أن الجماعة هي الصحابة على الخصوص.

Yang Ketiga: Secara Khushush Al Jamaa'ah Ialah Mereka Para Shahabat (Rasulullaah,Shallallaahu 'Alaihi Wa Sallam).

الرابع: أن الجماعة هي جماعة أهل الإسلام إذا أجمعوا على أمر، فواجب على غيرهم من أهل الملل اتباعهم، وهم الذين ضمن الله لنبيه عليه الصلاة والسلام أن لا يجمعهم على ضلالة.!!!


Yang Keempat: Yang Di Maksud Dengan Al Jamaa'ah (As-Sawaadul A'zhom) Ialah, Bersatunya Ahlul Islam,Apabila Mereka Bersatu Dan Berkumpul Dalam Satu Perkara, Maka Oleh Sebab Itu,Kelompok-Kelompok Yang Lainnya Dari Ummat Ini Wajib Mengikuti Mereka,Dan Merekalah Orang-orang Yang Berkumpul Untuk Nabi-Nya,Semoga Sholawat Dan Salam Bagi Beliau, Hingga Mereka Tidak Terkumpul Lagi ,Ke Dalam Golongan Yang Berdiri Atas Dasar Kesesatan...!!!


الخامس: ما اختاره الطبري الإمام، من أن الجماعة جماعة المسلمين إذا اجتمعوا على أمير. ا.هـ.
فلكل هذه الأقوال وجه، وهي تلتقي عند نقطتين عليهما مدارها وهما: الاتباع، واعتبار أهل السنة.

Yang Kelima: Pendapat yang dipilih Imam Ath Thabari, Yaitu bahwa Al Jama’ah adalah Jamaa’ah Muslimin yang berkumpul di bawah Perintah Seorang Amirul Mu'minin.

Maka Dari Setiap  Pendapat - Pendapay Ini,Terdapat Satu Wajah/Gambaran,Yang Ia,Mendekati Kepada Dari Dua Titik Pemahaman, Yaitu :

1. Al Ittiba'

2. Penjelasan Bagi Pemegang Pendapat Ahli Sunnah


قال أبو إسحاق: فهذه خمسة أقوال دائرة على اعتبار أهل السنة والاتباع، وأنهم المراد بالأحاديث.
والله أعلم.
Abu Ishaq Berkata: Maka 5 Pendapat - Pendapat Tersebut Diatas Ini, Adalah Merupakan Sebagai Barometer, Keberadaan Ahli Sunnah Dan Para Pengikut Yang Benar Dalam Berjamaa'ah,Dan Yang Tergolongkan Kedalam Hadits-Hadits (Al Jamaa'ah Dan As-Sawaadul A'zhom ) Adalah Mereka . Wallaahu A'lam !!!

Senin, 09 Desember 2019

Tafsir surah Annisa ayat 65

Surat An-Nisa Ayat 65


فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا


 Arab-Latin: Fa lā wa rabbika lā yu`minụna ḥattā yuḥakkimụka fīmā syajara bainahum ṡumma lā yajidụ fī anfusihim ḥarajam mimmā qaḍaita wa yusallimụ taslīmā 


Terjemah Arti: Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.


Maka Ingatlah Bahwa Sebelum Rasulullah shalallahu Alaihi Wa Sallam Wafat Beliau Telah Memberikan Informasi (Khobar) Bahwa Setelah Beliau Tidak Ada Lagi Nabi Yang Ada Sepeninggal Ku Nanti Adalah Kholafah 2 Yg Terus Menerus Berkesinambungan Dalam Memimpin Kalian (Kaum Muslimin Secara Khusus) Sebagai Mana Hadits Di Bawah Ini, 

عَنْ أَبِي حَازِمٍ قَالَ قَاعَدْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ خَمْسَ سِنِينَ فَسَمِعْتُهُ يُحَدِّثُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ تَكْثُرُ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ الْأَوَّلِ فَالْأَوَّلِ وَأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ  

Dari Abu Hazim dia berkata, "Saya pernah duduk (menjadi murid) Abu Hurairah selama lima tahun, saya pernah mendengar dia menceritakan dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Dahulu Bani Israil selalu dipimpin oleh para Nabi, setiap Nabi meninggal maka akan digantikan oleh Nabi yang lain sesudahnya. Dan sungguh, tidak akan ada Nabi lagi setelahku, namun yang ada adalah para khalifah (kepala pemerintahan) yang mereka Jumlah nya akan banyak (Dan Berselisih Atas Tampu Kekhilafahan)." Para sahabat bertanya, "Apa yang anda perintahkan untuk kami jika itu terjadi?" beliau menjawab: "Tepatilah baiat yang pertama, kemudian yang sesudah itu. Dan penuhilah hak mereka, kerana Allah akan meminta pertanggung jawaban mereka tentang pemerintahan mereka." (Shahih Muslim, No. 3429; Shahih Bukhari, No. 3196; Musnad Ahmad, No.7619; dan Ibnu Majah No. 2862)  

Terkait Surat An Nisa' Ayat 65 Di Atas Allah SWT Menegaskan Bahwa "Mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan"

Kemudian Jika Kita Kaitkan Ayat Ini Dengan Hadits Yg Artinya
"Dan sungguh, tidak akan ada Nabi lagi setelahku, namun yang ada adalah para khalifah (kepala pemerintahan Atas Kaum Muslimin)

Sedangkan Sistem Yang Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam Sinyalir Adalah Khilafah, Hadits Nya Berikut Di Bawah Ini

عَنْ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ

Dari Hudzaifah, Rasulullah bersabda, “Di tengah-tengah kalian ada Kenabian dan akan berlangsung sekehendak Allah. Lalu Allah akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah berdasar manhaj kenabian dan berlangsung sekendak-Nya. Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia menghendakinya. Kemudian akan ada Kerajaan yang lalim yang berlangsung sekehendak Allah. Kemudian Allah akan mengangkatnya jika Dia menghendakinya. Kemudian akan ada Kerajaan yang Otoriter berlangsung sekendak Allah. Kemudian Dia akan mengangkatnya jika Dia menghendakinya. Kemudian akan ada Khilafah berdasar manhaj kenabian”. Kemudian beliau (Nabi SAW) diam. (Musnad Ahmad, No. 18406)

Dan Terkait Dengan Hadits Ini Banyak Ulama Dan Para Cendekiawan Muslim Saat Ini Mengartikan Bahwa Hadits Ini Adalah Secara Khusus Untuk Imam Mahdi.

Pertanyaan nya Bagaimana Antum Membuktikan Bahwa Hadits Ini Dikhususkan Untuk Imam Mahdi???

Sehingga Kalian Dengan Mudah Membatalkan Seseorang Yg Kami Angkat Sebagai Khalifah Contoh Nya Sekarang Adalah KHOLIFAH Al Ustadz Abdul Qadir Hasan Baroja'  Al Quraisy!!!

Ketahuilah Wahai Kaum Muslimin KAMILAH 11.000 (KAUM MUSLIMIN)
YG MENGANGKAT Beliau Ustadz Abdul Qadir Hasan Baroja' Sebagai Khalifah Pemimpin Atas Keislaman Kami.

Sedangkan Jika Ada Yang Kalian Anggap Ada Yang Lebih Baik Dari SaudaraKu KHOLIFAH Al Ustadz Abdul Qadir Hasan Baroja' Guna Menggantikan Posisi Dan Kedudukan  Beliau Di Mata Kami.

Kami Rasa Beliau Pun Tidak Akan Merasa Keberatan Untuk Menyatakan Sami'na Wa Atho'na Kepada Seseorang Yg Kalian Anggap Lebih Baik Dan Lebih MAMPU Untuk Mengganti kan Beliau.

Pertanyaan nya Saya Siapa Sekarang Ini Yg Lebih Berani Dan Lebih Benar Metode Perjuangan nya,dan Lebih Rahmatan Lil -'Alamiin Daripada Beliau.

Beliau Tidak Mudah Membatalkan Iman Seseorang, Tidak Mudah Mengkafirkan Setiap Muslim Yang Bahkan Mengatakan Bahwa Beliau Orang Yg Bodoh, Mengatakan Bahwa Beliau Adalah Orang Yang Haus Akan Kekuasaan.

Terlepas Dari Pada Itu Semua Beliau Tetap Istiqomah Dalam Mendakwah Kan Sistem Islam Yg Haq Sistem Khilafah, Bahkan Beliau Tidak Pernah Terlihat Berputus Asa Dalam Menyeru Manusia ,Kaum Muslimin Untuk Bersatu padu Dalam Ruang Lingkup Dan Lingkaran Islam.

Ketahuilah Wahai Kaum Muslimin Sudah Terlalu Lama Kalian Menganggap Ringan Akan Perkara Ini
(Iqomatuddin Dengan Berjamaah Dan Tidak Berpecah Belah Dengan Sistem Ini),Serah Terlalu Lama Kalian Pasrah Pada Keadaan Kalian Yg Di Porak Parandakan,Di Bom Bardir,Dibakar Hidup Hidup, Diperkosa,Di Hinakan,Di Bunuh Bayi Kalian Yg Masih Dalam Kandungan Ibunya.

Kaum Muslimin Bersatu lah, Mari Kita Amalkan FIRMAN ALLAH DENGAN SEGERA.
SUNGGUH ALLAH TELAH BERFIRMAN:"TIDAK LAH BERIMAN MEREKA". 

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, (Penulis:"PERIHAL KEPEMIMPINAN KALIAN)kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

MARI KITA WUJUDKAN KHOBAR RASULULLAH , SETELAH KU TIDAK ADA LAGI NABI,YG ADA ADALAH KHOLIFAH!!!

WAHAI KAUM MUSLIMIN SESUNGGUHNYA SETIAP DIRI KITA ADALAH KHOLIFAH
mari kita pelajari.
Tafsir AlBaghowi Al Baqarah ayat 30

Oktober 20, 2019

Aku Berharap Dan Berdo'a Ummat Islam Segera Bersatu Dalam Satu Jama'ah Al Khilafah Bersama Kholifah Nya


( وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً ۖ قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ )

البقرة (30)


قوله تعالى ( وإذ قال ربك ) أي وقال ربك وإذ زائدة وقيل معناه واذكر إذ قال ربك وكذلك كل ما ورد في القرآن

Firman Allah SWT:( (إذ قال ربك=   dan ingatlah ketika Robb-mu): yakni dan berkatalah robb-mu "Wa Idz Zaidah"... Dikatakan bahwa MAKNA NY adalah  Kata Perintah "ingatlah" Maka AYAT AYAT Yg Seperti demikian, MAKNANYA SAMA SEBAGAIMANA YANG DISEBUTKAN DALAM AL QUR'AN

 من هذا النحو فهذا سبيله وإذ وإذا حرفا توقيت إلا أن إذ للماضي وإذا للمستقبل وقد يوضع أحدهما موضع الآخر قال المبرد : إذا جاء ( إذ ) مع المستقبل كان معناه ماضيا كقوله تعالى " وإذ يمكر بك الذين " ( 30 - الأنفال ) يريد وإذ مكروا وإذا جاء ( إذا ) مع الماضي كان معناه مستقبلا

ADAPUN CONTOH AYAT AYAT SERUPA MAKNANYA DENGAN INI ADALAH SEBAGAI BERIKUT...
وإذ / وإذا =
Adalah Katabantu(Huruf) Yang Menerangkan Akan Waktu (Tauqiet)

Hanya saja Kata "Idz" mengandung Makna Waktu {Lampau/Telah Lalu}

Adapun (Idza) Untuk Menerangkan Bentuk Kerja Yg {Mustaqbal/Kerja Yg Akan terjadi}
Dan Terkadang Salahsatu  Dari Kedua Huruf Ini Memiliki Makna Lain

CONTOH: SEBAGAIMANA YG DI KATAKAN OLEH AL MUBRID:
إذا جاء
"Idz " Mustaqbal  Dengan Maksud Madhi Sebagai mana firman Allah SWT :

(وإذ يمكر بك الذين)
{Dan Ingatlah KETIKA Orang Orang Hendak Berbuat makar terhadap Engkau}

Al Anfal:30_____ Makna yang diinginkan adalah
يريد وإذ مكروا وإذا جاء

Ingatlah Bahwa Mereka Akan Berbuat makar, Dan Apabila Telah Datang.

Disini Kata
(إذا)
Bentu Madhi Dengan Makna Mustaqbal.

كقوله‌‌‌ : فإذا جاءت الطامة " ( 34 - النازعات ) "
Seperti firman Allah Dalam surat An_Nazi'at:34
فإذا جاءت الطامة الكبرى
Maka apabila Malapetaka BESAR TELAH DAATANG
 إذا جاء نصر الله " ( 1 - النصر )
APABILA TELAH DATANG PERTOLONGAN ALLAH
أي يجيء
= YAKNI AKAN DATANG


 ( للملائكة ) جمع ملك وأصله مألك من المألكة والألوكة والألوك وهي الرسالة فقلبت فقيل ملأك ثم حذفت الهمزة طلبا للخفة لكثرة استعماله ونقلت حركتها إلى اللام فقيل ملك .

(Kepada Para Malaikat)
Bentuk Jamak Dari Malakun" ملكٌ"

Yg Bentuk Aslinya kata Itu "Ma-alakun Dari Yg Sebelumnya Adalah Al Mala-alakatu Dan Al aluukatu Dan Al Aluuka Yaitu Ar Risaalah Yg Kemudian Di Ubah , Dikatakan Menjadi Mala-aka , Kemudian Di hilangkan Huruf Hamzah: Dengan tujuan UNTUK MERINGANKAN PENGUCAPAN NYA , KARENA SEBAB TERLALU SERING DI GUNAKAN,DAN kemudian di Nukil harokatnya kepada Huruf LAM..

Maka Jadilah Malakun(مَلَكٌ).


 وأراد بهم الملائكة الذين كانوا في الأرض

Dan Mereka Para malaikat Itu Bermaksud , Atau Menginginkan Orang Orang Yang Dahulu Ada di bumi

وذلك أن الله تعالى خلق السماء والأرض وخلق الملائكة والجن فأسكن الملائكة السماء وأسكن الجن الأرض فغبروا فعبدوا دهرا طويلا في الأرض ثم ظهر فيهم الحسد والبغي فأفسدوا وقتلوا

Dan demikian bahwasanya Allah ta'ala telah menciptakan langit dan bumi dan menciptakan para malaikat dan Jin yang kemudian menempatkan mereka para malaikat itu di langit dan menempatkan jin di bumi maka merekapun untuk beribadah sepanjang waktu di bumi kemudian terlihat jelas di antara mereka kedengkian dan kesombongan lalu mereka berbuat kerusakan dan saling membunuh.

فبعث الله إليهم جندا من الملائكة

Maka Allah pun mengutus para tentara dari para malaikat.

يقال لهم الجن وهم خزان الجنان

Dikatakan kepada mereka para jin, sedang mereka dalam keadaan bersedih dan bahkan gila

 اشتق لهم من الجنة رأسهم إبليس

Maka iblis itu adalah jin Yg Di Keluarkan Dari Surga

 وكان رئيسهم ومرشدهم وأكثرهم علما فهبطوا إلى الأرض فطردوا الجن إلى شعوب الجبال

Dan Adalah iblis itu Yg Memimpin dan mengepalai mereka Sebsb iblis lah yg paling berpengetahuan kala itu Dan ialah yg menjadi sebab jin jin itu di buang Di Lembah lembah Gunung .
____________________________________

 ( وبطون الأودية )

Dan Di Tempat kan Di Perut perut Lembah.

 وجزائر البحور

Dan Di Tempat kan Di Dasar Laut


وسكنوا الأرض

Dan Ada Pula Yang Di Beri Tempat Tinggal Di Atas Bumi

 وخفف الله عنهم العبادة

Dan Kemudian Allah Ringan kan Bagi Mereka (Para Jin Jin Itu) Untuk Beribadah Kepada-Nya

 فأعطى الله إبليس ملك الأرض وملك السماء الدنيا وخزانة الجنة وكان يعبد الله تارة في الأرض وتارة في السماء وتارة في الجنة فدخله العجب

Lalu Allah SWT memberikan bagi Iblis ,Satu Malaikat Dari Bumi,satu malaikat di Langit Dunia (Langit Pertama Dunia),Dan MALAIKAT Penjaga Surga, Dan Adalah Ia Tetap Taat Beribadah KEPADA ALLAH YANG SESEKALI BERIBADAH DI BUMI, SESEKALI BERIBADAH DI LANGIT ,DAN SESEKALI BERIBADAH DI SURGA SAMPAI SIFAT Sombong Merasuki Dirinya.

ففي نفسه ما أعطاني الله هذا الملك إلا لأني أكرم الملائكة عليه فقال الله تعالى له ولجنده : ( إني جاعل ) خالق . ( في الأرض خليفة ) أي بدلا منكم ورافعكم إلي فكرهوا ذلك لأنهم كانوا أهون الملائكة عبادة

Ia Berbisik Pada Dirinya, Tidak lah Allah Memberikan Kepada Ku Kekuasaan Ini, Melainkan Aku Lebih Mulia Daripada Para Malaikat. Maka Allah Berfirman Kepada nya (Azazil) Dan Seluruh Tentara Nya(SESUNGGUHNYA AKU INGIN MENJADI KAN) =خالقٌ: Menciptakan

(Di Bumi Seorang KHOLIFAH) Maksudnya: Menciptakan Suatu Makhluk Yg Akan Menjadi Pengganti Kalian ,Dan Mengangkat Kedudukan Kalian Terhadap Ku,Maka Merekapun Merasa Takut Akan Demikian Itu , Sebab Para Malaikat Itu Merasa Lebih Baik Dalam Beribadah Kepada-Nya.

___________________________________

والمراد بالخليفة هاهنا آدم سماه خليفة لأنه خلف الجن أي جاء بعدهم وقيل لأنه يخلفه غيره والصحيح أنه خليفة الله في أرضه لإقامة أحكامه وتنفيذ وصاياه ( قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ) بالمعاصي . ( ويسفك الدماء ) بغير حق أي كما فعل بنو الجان فقاسوا الشاهد على الغائب وإلا فهم ما كانوا يعلمون الغيب ( ونحن نسبح بحمدك ) قال الحسن : نقول سبحان الله وبحمده وهو صلاة الخلق وصلاة البهائم وغيرهما ( سوى الآدميين وعليها يرزقون .


Yang Di yang dimaksud dengan Khalifah dalam ayat ini adalah Adam alaihissalam Iya Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyebutnya sebagai khalifah karena ia menggantikan posisi jin yakni Iya Adam alaihissalam datang setelahnya dan dikatakan pula bahwa Iya Adam alaihissalam menggantikan posisi yang lainnya (dalam mengemban amanah Allah SWT, yaitu memakmurkan bumi) dan yang lebih benar adalah dari maksud ayat ini ini bahwa sesungguhnya nya Ia (Adam Alaihissalam) adalah pengganti Allah Subhanahu Wa Ta'ala di muka bumi untuk menegakkan hukumnya dan menjalankan wasiat-wasiat -Nya.
(Mereka Para Malaikat  berkata: akankah engkau akan menjadikan Orang Yang Akan Berbuat kerusakan  di dalamnya)=Dengan Kemaksiatan

(dan menumpahkan darah)=menumpahkan darah bukan dengan jalan yang dibenarkan sebagaimana yang telah dilakukan oleh keturunan jin maka merekapun membuat persaksian tentang sesuatu yang tidak Mereka ketahui dan mereka sama sekali tidak akan mengetahui apapun dari yang ghaib itu(sedangkan kami selalu bertasbih dan memuji keagungan-mu)=Al Hasan berkata: yang dimaksud dengan bertasbih dan memuji disini ialah: "Ungkapan" Subhanallah Wabihamdih,Ini Adalah tata cara ibadah Jagad Raya Dan Hewan Hewan di muka bumi selain Adam Dan Seluruh Keturunan nya. Yang dengan bentuk peribadahan itulah mereka diberi Rizki.


أخبرنا إسماعيل بن عبد القاهر أنا عبد الغافر بن محمد أنا محمد بن عيسى أنا إبراهيم بن محمد بن سفيان أنا مسلم بن الحجاج أنا زهير بن حرب أنا حبان بن هلال أنا وهيب أنا سعيد الجريري عن أبي
 عبد الله الجسري

Telah mengabarkan kepadaku Ismail bin Abdul Qodir, saya Abdul ghofir bin Muhammad, saya Muhammad bin Isa saya Ibrahim bin Muhammad bin Sufyan, Saya muslim Bin al-hajjaj saya Zuhair bin Harb, saya hiban bin hilal saya Wahhaib, saya said Al jariri dari Abi Abdillah Al Jusriy

 عن عبادة بن الصامت عن أبي ذر أن رسول الله
صلى الله عليه وسلم سئل أي الكلام أفضل قال ما اصطفى الله لملائكته أو لعباده سبحان الله وبحمده وقيل ونحن نصلي بأمرك

Dari ubadah Bin shamit dari Abu Dzar bahwasannya Rasulullah shallallahu Alaihi Wasallam pernah ditanya berkenaan dengan ucapan yang paling utama maka Rasulullah shallallahu Alaihi Wasallam menjawab Adapun ucapan yang dipilih oleh Allah subhanahu wa ta'ala yang diperuntukkan untuk para malaikatnya dan hambanya untuk senantiasa diucapkan ialah Subhanallah wabihamdih dan dikatakan pula kami senantiasa bersholawat berdasarkan perintahmu.


، قال ابن عباس : كل ما في القرآن من التسبيح فالمراد منه الصلاة ( ونقدس لك ) أي نثني عليك بالقدس والطهارة وقيل ونطهر أنفسنا لطاعتك وقيل وننزهك

Ibnu Abbas berkata segala apapun yang ada di dalam al-quran adalah termasuk tasbih, maka yang dimaksud dengan salat di sini adalah

(Dan Kami Selalu Mensucikan Nama-Mu) Yakni: Kami Menyanjung Engkau Dengan Kesucian Dan Kebersihan,Dan Dikatakan Pula MAKNANYA Adalah,Kami Mensucikan Dirikami Dengan Cara Mentaati Engkau,Dan Dikatakan Pula Maksud nya Adalah Membersihkan Engkau (Dari Segala Bentuk Perserikatan)

. واللام صلة وقيل لم يكن هذا من الملائكة على طريق الاعتراض والعجب بالعمل بل على سبيل التعجب وطلب وجه الحكمة فيه

Dan (Lam Shilah"Penghubung antara Satu Kata Kepada Kata Yg Lainnya) di dalam Ayat Ini, MAKNANYA Dikatakan Bahwa ;"Kata Tersebut Bukan Terkait Ucapan Para Malaikat Itu, Berdasarkan Terkait Pengutaraan Pendapat Mereka Dan kesombongan Atas Amal Yg Telah Mereka Lakukan,Akan Tetapi Kalimat Itu Adalah Merupakan Bentuk Rasa Takjubnya Para Malaikat Itu,Dan Dengan nya (Pencipta-an Kholifah Adam) Mereka Berharap Mendapat Titik Terang Dan Suatu Hikmah Di Dalam Pencipta-an Kholifah


 قال ) الله)

(Berkata) Allah SWT



( إني أعلم ما لا تعلمون ) المصلحة فيه ،( وقيل إني أعلم أن في ذريته من يطيعني ويعبدني من الأنبياء والأولياء والعلماء وقيل إني أعلم أن فيكم من يعصيني وهو إبليس وقيل إني أعلم أنهم يذنبون
وأناأغفر لهم

(Inni A'alamu Maa Laa Ta'lamuun) {Sesungguhnya Aku Lebih Mengetahui Apa Yang Tidak Kamu Ketahui} Tentang Kemashlahatan Terkait Pencipta-an Kholifah Adam, (Dan Dikatakan, Sesungguhnya Aku} Maksudnya Lebih Mengetahui Siapa Saja Yg Akan Mentaati ,Dan menyembah Ku Dari Dari Keturunan nya,Dari Para Nabi Dan Para Wali,Dan Para Ulama, Dan Dikatakan Pula BahwaSesungguhnya aku lebih mengetahui siapa yang Bermaksiat Dialah Iblis Dan di Katakan Pula Aku Lebih Mengetahui Siapa Yang Melakukan Dosa antara diantara Hamba Hamba Ku,Dan Akupun Mengampuni Bagi Mereka 


قرأ أهل الحجاز والبصرة إني أعلم بفتح الياء وكذلك كل ياء إضافة استقبلها ألف مفتوحة إلا في مواضع معدودة ويفتحون في بعض المواضع عند الألف المضمومة والمكسورة ( وعند غير الألف ) وبين القراء في تفصيله اختلاف..



تفسير البغوى ،سورة البقرة:٣٠


Ahlu Hijaz Dan Bashroh Membaca  إني أعلم Dengan Meng-Fathah-Kan "YA" ,Dan Demikian Juga Pada Setiap "YA IDHOFAH"  YANG MENERIMA ALIF YG BERHAROKAT FATHAH , KECUALI PADA TEMPAT YANG JUMLAH NYA CUKUP BANYAK,DAN MEMBERIKAN PELUANG MAKNA DI BERBAGAI TEMPAT DAN KONDISI SUATU KALIMAT, YANG TERHUBUNG DENGAN ALIF ,DHOMMAH ATAU.PUN KASROH(Dan "Ya" yang Terletak pada Selain Huruf Alif). adapun

Keterangan nya Menurut Ahli Qiro'ah  Dalam Menjelaskan nya Berbeda beda Atau Dengan Kata Lain Masih Ada Yg Berbeda Pendapat Tentang Hal itu.


MAKA TIDAK MUNGKIN KITA DIPIMPIN OLEH SEORANG (Thaghut) YG MENENTANG DAN MENDUSTAKAN AYAT-AYAT ALLAH DAN SUNNAH RASUL-NYA.
Lain halnya dengan seorang Khalifah Yg Menumpuk Harta Untuk Dirinya Sendiri Dan Dzolim Dalam Menentukan Hukum Atas Pelanggaran Yg Di Lakukan Ummat.
Maka Kita Tetap Istiqomah Dan Wajib Taat Kepada Seorang Kholifah Selama Kita Selaku Ummat Di Bawah Kewangan nya KITA TIDAK BOLEH MEMBELOT SEDIKIT PUN JIKA KITA DI PERINTAH UNTUK BERMAKSIAT KEPADA ALLAH DAN RASULNYA!!!
maka tidak ada/ lepaslah  kewajiban UNTUK TAAT ITU.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا اسْتُخْلِفَ خَلِيفَةٌ إِلاّّ لَهُ بِطَانَتَانِ بِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالْخَيْرِ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ وَبِطَانَةٌ تَأْمُرُهُ بِالشَّرِّ وَتَحُضُّهُ عَلَيْهِ وَالْمَعْصُومُ مَنْ عَصَمَ اللَّهُ

Dari Abu Said al Hudri, dari nabi SAW. “Tidaklah seorang khalifah diangkat melainkan ia mempunyai dua teman setia. Teman setia yang menyuruh dengan kebaikan dan teman setia yang menyuruh dengan keburukan dan menganjurkannya. Orang yang terpelihara adalah ia yang dipelihara Allah.” [7] (Shahih Bukhari, No. 6611. Sunan Tirmidzi, No. 2474)

Tafsir Ath-Thobari
__________________

الْقَوْل فِي تَأْوِيل قَوْله تَعَالَى : { فَلَا وَرَبّك لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوك فِيمَا شَجَرَ بَيْنهمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسهمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْت وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا } يَعْنِي جَلَّ ثَنَاؤُهُ بِقَوْلِهِ : { فَلَا } فَلَيْسَ الْأَمْر كَمَا يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْك , وَهُمْ يَتَحَاكَمُونَ إِلَى الطَّاغُوت , وَيَصُدُّونَ عَنْك إِذَا دُعُوا إِلَيْك يَا مُحَمَّد . وَاسْتَأْنَفَ الْقَسَم جَلَّ ذِكْره , فَقَالَ : { وَرَبّك } يَا مُحَمَّد { لَا يُؤْمِنُونَ } أَيْ لَا يُصَدِّقُونَ بِي وَبِك , وَبِمَا أُنْزِلَ إِلَيْك , { حَتَّى يُحَكِّمُوك فِيمَا شَجَرَ بَيْنهمْ } يَقُول : حَتَّى يَجْعَلُوك حَكَمًا بَيْنهمْ فِيمَا اِخْتَلَطَ بَيْنهمْ مِنْ أُمُورهمْ , فَالْتَبَسَ عَلَيْهِمْ حُكْمه , يُقَال : شَجَرَ يَشْجُر شُجُورًا وَشَجَرًا , وَتَشَاجَرَ الْقَوْم إِذَا اِخْتَلَفُوا فِي الْكَلَام وَالْأَمْر مُشَاجَرَة وَشِجَارًا { ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسهمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْت } يَقُول : لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسهمْ ضِيقًا مِمَّا قَضَيْت , وَإِنَّمَا مَعْنَاهُ : ثُمَّ لَا تَحْرَج أَنْفُسهمْ مِمَّا قَضَيْت : أَيْ لَا تَأْثَم بِإِنْكَارِهَا مَا قَضَيْت وَشَكِّهَا فِي طَاعَتك وَأَنَّ الَّذِي قَضَيْت بِهِ بَيْنهمْ حَقّ لَا يَجُوز لَهُمْ خِلَافه . كَمَا : 7829 - حَدَّثَنِي الْمُثَنَّى , قَالَ : ثنا أَبُو حُذَيْفَة , قَالَ : ثنا شِبْل , عَنْ اِبْن أَبِي نَجِيح , عَنْ مُجَاهِد : { حَرَجًا مِمَّا قَضَيْت } قَالَ : شَكًّا . * - حَدَّثَنَا اِبْن حُمَيْد , قَالَ : ثنا حَكَّام , عَنْ عَنْبَسَة , عَنْ مُحَمَّد بْن عَبْد الرَّحْمَن , عَنْ الْقَاسِم بْن أَبِي بَزَّة , عَنْ مُجَاهِد فِي قَوْله : { حَرَجًا مِمَّا قَضَيْت } يَقُول : شَكًّا . * - حَدَّثَنِي مُحَمَّد بْن عَمْرو , قَالَ : ثنا أَبُو عَاصِم , قَالَ : ثنا عِيسَى , عَنْ اِبْن أَبِي نَجِيح , عَنْ مُجَاهِد مِثْله . 7830 - حَدَّثَنَا يَحْيَى بْن أَبِي طَالِب , قَالَ : أَخْبَرَنَا يَزِيد , قَالَ : أَخْبَرَنَا جُوَيْبِر , عَنْ الضَّحَّاك , فِي قَوْله : { ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسهمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْت } قَالَ : إِثْمًا { وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا } يَقُول : وَيُسَلِّمُوا لِقَضَائِك وَحُكْمك , إِذْعَانًا مِنْهُمْ بِالطَّاعَةِ , وَإِقْرَارًا لَك بِالنُّبُوَّةِ تَسْلِيمًا . وَاخْتَلَفَ أَهْل التَّأْوِيل فِيمَنْ عُنِيَ بِهَذِهِ الْآيَة وَفِيمَنْ نَزَلَتْ , فَقَالَ بَعْضهمْ : نَزَلَتْ فِي الزُّبَيْر بْن الْعَوَّام وَخَصْم لَهُ مِنْ الْأَنْصَار , اِخْتَصَمَا إِلَى النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْض الْأُمُور . ذِكْر الرِّوَايَة بِذَلِكَ : 7831 - حَدَّثَنِي يُونُس بْن عَبْد الْأَعْلَى , قَالَ : أَخْبَرَنَا اِبْن وَهْب , قَالَ : أَخْبَرَنِي يُونُس وَاللَّيْث بْن سَعْد , عَنْ اِبْن شِهَاب , أَنَّ عُرْوَة بْن الزُّبَيْر حَدَّثَهُ , أَنَّ عَبْد اللَّه بْن الزُّبَيْر حَدَّثَهُ , عَنْ الزُّبَيْر بْن الْعَوَّام : أَنَّهُ خَاصَمَ رَجُلًا مِنْ الْأَنْصَار قَدْ شَهِدَ بَدْرًا مَعَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي شِرَاج مِنْ الْحَرَّة كَانَا يَسْقِيَانِ بِهِ كِلَاهُمَا النَّخْل , فَقَالَ الْأَنْصَارِيّ : سَرِّحْ الْمَاء يَمُرّ ! فَأَبَى عَلَيْهِ , فَقَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " اِسْقِ يَا زُبَيْر ثُمَّ أَرْسِلْ الْمَاء إِلَى جَارك ! " فَغَضِبَ الْأَنْصَارِيّ وَقَالَ : يَا رَسُول اللَّه , أَنْ كَانَ اِبْن عَمَّتك ؟ فَتَلَوَّنَ وَجْه رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , ثُمَّ قَالَ : " اِسْقِ يَا زُبَيْر ثُمَّ اِحْبِسْ الْمَاء حَتَّى يَرْجِع إِلَى الْجَدْر ثُمَّ أَرْسِلْ الْمَاء إِلَى جَارك ! " وَاسْتَوْعَى رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلزُّبَيْرِ حَقّه قَالَ أَبُو جَعْفَر : وَالصَّوَاب : " اِسْتَوْعَبَ " . وَكَانَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْل ذَلِكَ أَشَارَ عَلَى الزُّبَيْر بِرَأْيٍ أَرَادَ فِيهِ الشَّفَقَة لَهُ وَلِلْأَنْصَارِيِّ , فَلَمَّا أَحْفَظَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْأَنْصَارِيّ اِسْتَوْعَبَ لِلزُّبَيْرِ حَقّه فِي صَرِيح الْحُكْم . قَالَ : فَقَالَ الزُّبَيْر : مَا أَحْسَب هَذِهِ الْآيَة نَزَلَتْ إِلَّا فِي ذَلِكَ : { فَلَا وَرَبّك لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوك فِيمَا شَجَرَ بَيْنهمْ } . .. الْآيَة . 7832 - حَدَّثَنِي يَعْقُوب , قَالَ : ثنا إِسْمَاعِيل بْن إِبْرَاهِيم , عَنْ عَبْد الرَّحْمَن بْن إِسْحَاق , عَنْ الزُّهْرِيّ , عَنْ عُرْوَة , قَالَ : خَاصَمَ الزُّبَيْرَ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَار فِي شَرْج مِنْ شِرَاج الْحَرَّة , فَقَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " يَا زُبَيْر , اِشْرَبْ ثُمَّ خَلِّ سَبِيل الْمَاء ! " فَقَالَ الَّذِي مِنْ الْأَنْصَار : اِعْدِلْ يَا نَبِيّ اللَّه وَإِنْ كَانَ اِبْن عَمَّتك ! قَالَ : فَتَغَيَّرَ وَجْه رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى عُرِفَ أَنْ قَدْ سَاءَهُ مَا قَالَ , ثُمَّ قَالَ : " يَا زُبَيْر اِحْبِسْ الْمَاء إِلَى الْجَدْر أَوْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ , ثُمَّ خَلِّ سَبِيل الْمَاء ! " , قَالَ : وَنَزَلَتْ : { فَلَا وَرَبّك لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوك فِيمَا شَجَرَ بَيْنهمْ } . 7833 - حَدَّثَنِي عَبْد اللَّه بْن عُمَيْر الرَّازِيّ , قَالَ : ثنا عَبْد اللَّه بْن الزُّبَيْر , قَالَ : ثنا سُفْيَان , قَالَ : ثنا عَمْرو بْن دِينَار , عَنْ سَلَمَة رَجُل مِنْ وَلَد أُمّ سَلَمَة , عَنْ أُمّ سَلَمَة : أَنَّ الزُّبَيْر خَاصَمَ رَجُلًا إِلَى النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَقَضَى النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلزُّبَيْرِ , فَقَالَ الرَّجُل لَمَّا قَضَى لِلزُّبَيْرِ : أَنْ كَانَ اِبْن عَمَّتك ؟ فَأَنْزَلَ اللَّه : { فَلَا وَرَبّك لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوك فِيمَا شَجَرَ بَيْنهمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسهمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْت وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا } . وَقَالَ آخَرُونَ : بَلْ نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَة فِي الْمُنَافِق وَالْيَهُودِيّ اللَّذَيْنِ وَصَفَ اللَّه صِفَتهمَا فِي قَوْله : { أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْك وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلك يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوت } . ذِكْر مَنْ قَالَ ذَلِكَ : 7834 - حَدَّثَنِي مُحَمَّد بْن عَمْرو , قَالَ : ثنا أَبُو عَاصِم , عَنْ عِيسَى , عَنْ اِبْن أَبِي نَجِيح , عَنْ مُجَاهِد , فِي قَوْله : { فَلَا وَرَبّك لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوك فِيمَا شَجَرَ بَيْنهمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسهمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْت وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا } قَالَ : هَذَا الرَّجُل الْيَهُودِيّ وَالرَّجُل الْمُسْلِم اللَّذَانِ تَحَاكَمَا إِلَى كَعْب بْن الْأَشْرَف . * - حَدَّثَنِي الْمُثَنَّى , قَالَ : ثنا أَبُو حُذَيْفَة , قَالَ : ثنا شِبْل , عَنْ اِبْن أَبِي نَجِيح , عَنْ مُجَاهِد , مِثْله . 7835 - حَدَّثَنِي يَعْقُوب , قَالَ : ثنا اِبْن عُلَيَّة , عَنْ دَاوُد , عَنْ الشَّعْبِيّ بِنَحْوِهِ , إِلَّا أَنَّهُ قَالَ : إِلَى الْكَاهِن . قَالَ أَبُو جَعْفَر : وَهَذَا الْقَوْل - أَعْنِي قَوْل مَنْ قَالَ : عُنِيَ بِهِ الْمُحْتَكِمَانِ إِلَى الطَّاغُوت اللَّذَانِ وَصَفَ اللَّه شَأْنهمَا فِي قَوْله : { أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْك وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلك } - أَوْلَى بِالصَّوَابِ , لِأَنَّ قَوْله : { فَلَا وَرَبّك لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوك فِيمَا شَجَرَ بَيْنهمْ } فِي سِيَاق قِصَّة الَّذِينَ اِبْتَدَأَ اللَّه الْخَبَر عَنْهُمْ بِقَوْلِهِ : { أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْك } , وَلَا دَلَالَة تَدُلّ عَلَى اِنْقِطَاع قِصَّتهمْ , فَإِلْحَاق بَعْض ذَلِكَ بِبَعْضٍ مَا لَمْ تَأْتِ دَلَالَة عَلَى اِنْقِطَاعه أَوْلَى . فَإِنْ ظَنَّ ظَانّ أَنَّ فِي الَّذِي رُوِيَ عَنْ الزُّبَيْر وَابْن الزُّبَيْر مِنْ قِصَّته وَقِصَّة الْأَنْصَارِيّ فِي شِرَاج الْحَرَّة , وَقَوْل مَنْ قَالَ فِي خَبَرهمَا , فَنَزَلَتْ : { فَلَا وَرَبّك لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوك فِيمَا شَجَرَ بَيْنهمْ } مَا يُنْبِئ عَنْ اِنْقِطَاع حُكْم هَذِهِ الْآيَة وَقِصَّتهَا مِنْ قِصَّة الْآيَات قَبْلهَا , فَإِنَّهُ غَيْر مُسْتَحِيل أَنْ تَكُون الْآيَة نَزَلَتْ فِي حِصَّة الْمُحْتَكِمِينَ إِلَى الطَّاغُوت , وَيَكُون فِيهَا بَيَان مَا اِحْتَكَمَ فِيهِ الزُّبَيْر وَصَاحِبه الْأَنْصَارِيّ , إِذْ كَانَتْ الْآيَة دَالَّة عَلَى ذَلِكَ . وَإِذْ كَانَ ذَلِكَ غَيْر مُسْتَحِيل , كَانَ إِلْحَاق مَعْنَى بَعْض ذَلِكَ بِبَعْضٍ أَوْلَى مَا دَامَ الْكَلَام مُتَّسِقَة مَعَانِيهِ عَلَى سِيَاق وَاحِد , إِلَّا أَنْ تَأْتِيَ دَلَالَة عَلَى اِنْقِطَاع بَعْض ذَلِكَ مِنْ بَعْض , فَيُعْدَل بِهِ عَنْ مَعْنَى مَا قَبْله . وَأَمَّا قَوْله : { وَيُسَلِّمُوا } فَإِنَّهُ مَنْصُوب عَطْفًا عَلَى قَوْله : { ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسهمْ } . وَقَوْله : { ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسهمْ } نُصِبَ عَطْفًا عَلَى قَوْله : { حَتَّى يُحَكِّمُوك فِيمَا شَجَرَ بَيْنهمْ }.

Sabtu, 07 Desember 2019

KHALIFAH DAN METODE KEBANGKITAN UMMAT ISLAM

Bagi mereka yang mengaku menjadikan Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah sebagai tata cara hidupnya, maka yang mengaku sebagai pemilik Aqidah Ahli Sunnah itu Mestilah Segera Memisahkan diri (Berlepasdiri) Dari Segala Hukum hukum buatan manusia, Serta para pengembannya...!!!🙏🙏🙏🙏🙏🙏🙏



Bismillahirohmanirohim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Aku Berharap Ummat Islam Segera Bersatu Dalam Satu Jama’ah Al Khilafah.
Aku  Sampaikan Kepada Ikwan dan Akhwat Terkait Akibat mengingkari kepemimpinan islam!!!!



Assalamu  Alaikum  wa rohmatullaahi wa barakatuh!



 Segala puji dan ungkapan rasa syukur hanya milik Penguasa jagat raya ini, dialah allah yang menciptakan kamu dari manusia dan jin untuk beribadah, dialah allah yang mempersatukan kamu yang sebelum nya dahulu berpecah belah, dahulu kita saling membenci satu sama lain akibat sekte sekte yang kita yakini namun kini kita di persatukan dengan sistem islam , sistem kehidupan para mereka yang dijanjikan syurga oleh Allah dan rasulullah, sistem persatuan kaum dahulu yang terbukti dan diyakini kekuatannya hingga mereka mampu menguasai sepertiga dunia atas izin Allah Azza Wa Alaa , yaitu sistem kekholifahan Islam, khilafatul muslimin(Khilafah Milik Kaum Muslimin) Sholawat ber_Iringkan Salam Sejahtera atas Nabi percontohan seluruh ummat dalam menjalankan seluruh aspek kehidupan Nabiyullah Muhammad Shallallaahu Alaihi Wa salam ,sholawat dan salam pula atas seluruh keluarga,sahabat serta mereka yang mengikuti para tabi’in mudaKesedihanan kita semua mendapatkan sholawat itu jua. Amien Ya Robbal ‘Alamin. Dari dahulu hingga kini perbedaan pemahaman antar ummat sudah terjadi, namun dahulu mereka mampu mengendalikan perbedaan perbedaan tersebut, karna mereka selalu mengembalikan permasalahan perbadaan pendapat itu dangan merujuk kepada Al Qur’an dan As-Sunnah Yang Shohih,lain halnya sekarang ini! Mereka mempertahankan perbedaan mereka dengan dalih mereka hanya melakukan apa yang biasa dilakukan oleh nenek moyang mereka atau pendahulu mereka, padahal belumlah tentu pendahulu mereka itu mendapat petunjuk.Kalau demikian adanya tentulah kita termasuk Orang yang Hanya mengikuti hawa nafsu jika kita tetap meneruskan kebiasaan pendahulu kita dahulu. Firman Allah dalam surat (Al-Baqarah):170 ” Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”.

و إذا قبل لهم اتَّبِعوْا ما انزل الله

 ( “Dan apabila dikatan kepada mereka,” ikutilah Apa yang telah diturunkan Allah”) Ayat ini sungguh sangat jelas bahwa Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada seluruh manusia, agar mengikuti apa yang telah diturunkan oleh-Nya Yaitu Al Qur’an. Akan tetapi mereka cenderung lebih menyukai mengikuti hawa nafsu dan angan – angan mereka lalu kemudian mereka mengatakan:”Tidak” serta menolak apapun yang telah Allah Perintahkan baik berasal dari Al -Qur’an maupun dari As-Sunnah bahkan mereka membuat hukum-hukum baru yang sesuai dengan keinginannya semata

. هُوَ الَّذِي جَعَلـكُـمْ خَـلائِفَ فِى الأرْضِ وـمَنْ كـَفَرَ فَعلَيْهِ كُفرُهُ وَلَا يَزِيدُ الْكٰفرينَ كُـفـرهُم عِندَ ربِّـهم إلَّا مَقتًا ولا يَزِيدُ الْكٰفرينَ كُفرُهُم عِندَرَبِّهِم إلّا خـَسَارًا (سورة.٣٥:٣٩ )

 “Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. Dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.” ( Qs.35 :39 ) Ayat ini mengisyaratkan serta melegalisasikan kan kepada manusia khususnya kaum muslimin, bahwa Dialah Allah yang menjadikan kamu sebagai Kholifah – kholifah dimuka bumi, Yang Kemudian Allah lanjutkan dengan Ancaman bagi siapa saja yang menolak pernyataan tersebut. Dengan kehidupan yang sangat sulit, kepedihan dan kehinaan di sisi-Nya dan ia termasuk orang yang telah kafir. Saudaraku yang budiman! Ayat ini jika kita tinjau dari segi bahasa nya maka amatlah sulit bagi mereka yang mempunyai akal , fikiran,kepandaian, kecerdasan, otak dan nurani untuk menolak ayat ini.

 هُوَ الَّذِي جَعَلـكُـمْ خَـلائِفَ فِى الأرْضِ وـمَنْ كـَفَرَ فَعلَيْهِ كُفرُهُ وَلَا يَزِيدُ الْكٰفرينَ كُـفـرهُم عِندَ ربِّـهم إلَّا مَقتًا ولا يَزِيدُ الْكٰفرينَ كُفرُهُم عِندَرَبِّهِم إلّا خـَسَارًا (سورة.٣٥: ٣٩ )

Ayat ini mengandung unshur balaghoh dengan rangkaian kalimat yang biasa disebut isnad khobari yaitu musnad ilaih bi isim dhomir( isnad khobari yang dirangkai dengan ism dhomir pada awal kalimatnya ).Guna menganggap Agung, Yakni

هو الذي جعلكم خلائف فى الارض.

 Isim dhomir(Huwa) yang artinya :"Dia", Sedang yang dimaksud disini Adalah “ALLAH”. Namun kami tidak bermaksud untuk menjelaskan isnad khobari jenis ini .

Selanjutnya Allah Ta’ala Mengilhami Rasulullah Sallallaahu alaihi wa sallam dengan melanjutkan kalamnya dengan kalimat Syarth

ومن كفر

 yang artinya dan bagi siapa saja yang ingkar ( yang ditujukan kepada yg berakal ) guna menganggap urgen, guna apa yang disampaikan dapat di realisasikan kedalam kehidupan bagi yang mendengarkan kalam tersebut. “Dan bagi siapa saja yang mengingkari /kufur diantara kalian manusia.

Dalam kajian ilmu bahasa Arab atau ilmu balaghah atau dalam ilmu Ushul, apabila ada kalimat syarth  MAKA HARUS ADA JAWAB SYARTH.
Dengan itu perhatikanlah firman Allah selanjutnya Yang Berbunyi

 ” فعليهِ كــفْرُه"

"ُMaka kekufurannya itu Akan menimpa dirinya sendiri"

ini merupakan jawabusy syarth dari kalimat sebelumnya.

 Setelah ini Allah melanjutkan kalam-Nya dengan Kalimat

ولا يزيد الكفرين كفرهم عند ربّهم

( wala yaziidul kaafiriina kufruhum ‘inda robbihim ) yang Allah subhanahu wata’aala tekankan dengan mengulang kalimat itu dengan dua kali pengulangan yang pada akhir kalam Nya di akhirkan dengan dua kata yang berbeda namun tetap semakna yaitu kata (Maqtaa=Kemurkaan,kemarahan,kesempitan,kesengsaraan,serta kesempitan hidup) dan kata KHOSAAROO= yang memiliki arti ” Kesedihan , kehidupan yang sempit. Berhubungan dengan Keingkaran terhadap satu surat atau satu ayat ibnu qudamah rahimahullaah berkata: ” tidak ada perbedaan atau khilaf diantara kaum muslimin bahwa barang siapa yang mengingkari satu surah atau satu ayat atau satu kalimat maupun satu huruf dari Al Qur’an yang sudah disepakati, maka ia adalah kafir. Hal ini merupakan hujjah yang Qoth’i (Kuat) bahwa Al-Qur’an ,Huruf dan maknanya adalah dari Allah Azza Wa Jalla.” ( Lihat Syarh Lum’ atil I’tiqooth Oleh Asy- Syekh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin,Hal:82). Kaum muslimin kini tengah berpecah belah ,bersekte -sekte! Namun tatkala mereka diseru untuk segera mewujudkan persatuan dibawah satu kepemimpinan mereka justeru menolak dengan berbagai macam argumentasi dan alasan yang berbeda. Hal ini berlangsung dengan cukup lama, lantas apakah kita berbeda atau tidak ada perbedaan hukum kafirnya seseorang yang menolak atau tidak melaksanakan ayat – ayat Allah? Berkenaan dengan surat 35 ayat 39 diatas kami sampai kan kepada kalian semua! Wahai kaum muslimin kita adalah kholifah dimuka bumi, yang allah pilih sebagai makhluq yang akan memakmurkan kerajaan dunia. Wahai kaum muslimin mari kita wujudkan titah Allah Ini dengan melaksanakan sistem ke-Kholifahan islam jangan sampai kekufuran,kelalaian , kemalasan, serta ketidak pedulian terus menyarang dihati kita . Jangan sampai persatuan kaum muslimin, hanya sampai sebatas angan -angan, jangan sampai persatuan kaum muslimin hanya pd saat islam dihinakan kaum kafirin sementara kaum muslimin sendiri saling membenci hanya akibat berbeda pemahaman dalam tatacara beribadah semata! Dan dengan ini pula kami serukan kepada kalian bahwa tentang kewajiban untuk bersatu bagi kaum muslimin ini adalah merupakan ibadah wajib yang harus terus dilaksanakan , bukan hanya sewaktu waktu saja, dan bahwa kewajiban bersatu dalam satu kepemimpinan adalah merupakan perkara tauhid yang musti tertancap dalam setiap hati manusia yang mengaku beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Maka barang siapa yang kufur maka kekufuran nya itu sendiri yang akan menimpa dirinya sendiri.

 Demi Allah kita kaum muslimin tidak akan memperoleh kebebasan dalam melaksanakan hukum Allah dimuka bumi ini jika kita tetap dalam tafarruq, tidak mewujudkan kepemimpinan islam yaitu KHILAFAH Islamiyah , Khilafatul muslimin, KHILAFAH Ala minhajinnbuwwah. Allahu Akbar waliilaahi Hamdu!

Dan merupakan akibat dari pada penolakan dan pelanggaran yang kita lakukan adalah berbagai fitnah, penistaan agama, penghancuran di berbagai negri dimana kaum muslimin bermukim, serta hukum Allah tidak dapat dilaksanakan. Namun apakah penolakan dan pelanggaran yang kita lakukan yang mengakibatkan hal itu semua??? Jawabannya ialah karena kaum muslimin masih setuju dengan demokrasi sekuler, masih rela berada dalam perpecahan, kita masih senang berpihak dalam fanatik ashobiyyah dengan mengesampingkan persaudaraan, persahabatan yang dibangun dengan keimanan yg memang telah Allah gariskan Didalam Al-Qur’an. Na’udzubillahi min Dzaalik .


Dan Mari kita  memohon ampun kepada Allah untuk diriku, serta atas seluruh kaum muslimin yang masih terlena akan hal demikian, serta kita memohon supaya Engkau ya Allah, segera mempersatukan kaum muslimin dalam satu Kholifah (pemimpin kaum muslimin setelah nabi) Satu sistem kepemimpinan yaitu KHILAFAH(Sistem Hidup kaum Muslimin Setelah sistem kenabian “An-Nubuwwah”). Amiiin Demikianlah artikel ini Kami tulis, semoga dengan ini dapat menimbulkan kesadaran dalam mewujudkan persatuan Islam diseluruh dunia
 Amin Yaa Robbal ‘Aalamin.

Selanjutnya..... Inilah

METODE DAN SYARAT KEBANGKITAN ISLAM

Al-Hamdulillah,segala puji hanya milik Allah robbul izzati, rabb yang memiliki kesempurnaan tiada kekurangan pada diri dan Zat-Nya, Pemelihara alam semesta yang maha Agung ,robb yang menguasai timur dan barat, lautan dan daratan, yang menguasai hari, yang mana pada hari itu tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu hari pembalasan, hari dimana mulut terkunci, dibukakan hijab bagi seluruh anggota tubuh manusia dan jin guna menjadi saksi atas perbuatan masing-masing , anggota badan bersaksi atas perbuatan baik dan buruk manusia sedang mulut terkunci tanpa dapat berkata tidak ataupun Iya.

Sholawat dan salam semoga Allah limpah curahkan kepada nabi junjungan kita nabi muhammad, Shollaloohu Alaihi Wasallam, beserta keluarga,sahabat, tabi’ut tabi’in dan kepada kita semua yang terus beristiqomah dalam memperjuangkan ajaran islam hingga hari pembalasan nanti. Amiin yaa robbal Alamin.

 Telah kita saksikan , atau kita lihat, atau bahkan kita alami. Bahwa telah terbentuk berbagai parpol, ormas -ormas islam,bukan hanya di belahan bumi indonesia ini saja! Namun sampai ke negri – negri yang terpercaya dengan kekentalan dalam ber – agama sekalipun. Wahai muslimin belumkah kita sadari bahwa jalan oramas, dan parpol itu tidak dapat mewujudkan persatuan dan kesatuan kaum muslimin di dunia ini??? Kalau belum akan kami peringatkan kepada kalian bahwa dengan ber ormas kalian hanya meng-kotak Kotak jajaran kekuatan kaum muslimin saja karna kalian belum memiliki pemimpin Tunggal dan tertinggi diantara kalian, Yaitu Seorang Kholifah!!! Yang jika seorang kholifah itu melenceng,maka kita wajib meluruskannya, dan ini baru benar dan sesuai dengan fakta sejarah. Bukan kepemimpinan yang memimpin dengan hukum abu Jahal yang kalian Ishlah, Yang seharusnya Kita Seluruh kaum Muslimin perangi namun Alquran sangat jelas tertulis ALLAH SUBHANAHU WA TA'ALA MEMERINTAHKAN UNTUK MENJAUHI THAGHUTH ITU!!

 Kalian ishlah pemimpin seperti itu? Sangat jelas ini salah kaprah! Ini tidak sesuai dengan Al Qur’an dan As-Sunnah, Bahkan Sangat Tidak sesuai dengan Praktek Ke-Kholifahan Khulaafaurrasyidin beserta para pendukung mereka.

Kita harus merujuk kepada kepemimpinan Mereka, karna Rasulullah sudah mewasiat kan kepada muslimin seluruh dunia bukan untuk negri arab saja!!! Pertanyaannya mengapa disekian banyaknya ulama kaum muslimin di berbagai belahan dunia sekarang ini,baik timur maupun barat,utara dan selatan, dari sabang sampai merauke, tidak satu Orang pun yang Menyeru bersatu dalam satu rumah islam yaitu KHILAFAH ISLAAMIYYAH atau Khilafatul Muslimin (Khilafah Milik Kaum Muslimin ) kecuali Ustadz Abdul Qodir Hasan Baroja’ Yang sementara Bersedia diproklamasikan Sebagai Kholifah, kami katakan hal ini bukan Ustadz ini sombong atau angkuh, melainkan ustadz in takut kepada Allah Jika Suatu Kewajiban Kaum muslimin terabaikan hingga ada yang bersedia menggantikan beliau sebagai KHOLIFAH,AMIRUL MU’MININ. SAMPAI SAAT INI BELIAU MASIH MENUNGGU Pengganti Beliau SIAPAPUN YANG BERSEDIA ITU!!!

 telah beberapa tahun berlalu beliau menjalani kehidupannya sebagai kholifah, acap kali ia menerima cacian, hinaan,serta tuduhan sesat dari para mereka yang merasa sudah lebih Faham,baik tua maupun muda.

 Namun beliau menghadapi semua itu penuh dengan ketenangan, dan kesabaran serta penuh pertimbangan yang matang dalam menjawab anggapan serta pernyataan miring tentang Khilafatul muslimin. Beliau hanya menjawab : ” Hinaan, Cacian Terhadap dakwah islam adalah merupakan Sunnatullaah, Dakwah itu ada yang menerima dan ada yang menolak”. Khususnya di indonesia ini , tidak mudah menyeru mereka ummat muslim kepada KHILAFAH islamiyyah , karna sudah sangat jauh sekali jenjang waktu yang kosong dari sistem Islam Sistem Ke Khilafahan sistem hidup kaum muslimin di bawah pemanduan seorang Kholifah, ditambah lagi ummat islam indonesia berasal dari keturunan kaum hindu, serta kurang nya mereka dalam memahami Al-Qur’an menurut bahasa mereka sendiri. Mungkin karna hal demikianlah ummat islam di indonesia ini sulit menerima KHILAFAH Islamiyyah Khilafatul Muslimin?.

DAN mungkin sekiranya pula , bahwa terjadi nya kesulitan itu karna sistem islam (KHILAFAH), Dalam pandangan , pemahaman , serta asumsi pemikiran yang ada di dalam kehidupan mereka cendikiawan muslim yang menolak Di seluruh dunia ini khususnya ulama di indonesia bahwa ”KHILAFAH ADALAH SEBUAH NEGARA”. Kami nyatakan kepada kalian yang MENGATAKAN bahwa KHILAFAH adalah "NEGARA Islam "
SAYA TEGASKAN , KHILAFAH BUKAN NEGARA...
sebab sangat bertentangan sekali dengan manhaj Nubuwwah
di Alquran sangat jelas bahwa tidak ada perintah Allah subhanahu wa ta'ala untuk menegakkan negara tertentu namun yang ada adalah :  "seluruh kaum muslimin di perintah untuk Berpegang teguh pada tali Dinullah, Dan janganlah Kalian Berpecah belah"

Setelah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam Wafat, Sungguh dahulu kaum muslimin TETAP BERSATU DALAM AL JAMA'AH AL KHILAFAH SETELAH AL JAMA'AH AN-NUBUWWAH BERSAMA PEMANDUNYA BERAKHIR

Dan Sesungguhnya saat ini pun  Al Jama'ah Al Khilafah YANG Seharusnya KITA SELURUH KAUM MUSLIMIN BERSATU PADU DI DALAM NYA.

DAN KETAHUILAH BAHWA SESUNGGUHNYA KAUM MUSLIMIN ITU IBARAT SATU TUBUH DAN jika tubuh itu rusak atau runtuh maka yang tejadi adalah fitnah DAN perpecahan.

KHILAFAH adalah sebuah ajaran islam, KHILAFAH sama kedudukannya dengan ibadah lain nilainya, mengapa demikian??? Karna segala sesuatu yang wajib(PENEGAKAN HUKUM HAD) tidak dapat terlaksana kecuali dengan perkara lainnya maka hukum perkara yang lainnya itu menjadi wajib pula(KE-KHOLIFAH-AN BERSAMA AL JAMA'AH AL KHILAFAH).

Jika berjamaah itu mendatangkan rahmat,kasih sayang Allah maka hendaklah kita segera berjamaah, dan jika bergolong-golongan , berpecah belah mendatangkan Azab tentu bagi muslim ataupun kafir yang pandai menggunakan akalnya sudah meninggalkan firqoh2 itu. Wahai muslimin dan muslimat, kami peringatkan pula kepada kalian bahwa kami bukan orang pandai, bukan pula orang orang yang paling sholih, bukan pula , manusia yang paling sempurna akal nya ,bukan pula orang orang yang paling pandai dalam ilmu tafsir. Kami sampai kan ini semua cuma berasal dari rasa kasih sayang kami terhadap kalian kaum muslimin serta rasa peduli kami terhadap sesama saudara seiman DAN SEAQIDAH  yg ALLAH GARISKAN DI DALAM AL-QUR’AN NTUK KITA AMALKAN DALAM KEHIDUPAN KITA. AKAN TETAPI GARISAN GARISAN INI TIDAK DAPAT TERWUJUD SELAMA KALIAN TETAP DALAM PAYUNG PAYUNG HUKUM YANG BUKAN BERASAL DARI HUKUM YANG MENCIPTAKAN MANUSIA. Maka dengan ini kami kaum muslimin yang sudah bersatu didalam tubuh islam ,atau KHILAFAH Islamiyyah Mengajak kalian untuk segera membai’at seorang Kholifah, dan bersatu bersama nya, dengan tulus ikhlash semata mata mencari keridho Allah Azza Wa Jalla wa ilaihil Mashiir.

Wahai kaum muslimin ! Wihdatul Qiyadah atau satu kepemimpinan dalam islam adalah ketentuan ALLAH YANG MUSTI TERLAKSANA. Karna ini adalah syarat utama dan paling utama dalam mewujudkan Kebangkitan Islam.Kebangkitan islam tidak akan dapat terwujudkan jika ummat muslim ini berada dibawah pimpinan pimpinan jamaah yang tersekat dengan batasan batasan negara semata. Sekat -sekat inilah yang membuat kaum muslimin terlihat lemah, sekat – sekat inilah yang menjadikan ummat muslim terlihat bagaikan buih dilautan. Wahai muslimin wal mulslimat wihdatul qiyadah adalah metode kebangkitan Ummat yang paling utama dan diutamakan saat ini maupun dahulu dalam islam setelah iman kepada Allah, Rosul,Malaikat, Kitab Allah, serta Qodo’ dan Qodar-Nya yang baik maupun yang buruk, serta iman Kepada hari kemudian. Dengan Satu kepemimpinan ummat islam dapat bangkit dari keterpurukan firqoh, dengan satu pemimpin ummat islam diseluruh dunia ini tidak perlu merasa bingung dalam menentukan kapan ia harus berperang melawan zionis yahudi dan Israel, tidak perlu bimbang dalam menentukan suatu keputusan kapan ia harus melaksanakan Sholat Ied.

SELANJUTNYA MARILAH KITA BERDOA KEPADA ALLAH:" Ya Allah Akhirilah Segera Perpecahan Ummat Islam, Satukanlah Kami Dalam satu kepemimpinan, Satu Wadah Yang Engkau Ridhoi Yaitu KHILAFAH ISLAMIYAH, KHILAFATUL MUSLIMIN, SEBAGAI MANA DAHULU YG PERNAH DI AMALKAN OLEH PARA SAHABAT NABI MU,

Ya Allah hilangkanlah sifat2 Ghiil dari dalam hati kami, jauhkan lah prasangka 2 buruk di dalam pikiran kami terhadap saudara kami. Ya Allah Kabulkan dan Terimalah Hajat kami ini Aamiiin Ya Robbal Aalamiiin!!!! Demikianlah Artikel ini kami tulis semoga bermanfaat!!! Billahi Taufiq wal Hidayah Al ‘Afwu mungkin wal ‘Afwa WASSALAMU ALAIKUM WAROHMATULLAAGI WABAROKAATUH

(Rusydi Ibnu Muhsinin)

Jumat, 06 Desember 2019

وجوب لزوم الجماعة وذم الفرقة

Aku Berharap Dan Berdo'a Ummat Islam Segera Bersatu Dalam Satu Jama'ah Al Khilafah


وجوب لزوم الجماعة، وذمُّ الفرقة


الحمد لله وحده، والصلاة والسلام على مَنْ لا نبيَّ بعده.
وردت في القرآن العظيم، آيات تأمر المؤمنين، وتحثهم على لزوم الجماعة والائتلاف، وتُبين لهم أن الأمة الإسلامية أمة واحدة، وهي حقيقة جاء تأكيدها في أكثر من موضع في القرآن الكريم، ومن ذلك:
1- قوله تعالى: ﴿ وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا، وَلاَ تَفَرَّقُواْ ﴾ [آل عمران: 103].
2- وقال الله تعالى: ﴿ وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّذِينَ تَفَرَّقُواْ وَاخْتَلَفُواْ مِن بَعْدِ مَا جَاءهُمُ الْبَيِّنَاتُ ﴾ [آل عمران:105].
3- وقال الله تعالى: ﴿ وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُواْ السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ﴾ [الأنعام: 153].
4- وقال الله تعالى: ﴿ إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ﴾ [الأنعام:159].

فهذه الآيات وغيرها - مما جاء في معناها - واضحة الدلالة، وكلها تهدف إلى منع التفرق في الآراء والمعتقدات.

وقد ذكر ابن جرير - رحمه الله - بأسانيده - عن عبد الله بن مسعود - رضي الله عنه - أنه قال - في قوله تعالى: ﴿ وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا ﴾. قال: الجماعة.

وذكر - بأسانيده - أقوالاً أخرى عن السلف، في تفسير معنى (حبل الله) منها: القرآن، والإخلاص لله وحده، والإسلام.

وهذه الأقوال مؤداها واحد، ونتيجتها واحدة، فإنَّ الاعتصام بالقرآن، والإخلاص لله وحده، والتمسك بالإسلام الصحيح الذي جاء به رسول الله صلى الله عليه وسلم، كلها مما ينتج عنه تآلف المسلمين واجتماعهم، وترابطهم، وتماسك مجتمعهم.

وقال ابن جرير- رحمه الله - في تفسير هذه الآية: (يريد بذلك تعالى ذِكره: وتمسكوا بدين الله الذي أمركم به، وعهده الذي عهده إليكم في كتابه؛ من الألفة، والاجتماع على كلمة الحق، والتسليم لأمر الله).

وقال ابن كثير - رحمه الله -: (وقوله ﴿ وَلاَ تَفَرَّقُواْ ﴾ أمَرَهم بالجماعة، ونهاهم عن التفرقة... وقد ضُمِنَتْ لهم العصمةُ - من الخطأ - عند اتفاقهم، كما وردت بذلك الأحاديث المتعددة أيضاً. وخِيفَ عليهم الافتراق والاختلاف، فقد وقع ذلك في هذه الأمة؛ فافترقوا على ثلاث وسبعين فِرقة، منها فِرقةٌ ناجية إلى الجنة، ومُسَلَّمَة من عذاب النار، وهم الذين على ما كان عليه النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه).

وقال الشوكاني - رحمه الله -: (﴿ وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا ﴾. الحبلُ: لفظٌ مشترك، وأصله في اللغة: السبب الذي يُتوصَّل به إلى البُغية، وهو إمَّا تمثيل، أو استعارة. أمرهم سبحانه بأنْ يجتمعوا على التمسك بدين الإسلام، أو بالقرآن، ونهاهم عن التفرق، الناشئ عن الاختلاف في الدين).

إخوتي الكرام.. تَبيَّن لنا من قول هؤلاء العلماء الأجلاء: المنهج الصحيح الذي يؤدي إلى اجتماع كلمة المسلمين وتآلفهم. فإننا نلحظ العبارةَ الدقيقة التي استعملها الطبري - رحمه الله -، حيث قال: (والاجتماع على كلمة الحق). فإنه بدون هذا الضابط لا يكون الاجتماع صحيحاً.

فلابد من أن يكون أساس الاجتماع هو الحق، وكلمة الحق، وهذه الكلمة غالباً ما تُطلق على كلمة التوحيد (لا إله إلا الله) ولازِمَتُها (محمد رسول الله)، وذلك على فهم السلف الصالح لها؛ بمراعاة شروطها، ولوازمها، وحقيقتها، ومعناها الصحيح مع معرفة نواقضها؛ للاحتراز منها.

ثم نلحظ: أنَّ ابن كثير - رحمه الله - بعد ذِكره للاختلاف والفُرقة التي حصلت في هذه الأمة، جعل مناطَ النجاةِ والفوزِ أن يكون المسلم متمسكاً بما كان عليه النبي صلى الله عليه وسلم، وصحابته رضوان الله عليهم، فيكون بذلك من الفِرقة الناجية؛ وذلك لما ورد في حديث الافتراق.

ويقول الشوكاني - رحمه الله -: (أمرهم سبحانه بأنْ يجتمعوا على التمسك بدين الإسلام، أو بالقرآن). إذن فهي العودة الصحيحة إلى الينابيع التي قام عليها هذا الدِّين، وهي: الكتاب والسنة، وما كان عليه سلفنا الصالح.

أمَّا - حقيقة الاعتصام بكتاب الله - فيوجزها ابن القيم - رحمه الله - بقوله: (وهو تحكيمه دون آراء الرجال ومقاييسهم، ومعقولاتهم، وأذواقهم وكشوفاتهم، ومواجيدهم. فمَنْ لم يكن كذلك؛ فهو مُنْسَلٌ من هذا الاعتصام. فالدين كلُّه في الاعتصام به وبحبله، علماً وعملاً، وإخلاصاً واستعانة، ومتابعة، واستمراراً على ذلك إلى يوم القيامة).

وأمَّا قوله تعالى - في آخر الآية: ﴿ وَلاَ تَفَرَّقُواْ ﴾ ولا تتفرقوا عن دين الله، وعهده الذي عهد إليكم في كتابه؛ من الائتلاف، والاجتماع على طاعته، وطاعة رسوله صلى الله عليه وسلم، والانتهاء إلى أمره.

وقال القرطبي - رحمه الله - في شأن ما يستنبط من الآية من الأحكام: (قوله تعالى: ﴿ وَلاَ تَفَرَّقُواْ ﴾ يعني: في دينكم كما افترقت اليهود والنصارى في أديانهم).

الخطبة الثانية

الحمد لله... عباد الله، وكما تعددت الأدلة من كتاب الله تعالى في الأمر بلزوم الجماعة والتحذير من الفرقة؛ كذلك تعددت الأدلة من السنة النبوية، ومنها:
1- عن أبي هريرة - رضي الله عنه - عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا - وذَكَرَ منها: أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا...» رواه مسلم.

2- وفي حديث حذيفة - رضي الله عنه - في الفتن، والشاهد فيه: قوله صلى الله عليه وسلم: «دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا». قُلْتُ [أي: حُذيفةُ]: يَا رَسُولَ اللَّهِ، صِفْهُمْ لَنَا. قَالَ: «هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا، وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا». قُلْتُ: فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ». قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ؟ قَالَ: «فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ، حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ، وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ» رواه البخاري ومسلم.

وبوَّب النووي - رحمه الله - لهذا الحديث وغيره: (باب: وجوب ملازمة جماعة المسلمين عند ظهور الفتن، وفي كل حال، وتحريم الخروج من الطاعة ومفارقة الجماعة).

ويقول ابن بطال - رحمه الله - عن هذا الحديث: (فيه حُجَّةٌ لجماعة الفقهاء، في وجوب لزوم جماعة المسلمين، وترك الخروج على أئمة الجور).

3- وعن أبي هريرة - رضي الله عنه - عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ، وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ، فَمَاتَ؛ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً» رواه مسلم.

4- وعن عَرْفَجَةَ - رضي الله عنه - قال: سمعتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: «إِنَّهُ سَتَكُونُ هَنَاتٌ وَهَنَاتٌ، فَمَنْ أَرَادَ أَنْ يُفَرِّقَ أَمْرَ هَذِهِ الأُمَّةِ - وَهْيَ جَمِيعٌ - فَاضْرِبُوهُ بِالسَّيْفِ، كَائِنًا مَنْ كَانَ» رواه مسلم.

5- وعن عبد الله بن مسعود - رضي الله عنه - قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «لاَ يَحِلُّ دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ - يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ - إِلاَّ بِإِحْدَى ثَلاَثٍ: النَّفْسُ بِالنَّفْسِ، وَالثَّيِّبُ الزَّانِي، وَالْمَارِقُ مِنَ الدِّينِ التَّارِكُ الْجَمَاعَةَ» رواه البخاري.

فهذه الأحاديث تؤكد على وجوب لزوم الجماعة، والتحذير من التفرق، ولو تمسك بها المسلمون، وحققوها؛ لكانوا على الخير الذي مضى عليه السلف الكرام؛ من الصحابة، ومَنْ تبعهم بإحسان، ولَعَاد - للمسلمين - سؤددهم، وكرامتهم التي فُقدت في عصرنا الحاضر؛ بسبب التفرق، وعدم الإذعان لتعاليم الشريعة السمحاء، ومع ذلك: لا يزال الخير في أمة محمد صلى الله عليه وسلم، إلى أن تقوم الساعة، ما داموا متمسكين بالحق؛ قولاً وعملاً.

6- ومن النصوص التي تحث على الجماعة، وترغب بلزومها، وتُبَيِّن أجر من لزم ولم يفارق، وتؤكد: أن العصمة في وقت الفتن والمحن؛ هو في التمسك بجماعة المسلمين: قوله صلى الله عليه وسلم: «عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ، وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ؛ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ، وَهُوَ مِنَ الاثْنَيْنِ أَبْعَدُ، مَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ» صحيح - رواه الترمذي. فانظر - أخي الكريم - عظم الأجر على لزوم الجماعة.

7- والخير كل الخير في لزوم الجماعة؛ كما قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « يَدُ اللَّهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ » صحيح - رواه الترمذي.

فيد الله مع الجماعة، ويد الله على الجماعة، ينصرهم، ويؤيدهم، ويسددهم، وهو معهم معية خاصة: معية النصر والتأييد؛ متى ما كانوا مجتمعين على الحق، مجتمعين على طاعة الله، وطاعة رسوله صلى الله عليه وسلم.

فتبين لك - أيها المسلم - أهمية لزوم الجماعة ومدى الحاجة إليها فهي من قواعد الدين، والخطر والشر في الفرقة



الجماعة في القرآن الكريم

Aku Berharap Dan Berdo'a Ummat Islam Segera Bersatu Dalam Satu Jama'ah Al Khilafah


مفهوم الجماعة
 Abu Zahra
5 سنوات ago
مفهوم الجماعة
الجماعة لغةً: مأخوذةٌ من الاجتماع، وهو ضدُّ التفرق، يقال: “جمع الشيء عن تفرُّقه فاجتمع، وجمعت الشيء إذا جئت به من هاهنا وهاهنا”.
وهذا الاجتماع قد يكون حسيًّا كاجتماع الناس في مكانٍ ما -أي رابطة مكانية تاريخية كالرابطة القومية-، وقد يكون معنويًّا كاجتماع الأمَّة على الإيمان بالله ورسوله في رابطة إيمانية تتجاوز المكان، بل قد تتجاوز الزمان بالتواصل مع الأمة عبر التاريخ، وتقدير منزلة هذا التاريخ في إطار المرجعية، وهذا نراه أيضاً في أمم وعقائد مختلفة، بل وفي أيدلوجيات وضعية تجمع الناس، وتكون كتبها المؤسسة ونماذجها التطبيقية مرجعية معتبرة.
 مفهوم الجماعة في النصوص الشرعيَّة
لم يرد لفظ الجماعة في القرآن الكريم، وإن كان معنى “الجماعة” قد ورد عدَّة مرَّاتٍ مرتبطاً بالترغيب في الالتزام بها، والنهي عن التفرُّق والتنازع والفشل.
ولكنَّ لفظ “الجماعة” قد كثر وروده في السنَّة المطهَّرة، والمتتبِّع لمواضع ورود هذه الكلمة في السنَّة يجد أنَّها تأتي دائماً في مقابلة التفرُّق المذموم، وذلك في مثل:
قوله (صلى الله عليه وسلم): “عليكم بالجماعة، وإيَّاكم والفرقة”رواه أحمد الترمذيّ، وقال: حديثٌ حسنٌ غريب.
– وورد في حديث أبي الدرداء -رضي الله عنه-: “… فعليك بالجماعة، فإنَّما يأكل الذئب من الغنم القاصية”، رواه أبو داود والنَّسائي والحاكم، وقال: هذا حديثٌ صدوقٌ رواتُه.
– وكما في حديث حذيفة بن اليمان الشهير في الصحيحين، ومطلعه: “كان الناس يسألون رسول الله -صلى الله عليه وسلم- عن الخير، وكنت أسأله عن الشرِّ مخافة أن يدركني”، وفيه قوله -صلى الله عليه وسلم-: “تلزم جماعة المسلمين وإمامهم”، وقد عَنْوَن الإمام مسلم باب الحديث بـ: “باب: وجوب ملازمة الإمام عند ظهور الفتن، وفي كلِّ حال، وتحريم الخروج على الطاعة ومفارقة الجماعة”.
وانصبَّ مفهوم الجماعة في نصوص السنَّة المطهَّرة على مفهومين:
الأوَّل: مفهومٍ اعتقاديّ، ويشير إلى الدعوة أو المنهج الذي تحمله هذه الجماعة.
والثاني: مفهوم سياسيّ، ويشير إلى الدولة أو النظام السياسيِّ الذي ينشأ لحماية هذا المنهج والتمكين له في واقع الحياة، فإذا جُمِع بينهما تحقَّق المدلول المتكامل والنهائيُّ لمعنى الجماعة، وتفصيل ذلك التالي:
أوَّلا: المفهوم الاعتقاديّ:
تعددت النصوص الواردة في أنَّ مفهوم الجماعة هو من الاجتماع على الأصول الثابتة بالكتاب والسنَّة والإجماع، واتِّباع ما كان عليه السلف الصالح من لزوم الحقِّ واتباع السنَّة، ومنها:
1- ما رواه أبو داود وابن ماجهْ عن معاوية (رضي الله عنه) عن النبيِّ (صلى الله عليه وسلم) أنه قال: “ألا إنَّ مَن قبلكم مِن أهل الكتاب افترقوا على ثنتين وسبعين ملَّة، وإنَّ هذه الأمَّة ستفترق على ثلاثٍ وسبعين: ثنتان وسبعون في النار، وواحدةٌ في الجنَّة، وهي الجماعة” وروى الترمذيُّ نحوه، وقال: حديثٌ حسنٌ غريب.
2- ما رواه البخاريُّ ومسلمٌ عن ابن مسعود (رضي الله عنه) عن النبيِّ (صلى الله عليه وسلم) أنه قال: “لا يحلُّ دم امرئٍ مسلمٍ يشهد أن لا إله إلا الله وأنِّي رسول الله إلا بإحدى ثلاث: الثيِّب الزاني، والنفس بالنفس، والتارك لدينه المفارق للجماعة”.
والجماعة بهذا المعنى لا يُشترط لها كثرةٌ ولا قلَّة، بل هي حيث الحقُّ.
ثانيا: المفهوم السياسيّ:
ومن النصوص الواردة في أنَّ مفهوم الجماعة هو من الاجتماع بالأمَّة المستقيمة على الشرع، وطاعة “أولي الأمر” “منكم” ، وعدم الخروج على الجماعة والنظام العامِّ لها:
1- ما رواه البخاريُّ ومسلمٌ عن ابن عباس (رضي الله عنهما) عن النبيِّ (صلى الله عليه وسلم) أنَّه قال: “من رأى من أميره شيئاً يكرهه فليصبر، فإنَّه ليس أحدٌ يفارق الجماعة شبراً فيموت، إلا مات مِيتةً جاهليَّة” (لاحظ هنا دقَّة النصّ وتسلسله: رؤية الخطأ من الأمير، والخروج على الجماعة وليس على الإمام، وهذا يؤيِّد فكرة أنَّ المراد هو الأمَّة وليس الإمام، والإمام لا يأخذ طاعته إلا من خلال الصلاحيَّات التي تعطيها الأمَّة له، ويكون ملزَماً بالشورى).
2- ما رواه مسلم عن أبي هريرة أنَّ النبيَّ صلى الله عليه وسلم: “من خرج من الطاعة وفارق الجماعة فمات، مات مِيتةً جاهليَّة”.
والجماعة بهذا المعنى تقع في مقابلة البغي والتفرُّق.
 مفهوم الجماعة عند أهل العلم
انقسم أهل العلم في مفهوم الجماعة إلى قسمين:
الأوَّل: أنَّ الجماعة هي جميع العلماء من أهل السنَّة؛ أي الاجتماع على الحقِّ الذي تمثِّله القرون الثلاثة الفاضلة، ويحمل لواءه في كلِّ عصرٍ الثقاتُ العدولُ من أئمَّة أهل السنَّة، وهم يمثِّلون السواد العامَّ من المسلمين؛ لأنَّ العامَّة بالفطرة تبعٌ لهم.
الثاني: أنَّ الجماعة هي الأمَّة في اجتماعها على الإمام ما دام -في الجملة- مقيماً لأحكام الإسلام، أو هي السواد الأعظم من أهل الإسلام.
والملاحظ أنَّ أصحاب الرأي الأوَّل قد خلطوا بين “جماعة المسلمين” و”أهل الشورى -أو الحلِّ والعقد-“؛ حيث اعتبروا من تعتبرهم الأمَّة ممثِّليها هم “الجماعة”، بينما هم مجرَّد ممثِّلين للجماعة لا أكثر، بل هم لم يأخذوا هذه الشرعيَّة في التمثيل إلا من خلال الأمَّة؛ فكيف تصبح الأمَّة بعد ذلك هي التابع، ويصبح الممثِّلون هم المتبوع؟؟
وعلى ذلك فالرأي الراجح في هذا –والله أعلم- هو أنَّ الجماعة هي “السواد الأعظم من أمَّة الإسلام” حسب اصطلاح الفقهاء.
وهكذا تتَّفق دلالات النصوص، ومآلات أقوال أهل العلم في بيان المقصود بمعنى الجماعة، وأنَّها تتضمَّن كلا المعنيين السابقين “الاعتقاديّ والسياسيّ”.
ويتحقَّق الانتساب إلى الجماعة في إطارها الاعتقاديِّ بالالتزام المجمل بالإسلام؛ وذلك بالبقاء على الولاء للإسلام والرضا بشريعته وموالاة دعاته، سواء وُجدت الجماعة ككيانٍ سياسيٍّ أم لم توجد.
كما يتحقَّق الانتساب إلى الجماعة في إطارها السياسيِّ بالانتظام في النظام السياسيِّ العامِّ الذي ارتضته الجماعة، أيًّا كان شكل هذا النظام أو نوعه أو من يقوم عليه، وما يقتضي ذلك الانتظام من الولاء والتزام الطاعة، وإن تعددت الأنظمة بتعدد الديار وجب أن تجمعها مظلة من الاحتكام للشرع والتناصر، كما في الأشكال المختلفة من التنسيق والاندماج الدولي على كافة الأصعدة والهياكل التي يعرفها زماننا.
 معنى لزوم الجماعة
لا معنى إذن للزوم الجماعة إلا التزام ما هم عليه من التحليل والتحريم والطاعة فيهما؛ أي القبول بمرجعية الإسلام، وإن اختلفت المذاهب والمدارس والرؤى، جاء في “الرسالة” للإمام الشافعيِّ قال: “فما معنى أمر النبيِّ –صلى الله عليه وسلم- بلزوم جماعتهم؟ قلت: لا معنى له إلا واحد، قال: فكيف لا يحتمل إلا واحدا؟ قلت: إذا كانت جماعتهم متفرِّقةً في البلدان فلا يقدر أحد أن يَلزَم جماعةَ أبدانِ قومٍ متفرِّقين، وإن وجدت الأبدان تكون مجتمعةً من المسلمين والكافرين والأتقياء والفجَّار، فلم يكن في لزوم الأبدان معنى؛ لأنَّه لا يمكن، ولأنَّ اجتماع الأبدان لا يصنع شيئا، فلم يكن للزوم جماعتهم معنى إلا ما عليه جماعتهم من التحليل والتحريم والطاعة فيهما، ومن قال بما تقول به جماعةُ المسلمين فقد لزم جماعتهم، ومن خالف ما تقول به جماعةُ المسلمين فقد خالف جماعتهم التي أُمِرَ بلزومها”.
أي أنه لم يعتبر الاشتراك في المكان دليلاً على الانتماء للجماعة؛ بل يجب إظهار الموالاة لله ورسوله والرضى بمرجعية الشرع في الأمور على درجاتها وعلى درجات الأحكام.
وتطبيق هذا الأمر على مفهوم الجماعة يعني:
الأول: المفهوم الاعتقاديّ، ويعني ضرورة اتِّباع أهل السنَّة والجماعة فيما كانوا عليه من الاعتقاد والتحليل والتحريم ونحو ذلك، في اختلافهم سعة ما داموا على المنهج.
الثاني: الجانب السياسيّ، ويعني اتِّباعهم فيما اتَّفقوا عليه من شكل النظام الذي حدَّدته الجماعة، والطاعة لهذا النظام والالتزام بقواعده في غير معصية، وعدم الخروج عليه إلا بالكفر البواح؛ حفظاً لبقاء الجماعة.
وعليه فكلُّ مسلم:
ليس له أن يخرج عن منهج أهل السنَّة والجماعة (في المنهج الاستدلالي وحجية الأدلة) في اعتقاده وتحليله وتحريمه.
ليس له أن يخرج عن طاعة نظام الجماعة في غير معصية، سواء أكان المسلمون ذوي شوكةٍ وسلطانٍ أم لم يكونوا، كما في أوقات الفتن، أي احترام “النظام العام” في كلياته، ولو كان المسلمون أقلية؛ فعلى المسلم اتباع الشرع في أموره مع احترام النظام العام للدولة التي يعيش فيها والحفاظ على الرابطة الإيمانية بالأمة عبر الاحتكام للشرع على المستوى الفردي والاجتماعي حتى وإن عاش في ظل نظام قانوني له مرجعية وضعية.
 مراتب الخروج على الجماعة
الخروج على الجماعة بأيٍّ من مفهومَيْها الاعتقاديِّ والسياسيِّ يحتمل أشكالاً ثلاثة:
1- الخروج تأويلاً للنصوص:
فمن كان له في خروجه وجه تعلُّقٍ بالنصوص ونوع تأويل لها، مع الإيمان بها في الظاهر والباطن، والالتزام بها جملة، فإنَّ مخالفة تأويله للإجماع أو الجمهور لا يُخرجه من الملَّة بل يبقى في دائرتها، وفي هذه الحالة يكون الحوار والنقاش هو الطريق لمحاولة إرجاعه إلى الحقِّ طالما لم يتحوَّل خروجه هذا إلى خروج السلاح والقتال، وأبرز مثالٍ على ذلك ما حدث مع الخوارج؛ حيث حاول الإمام عليٌّ –رضي الله عنه- حوارهم بالنصِّ والعقل والمنطق، ومجادلات ابن عبَّاسٍ –رضي الله عنهما- معهم خير دليل، ولم يقاتلهم الإمام عليٌّ إلا عندما بدؤوا هم بالقتال؛ أي تجاوزوا الخلاف في الرأي بل والعصيان المدني للثورة المسلحة ضد النظام العام.
2- الخروج طلباً للملك أو قطعاً للسبيل، وهو نوعان:
أن يخرجوا طلباً للسلطة وتنازعاً على السيادة، وهؤلاء هم البغاة، وقد أشار القرآن الكريم إلى كيفيَّة التصدِّي لفتنتهم في قوله تعالى: {وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا فَإِن بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الأُخْرَى فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّى تَفِيءَ إِلَى أَمْرِ اللهِ فَإِن فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ} (الحجرات: 9).
أن يخرجوا لقطع السبيل وأخذ المال والإفساد في الأرض، وهؤلاء هم المحاربون، وقد أشار القرآن الكريم إلى جزائهم في قوله تعالى:{ إِنَّمَا جَزَاءُ الَّذِينَ يُحَارِبُونَ اللهَ وَرَسُولَهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الأَرْضِ فَسَادًا أَن يُقَتَّلُوا أَوْ يُصَلَّبُوا أَوْ تُقَطَّعَ أَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُم مِّنْ خِلاَفٍ أَوْ يُنفَوْا مِنَ الأَرْضِ ذَلِكَ لَهُمْ خِزْيٌ فِي الدُّنْيَا وَلَهُمْ فِي الآَخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ} (المائدة: 33).
3- الكفر، وهو أيضاً نوعان:
– الخروج ردًّا للنصوص بغير تأويل، أو تأويلاً يترتَّب عليه إنكارٌ لما عُلِم من الدين بالضرورة، أو استجازةً لما أجمع على تحريمه المسلمون، أو تحريماً لما أجمعوا على حلِّه؛ فلا شكَّ أنَّ إعلان ذلك رِدَّة، والمجاهرة به سعي لقلب نظام المرجعية الإسلامية ذاته، وهؤلاء يخرجون بذلك من الدين، ويفارقون بهذا جماعة المسلمين، وإلى أمثالهم يشير الحديث السابق: “التارك لدينه المفارق للجماعة”، والخلاف يثور في العصر الراهن على فك الارتباط بين الترْك للدين الذي قد يكون بين العبد وربه وأن يترتب على ذلك مناهضة علنية للنظام الإسلامي توجب دفاع هذا النظام عن مرتكزاته –شأن أي نظام-؛ لأنَّ المفارق يكون قد فارقها فيما أجمعت عليه من الدين، ورفض مع هذا أيضاً مرجعية الشرع في إدارة شئون الناس وأنظمتهم الحياتية؛ فصار بذلك عضواً مفصولاً عن جماعة المسلمين مناهضاً لعقيدتهم وشريعتهم العامة.
– الخروج كفراً بالإسلام ومعاداةً له وموالاةً لأعدائه، وحرباً عليه، وهؤلاء هم المرتدُّون الذين خلعوا بذلك رِبقة الإسلام من أعناقهم، وانضموا لأعدائه، وذلك كما كان من المرتدِّين في أيَّام أبي بكرٍ الصديق -رضي الله عنه- من مفارقةٍ للدين، ومظاهرةٍ على حرب المسلمين، وكالذين قتلوا القرَّاء الذين أرسلهم معهم رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ليعلمُّوهم القرآن والدين فيما عُرِف بحادثة “الرجيع”.
 مفهوم الجماعة اليوم
استمرَّ مفهوم الجماعة يحمل نفس معناه الاعتقاديِّ دون لبسٍ أو خلاف، أمَّا المعنى السياسيُّ فقد مرَّ بمراحل عديدةٍ حفلت بالوضوح حينا، وبالالتباس أحياناً كثيرة، ووصل المفهوم اليوم في أذهان العديد من الناس إلى مسلكَين خاطئَين:
1-إفراط:
فمنهم من نازع في شرعيَّة الانضواء في تجمُّعٍ من هذه التجمُّعات ابتداء؛ ذهاباً منه إلى أنَّ المقصود بالجماعة هو جماعة المسلمين كلهم، وهذه التجمُّعات ليست من الجماعة في شيء، وهم على صنفين: صنفٍ يعتقد ألا جماعة ولا بيعة إلا بعد التمكين ونصب الإمام، وصنفٍ آخر يرى أنَّ الجماعة موجودةٌ بالفعل ممثلة في الأمة، وبالتالي فلا حاجة لوجود مثل هذه التجمُّعات.
2-تفريط:
ومنهم من غلا، فقصر جماعة المسلمين على تجمُّعه الخاصّ، ولم يرَ لغيره شرعيَّة الانتساب إلى الإسلام أو الجماعة، فجعل لزوم جماعته جزءاً من أصل الدين لا تثبت صفة الإسلام ابتداءً إلا باستيفائه، واعتبر من لم يكن في جماعته كافرا، ومن كان في جماعته فخرج منها فقد خرج من رِبقة الإسلام، ورفض التقارب أو التعاون مع غيره من التجمُّعات والجماعات الأخرى، ولم يفهم أن الجماعة التي أشار إليها الحديث هي مجمل الأمة المستقيمة على الشرع مع قبول التعدد داخلها والاختلاف بين الرؤى والاتجاهات على أرضية المرجعية الإسلامية الجامعة.
ولا يسع المجال هنا للردِّ التفصيليِّ على هؤلاء ولا أولئك، فقط نلاحظ التالي:
ا- أنَّ الاستدلال على عدم شرعيَّة التجمُّعات القائمة في واقع العمل الإسلاميِّ المعاصر موضع نظر؛ وذلك لأنَّ الفِرَق التي جاء الأمر في الحديث باعتزالها هي ذلك الشرُّ الذي أشار إليه النبيُّ –عليه الصلاة والسلام- في الحديث قبل ذلك بقوله: “دعاةٌ على أبواب جهنَّم، من أجابهم إليها قذفوه فيها” (متَّفقٌ عليه)، والذي أمر النبيُّ –صلى الله عليه وسلم- عنده بلزوم جماعة المسلمين وإمامهم، ولم يأذن بغير ذلك ولو كان البديل هو الاعتزال حتى الموت.
قال الإمام النوويُّ رحمه الله: “قال العلماء: هؤلاء من كان من الأمراء يدعو إلى بدعةٍ أو ضلال، كالخوارج والقرامطة وأصحاب المحنة”.
وقال الإمام الشاطبيُّ (رحمه الله): “إنَّ هذه الفِرَق إنَّما تصير فِرَقًا بخلافها للفرقة الناجية في معنى كلِّيٍّ في الدين وقاعدةٍ من قواعد الشريعة، لا في جزئيٍّ من الجزئيَّات؛ إذ الجزئيُّ والفرع الشاذُّ لا ينشأ عنه مخالفةٌ يقع بسببها التفرُّق شِيَعا، وإنَّما ينشأ التفرُّق عند وقوع المخالفة في الأمور الكلِّيَّة”.
وليست الجماعات الإسلاميَّة المعاصرة من هذا القبيل لاتِّفاقها في الجملة على الالتزام المجمل بأصول أهل السنَّة والجماعة، ولسعيها جميعاً إلى غايةٍ واحدةٍ تتمثَّل في إقامة الدين والتمكين لشريعة الله في الأرض؛ فهي في مجموعها هي الجماعة، أمَّا ما يقع بينها من اختلافٍ فهو اختلاف خططٍ ووسائل، وليس اختلاف غاياتٍ أو عقائد.
وكذلك قصر مفهوم “جماعة المسلمين” على تجمُّعٍ بعينه، هو خطأٌ وزعمٌ لا دليل عليه؛ فجماعة المسلمين –كما ذكرت آنفا- هي السواد الأعظم من أمَّة الإسلام، وهذه التجمُّعات أيًّا كان شكلها ليست الأمَّة ولا هي سوادها الأعظم، بل اتحادات لنصرة الدين بوسيلة محددة أو أدوات معينة؛ فمن أين أتى الزعم بأنهم هم الجماعة، وغيرهم ضال؟!
وتبرز خطورة هذا الفهم القاصر حين تكرَّس الخصومة بين فصائل العمل الإسلاميّ، ويصبح التكفير قُرْبةً إلى الله تعالى، فكلٌّ منهم يتقرَّب إلى الله بإخراج الآخر من الملَّة، ويتعبَّد لله بقطع ما بينه وبين أخيه، وتزداد الفتنة عندما تنتقل هذه الخصومة إلى دائرة المنابر العامَّة، ويندلع لهيبها في أوساط الأمَّة، وأدنى ما يمكن أن يترتَّب على ذلك هو الزهد في العمل الإسلاميِّ كلِّه الذي يفقد احترامه بسبب هذه المهاترات، ويبدو في صورة الفِرَق المتناحرة والشِّيع المتلاعنة، وبدلاً من أن توجَّه هذه الجهود وهذه الطاقات إلى دعوة العالَمين إلى الله تعالى، تُحوَّل إلى التكفير والتفسيق بل والضرب والقتل في أحايين كثيرة!.
هذه الجماعات أو التجمُّعات ليست أيٌّ منها هي جماعة المسلمين؛ ولهذا فإنَّها ليست نهاية المطاف، ولا يمثِّل أحدها على انفرادٍ جماعة المسلمين، ولا كلُّها مجتمعة، وبالتالي فليس هناك من زعمٍ في اعتبار هذه أو تلك هي الأصل وغيرها ليس كذلك، وليست هناك من مشكلة في وجود جماعةٍ واثنتين وثلاث تتعاون على البر والتقوى، طالما لم يتعدَّ الأمر كونها مجرَّد وسائل للنهوض بجماعة المسلمين، لا أكثر من ذلك ولا أقلّ.
علماً بأنَّ هذه التجمُّعات الموجودة قد نشأت لمواجهة تحدِّياتٍ معيَّنةٍ واجهت الأمَّة في القرن العشرين، وإطلالةٌ سريعةٌ على أسباب تكوين هذه التجمُّعات تُنبئ بذلك، وإذا كان الأمر كذلك، فإنَّ هذه التجمُّعات تصبح تكامليَّة لا تصادميَّة؛ بمعنى أنَّها كلَّها في صفٍّ واحد، وكلَّ واحدةٍ تقف في مواجهة تحدٍّ مختلفٍ عمَّا تواجهه الأخرى؛ فيكون الجمع هو الصحيح لا المواجهة، والأولويَّات قد تتغيَّر وتتبدَّل حسب الاحتياجات والتحدِّيات.
إذا كان الأمر كذلك؛ يصبح تحديد الانتماء لهيئة مرتبطاً بقدرة الفرد على تقديم أقصى جهدٍ في هذا السياق، بعيداً عن الأسماء والمسمَّيات والأشخاص والهيئات؛ فمن كان أداؤه الأَوفى والأعلى حين يعمل منفرداً فليعمل، ومن كان يعطي كلَّ طاقته حين ينتمي لجماعات إسلاميَّةٍ فلينتمِ، ومن كان يجد نفسه وطاقته من خلال جمعيَّات المجتمع ومؤسَّساته فليسارع إلى الاشتراك فيها دون إنكارٍ من أحدٍ على أحد، ولا لوم أحدٍ لأحد.
فعلامَ الخلاف والنزاع واللوم والتلاوم؟؟!
وما المانع أن يكون المسلم عضواً في جمعيَّةٍ وجماعةٍ في آنٍ واحد؟ بل ما المانع من أن يلتزم في جماعتين طالما يحقِّق ذلك الخير للفرد وللأمَّة؟ فإن حدث تعارضٌ ما يُترَك تقدير الأمر للفرد حسب ما يرى من خدمة دينه وأمَّته، مع التأكيد على ضرورة الالتزام بنظم وقواعد التجمُّع الذي انتمى إليه طالما رضيه وارتضى الانتماء إليه، إذ الالتزام هنا ليس التزاماً شرعيًّا باعتباره جماعة المسلمين، ولكنَّه التزامٌ إداريٌّ تنظيميٌّ لتسيير العمل وانتظامه.
ونرى أنَّ المسلم أمام أمرين:
الأوَّل: الالتزام باتِّجاهٍ من الاتِّجاهات القائمة باعتبار ذلك خطوةً مرحليَّةً في الطريق إلى جماعة المسلمين، والسعي من خلاله إلى نهوض الجماعة بمفهومها العامِّ والشامل.
وفي هذا ينبغي التنويه إلى أنَّ المقصود بالالتزام هنا الالتزام بتجمُّعٍ ما بمفهومه العامِّ الذي يشمل: الجماعات الإسلاميَّة الخيريَّة؛ جمعيَّات ومؤسَّسات المجتمع… إلخ.
على أن لا يعتبر انتسابه لهذه الجماعة هو نهاية المطاف؛ فهذه التجمُّعات وسائل لغايةٍ واحدةٍ تتمثَّل في جمع الكلمة وتنسيق الجهود في سبيل خدمة الأمَّة؛ فهي خطوةٌ مرحليَّةٌ على الطريق.
وهذه الجماعات والتجمُّعات لا يمثِّل أحدها على انفرادٍ جماعة المسلمين، وإنَّما هي خطواتٌ مرحليَّةٌ في الطريق إليها، وأنَّ التزام المسلم بـ”جماعة المسلمين” بمفهومها العامِّ والشامل أسبق من التزامه بهذه التجمُّعات الجزئيَّة؛ لأنَّ الأوَّل واجبٌ بأصل الشرع؛ فهو الذي دلَّت عليه النصوص، وانعقد عليه الإجماع. أمَّا الثاني فمستَنَد وجوبه هو المصلحة الراجحة، وكونه ذريعةً لإقامة بعض الواجبات الشرعيَّة التي قد لا يتسنَّى أداؤها إلا من خلال هذه الأطر.
ويوم أن تصبح هذه التجمُّعات مفرِّقةً للكلمة، أو مشوِّشةً على الولاء العامِّ للإسلام والجماعة، فإنَّ شرعيتَّها من الأساس تكون موضع نظر؛ لما تقرَّر من أنَّ الذرائع تأخذ حكم المقاصد حلاًّ وحرمة.
يقول الإمام ابن القيم -رحمه الله-: “لمَّا كانت المقاصد لا يُتوصَّل إليها إلا بأسباب وطرق تُفضي إليها، كانت طرقها وأسبابها تابعةً لها معتبرةً بها؛ فوسائل المحرَّمات والمعاصي في كراهتها، والمنع منها بحسب إفضائها إلى غاياتها وارتباطاتها بها، ووسائل الطاعات والقربات في محبَّتها، والإذن فيها بحسب إفضائها إلى غاياتها؛ فوسيلة المقصود تابعةٌ للمقصود، وكلاهما مقصود، لكنَّه مقصودٌ قصد الغايات، وهي مقصودةٌ قصد الوسائل، فإذا حرَّم الربُّ -تعالى- شيئاً وله طرقٌ ووسائل تفضي إليه، فإنَّه يحرِّمها ويمنع منها؛ تحقيقاً لتحريمها، وتثبيتاً له، ومنعاً أن يقرب حماه، ولو أباح الوسائل والذرائع المفضية إليه لكان ذلك نقضاً للتحريم، وإغراءً للنفوس به، وحكمته تعالى وعلمه يأبى ذلك كلَّ الإباء”.
وإذا كان مفهوم “جماعة المسلمين” لا ينطبق على التجمُّعات الموجودة؛ ففي هذا الإطار ماذا تكون “البيعة” التي يعطيها المسلم لبعض هذه التجمُّعات حين التزامه بها؟ وما إلزاميَّتها؟
أمَّا البيعة التي تُعطَى لأيِّ تجمُّعٍ فهي ابتداءً بيعةٌ على عملٍ صالحٍ يتَّفق مع مقرَّرات الشرع؛ كفعل الخير، والأمر بالمعروف، والنهي عن المنكر، والتعاون على البرِّ والتقوى، والمقصد منها الالتزام بالعمل الذي تمَّ الاتفاق عليه بين الطرفين، بصرف النظر عن الأوصاف والمسمَّيات.
وأمَّا إلزاميَّتها فهي لا تأخذ حكم التعاقد الملزم بين أطراف العلاقة التعاقديَّة، ولا يترتَّب عليها التزامٌ بين المتعاقديْن إلا بقدر ما تسبِّبه من ضرر، فالبيعة التي تُعطَى لهذه التجمُّعات لا تخوِّل لأمرائها الحقَّ في السمع والطاعة المطلقة، وإنَّما هي بمثابة العهد أو العقد، وقد جاء في فتاوى المذهب الحنفيِّ ما نصُّه: “رجلٌ أعطى العهد لشيخ، ثمَّ أعطاه لآخر، أيُّ العهدين يلزمه؟ قالوا: لا هذا ولا ذاك!”.
فإن فارق الشخص تجمُّعه، وقد التزم معه بعمل؛ فلا شيء عليه، بشرط ألا يُخلَّ فراقه بالتزامٍ تَعهَّد به وترتَّب عليه ضررٌ على الطرف الآخر، شأنه تماماً كشأن المتعاقد الذي أخلَّ بتعاقده؛ فوقع الضرر بسبب ذلك على الطرف الآخر، فلا يمكن بحالٍ إكراهه على الاستمرار في التجمُّع، أو اعتبار تحلُّله من عهده وانتمائه “خروجا” على “جماعة المسلمين”.
الثاني: الالتزام بالطاعة لـ”جماعة المسلمين” بمفهومها العامِّ والشامل، دون الالتزام بتجمُّعٍ بعينه، مع الالتزام بالعمل للإسلام حتى ولو كان وحيدا، والاكتفاء في هذه المرحلة بإقامة صلاتٍ متوازنةٍ مع كافَّةٍ التجمُّعات الإسلاميَّة وبذل النصيحة الواجبة لأصحابها، والتعاون معهم جميعاً على ما عندهم من خير، دون الالتزام العضويِّ بأحدها إلى أن يأذن الله بتجاوز هذه الفرقة، وتقام جماعة المسلمين.
مع التذكير بأنَّ في ديننا ما اقتضت الضرورة الشرعيَّة الاجتماع لأجله؛ فالعديد من فروض الدين لا تقوم إلا بالاجتماع، كالاجتماع لأداء الفرائض كالجمع والجماعات، وكالانتصار للدين، ومجاهدة المنافقين والكافرين ونحوه، وما لا يتمُّ الواجب إلا به فهو واجب.
وعموماً فتحديد أيِّ اختيارٍ من هذيْن الاختياريْن مردُّه إلى المسلم نفسه؛ فحيث يرى نفسه أنفع فليذهب إلى ذلك دون تردُّد، فالانفراد وسيلة، والانتماء وسيلة، والغاية هي المراد، وما يحقِّق الغاية أقصى تحقيقٍ يصبح مراداً أيضا.
 الخلاصة
– جماعة المسلمين هي الأمَّة، أو السواد الأعظم من الأمَّة حسب اصطلاح الفقهاء.
– الجماعات الموجودة لا تستند في تأسيسها إلى نصوص السنَّة المطهَّرة الواردة في لزوم الجماعة ووجوب البيعة إلا على سبيل الاستئناس، وإنَّما استنادها إلى النصوص العامَّة التي تحضُّ على التعاون على البرِّ والتقوى، وتنهى عن الفشل والتنازع، وفي هذا السياق عليها أن تسعى بكلِّ طاقتها للتعاون والتكامل والتعاضد، والابتعاد كلَّ الابتعاد عن التقاتل والتنازع والتخاصم.
– البيعة المعقودة لهذه التجمُّعات بمثابة العقد، والطاعة لها تكون في حدود ما اتُّفِق عليه في هذا العقد، ويكون التحلُّل منها عند الاقتضاء بإنهاء هذا التعاقد.
– مفهوم الجماعة أو التجمُّع أشمل من مجرَّد ما شاع من وصف “الجماعات الإسلاميَّة” فهو يشمل كلَّ هيئةٍ أو مؤسَّسةٍ أو جمعيَّةٍ من هيئات ومؤسَّسات وجمعيَّات المجتمع يمكن خدمة الإسلام من خلالها؛ إذ خدمة الإسلام هي الغاية، والكيانات هي الوسيلة، فبأيِّ شكلٍ كانت تبقى وسيلة، مجرَّد وسيلة.
– إذا لم تكن هذه التجمُّعات هي جماعة المسلمين، فلا مانع من عمل المسلم في جماعةٍ أو في أكثر من تجمُّعٍ منها، والتزامه بها طالما حقَّق ذلك مصلحةً للأمَّة، وانتفى التعارض بينها أو أمكن الجمع بينها.
– اقتضت الضرورة الشرعيَّة الاجتماع لأداء بعض الفرائض التي لا يمكن أداؤها إلا بالاجتماع، وما لا يتمُّ الواجب إلا به فهو واجب.
– إذا كان الأصل هو السعي من خلال تجمُّعٍ من هذه التجمُّعات القائمة إلى إيجاد جماعة المسلمين بالمعنى السياسيّ، فإنَّ بعض الناس لا يتسنَّى له أداء الدور إلا خارج هذه الأطر، أو تكون مصلحة العمل الإسلاميِّ في مكانه خارجها أغلب من المصلحة في لزومه لها، فهؤلاء يترجَّح في حقِّهم ما يحقِّق أكمل المصلحتين، وإذا عُرِف مقصود الشارع سُلِك في حصوله أوصل الطرق إليه.
وختاماً فقد قال شيخ الإسلام ابن تيمية: “من لم يوازن ما في الفعل والترك من المصلحة الشرعيَّة والمفسدة الشرعيَّة فقد يدع واجباتٍ ويفعل محرَّمات، ويرى ذلك من الورع، كمن يدع الجهاد مع الأمراء الظلمة ويرى ذلك ورعا، ويدع الجمعة خلف الذين فيهم بدعةٌ أو فجور، ويرى ذلك من الورع”.


BUKAN NEGARA ISLAM YANG MENJADI TUJUAN, KHILAFAH ADALAH BUKTI PENGAGUNGAN MANUSIA KEPADA ALLAH

BAI'AT UMMAT ISLAM YG BERSEDIA TUNDUK DAN PATUH PADA AL JAMAA'AH KHILAFATUL MUSLIMIN

<< 48:11 Surat Al-Fath Ayat 10 (48:10) 48:9 >>  اِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ اِنَّمَا يُبَايِعُوْنَ اللّٰهَ ۗيَدُ اللّٰهِ فَ...